Beberapa bulan kemudian.
Bella hendak berangkat ke kampus dan ingin mendaftar menjadi mahasiswa baru disalah satu universitas. Namun langkahnya ragu untuk melangkah masuk ke gedung kampus. Bella memegang perutnya yang akhir-akhir ini kram dan nyeri dan memang ia sudah telat datang bulan selama satu minggu dan memang sudah positif saat di tespeck.
Akhirnya ia memutuskan kembali masuk ke dalam mobil, membuat sopirnya bingung.
“Pak Roni. Antarkan saya ke rumah sakit!” titah Bella.
“Rumah sakit? Nona sakit. Saya hubungi tuan Alex ya, Non.”
“Tidak usah. Abang hari ini ada meeting, Jangan diganggu.”
Roni hanya mengangguk mengerti lalu menyalakan mobilnya dan menuju rumah sakit. Di jalan Bella mengirim pesan pada dokter Wahyu jika ia ingin datang ke rumah sakit dan meminta tolong agar mendaftarkan dirinya hari ini untuk pemeriksaan.
Sepanjang jalan Bella tersenyum dan mengusap perutnya. Ia yakin saat ini ia sedang hamil buah cintanya dengan Alex.
Sesampainya di rumah sakit, Bella terdiam sejenak di dalam mobil lalu melihat sekitar tempat parkir.
“Pak Roni,” panggil Bella.
“Pak Roni tunggu di mobil saja ya. Aku ke dalam.”
“Baik, Non.”
Bella berjalan masuk kedalam rumah sakit. Dengan hati berdebar, ia terus berjalan menuju ruangan dokter Wahyu. Bella duduk setelah mengkonfirmasi pendaftarannya pada suster. Bella tersenyum pada ibu-ibu yang duduk di sebelahnya lalu melihat ponselnya.
“Sudah berapa bulan, Mbak?” tanya Ibu yang duduk di sebelahnya.
“Eum ... baru telat satu minggu, Bu.” Bella tersenyum tipis lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Bella melihat sekelilingnya, ia melihat dua orang lagi yang sedang mengantri untuk masuk ke dalam ruangan dokter. Tak lama salah satu pasien keluar.
“Nyonya Bella!” panggil suster.
“Ya Sus!” Bella bangkit dari duduknya.
“Loh sus, kok dia duluan. Bukannya dia baru datang?” celetuk salah satu pasien yang tidak terima jika Bella yang baru saja datang langsung di panggil.
“Iya, Bu. Maaf ... Ibu ini sudah mendaftar lewat online!”
“Oh...,” balas ibu tersebut sedikit sinis melihat Bella, ditambah Bella datang seorang diri.
Bella tersenyum tipis dan mengangguk tanda permisi untuk masuk kedalam ruangan. Bella masuk diikuti Suster.
“Selamat siang, Dok!” sapa Bella.
“Siang, Bu Bella. Alexnya tidak ikut!” tanya Wahyu.
“Abang ada meeting.”
“Oh ... oh iya ada keluhan apa?” tanya Wahyu saat Bella duduk di kursi di sebrang mejanya.
“Begini dok. Saya sudah telat satu minggu!”
“Sudah di tespek?”
“Sudah! Dan hasilnya positif!”
“Baik lah. Mari diperiksa dulu.”
Bella mulai berbaring di bantu suster menaikan bajunya sedikit dan menyelimuti kakinya. Hatinya begitu berdebar saat dokter mulai mengarah alatnya di perut bawahnya.
“Ok ... kantung janin sudah terlihat ya. Tapi sepertinya janinnya belum terlihat. Usianya baru masuk 5 minggu ya. Dua Minggu lagi datang kemari ya.”
“Baik dok. jadi saya hamil dok.”
“Iya,” balas Wahyu tersenyum sambil melepas sarung tangannya.
Bella tersenyum haru lalu ia bangkit kemudian duduk di kursi.
“Jangan berhubungan dulu ya. Ini saya berikan resep vitamin, jangan lupa di minum.”
“Baik dok!” Bella dengan penuh bahagia menerima resepnya.
“Sayang!” Tiba-tiba terdengar suara Alex di ambang pintu.
“Abang? Kok ke sini, bukannya lagi meeting?” Bella heran melihat suaminya tiba-tiba datang padahal ia tidak mengabari Alex pergi ke dokter kandungan.
“Tadi Roni menghubungi Abang, terus tidak lama Wahyu juga menghubungiku kalau kamu datang kemari, bagaimana hasilnya?” tanya Alex penasaran. Alex melihat Bella dan Wahyu bergantian.
Bella meraih tangan Alex dan meletakkan di perutnya disusul Wahyu memberikan hasil USG-nya.
“Aku hamil, Bang. Ini calon anak kita.”
“Benarkah?” Alex tidak percaya dengan jawaban Istrinya. Matanya pun mulai berkaca-kaca menanti jawaban kedua dari Bella hanya untuk memastikan sekali lagi.
“Iya, Abang...!”
Alex sontak memeluk Bella dan menangis terharu. 10 tahun sudah penantiannya ingin memiliki anak dan ternyata ia dapat dari istri ketiganya. Alex tidak bisa lagi berkata-kata, hanya bisa menciumi wajah cantik istrinya. Suster dan Wahyu pun ikut terharu melihat Alex begitu bahagia. Wahyu tahu bagaimana perjuangan Alex dan dua istrinya untuk mendapatkan anak. Walau dari istri kedua tidak begitu antusias ingin memberikan Alex seorang anak dan isteri pertama memang sudah putus harapan. Sebab Anna sudah di vonis tidak akan bisa memiliki anak.
“Terima kasih sayang. Abang janji akan selalu menjaga kamu dan terus menemani kamu.”
“Iya Bang!” Bella mengusap air mata Alex.
“Lex ... ini baru terlihat kantung janinnya, tolong di jaga ya dan tolong jangan berhubungan dulu ya.” Alex memperhatikan hasil USG dan mendengarkan Wahyu menjelaskannya.
“Iya, Yu! Terima kasih.”
“Sama-sama, Ini resep vitaminnya. Jangan sampai lupa minum vitaminnya ya dan tetap makan yang bergizi.”
Alex mengangguk lalu bangkit dari duduknya sambil merangkul Bella yang juga hendak bangkit dari duduknya.
“Sus, Ada kursi Roda?” tanya Alex membuat Bella dan suster heran.
“Buat apa Bang?”
“Abang tidak mau kamu jalan takut kenapa-kenapa,” balas Alex sambil mengusap perut Bella. Suster dan Wahyu hanya tersenyum. Wahyu memberikan kode pada Suster agar mengambilkan kursi rodanya yang ada di luar ruangan yang tidak jauh dari ruangan tersebut.
“Mari ikut saya, Tuan.” Suster membuka pintu dan keluar dari ruangan diikuti Alex dan Bella. Tak lupa suster memanggil pasien berikutnya lebih dulu.
Setelah itu suster mengambil kursi rodanya yang berada dipojok ruangan dan memberikannya pada Alex.
“Ini Tuan. Sekali lagi selamat atas kehamilan istrinya.”
“Terima kasih, Sus!” balas Alex kemudian Suster kembali bekerja.
“Ayo duduk!” titah Alex pada Bella agar Bella duduk di kursi rodanya.
“Tidak usah Abang! Jalan saja,” pekik Bella malu sambil melihat ibu-ibu yang sedari tadi memperhatikannya.
“Sayang....”
“Baiklah.” Bella hanya pasrah dengan sikap dan perhatian Alex yang menurutnya berlebihan, tetapi ia paham jika Alex hanya ingin menunjukkan rasa perhatiannya.
Alex mendorong kursi rodanya menuju lift dan mereka tak lupa menebus vitaminnya, setelah itu mereka pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah Alex membopong Bella saat turun dari mobil. Bella hanya tertawa kecil melihat tingkah suaminya.
“Sudah Bang, jangan berlebihan.”
“Tidak apa-apa sayang. Saat ini kamu prioritas Abang.” Alex mendudukan Bella di sofa
“Harus! Kalau bisa setiap hari Abang sama Bella.”
Alex tertawa kecil lalu duduk di sampingnya. Alex mulai mengusap perut sang istri dan menciumi perutnya.
“Hai sayang, cepet terlihat ya. Papa tunggu kamu. Papa sudah tidak sabar pengen lihat kamu,” gumam Alex diperut Bella.
“Dan Abang untuk saat ini memang harus memprioritaskan aku. Maaf ya Mbak Ana,” Batin Bella sambil mengusap rambut Alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
anak d jdikan alasan dsar egois
2022-12-30
0
Samsuna
jgn egois Bella
2022-12-16
1
⏤͟͟͞R◇Adist
mulai egois Ojo maruk bel..bininya laki lu tuh banyajlk
2022-08-18
0