“Abang ... sudah ... Capek,” lirih Bella.
“Sebentar, sedikit lagi.” Alex mencengkeram telapak tangan Bella dan mengakhiri permainannya diiringi desahan terakhir Bella.
Nafas keduanya begitu memburu dan tersenyum satu sama lain. Rasa itu mulai tumbuh di dalam hati Bella, ia terus memandangi wajah orang yang saat ini menjadi harapannya selalu ada untuk dirinya.
“Besok, Abang mau keluar kota. Mungkin sekitar 3 hari.”
“Yah ... boleh ikut gak.”
“Boleh sih, tapi sama Mbak Ana. Mau?”
“Gak jadi deh, takut ganggu. Mbak Ana juga pengen berduaan sama Abang. Walau sambil kerja.”
Alex tersenyum lalu mengecup kening Bella. Alex bersyukur mempunyai istri pengertian. Padahal yang sebenarnya ia ingin menemui Irene dan kebetulan memang akan keluar kota bersama Anna dan Alex mengajak Iren.
Mereka berdua membersihkan tubuhnya, setelahnya mereka menuju ruang tengah. Tidak disangka di ruang tengah ada Anna yang sedari tadi menunggu mereka dan mendengar pertempuran mereka.
“Mbak Anna,” batin Bella melihat Alex yang juga melihatnya.
“Anna, Ada apa datang kemari?” tanya Alex menghampirinya sementara Bella duduk di sofa satunya.
“Em ... tidak ada apa-apa. Aku cuma mau kasih ini sama Bella.” Anna tersenyum tipis dan terlihat seperti dipaksakan.
Setegar apapun dirinya menjalani biduk rumah tangga dengan suami yang memiliki lebih dari dua istri, sudah pasti ada rasa sakit tersendiri dihatinya. Walaupun ia mengatakan ikhlas berbagi dengan Bella, nyatanya hatinya tidak pernah bisa berbohong bahwa ia sangat cemburu.
Alex melihat paper bagnya lalu tersenyum. Alex lalu memberikannya pada Bella.
“Ini ... untuk kamu,” ujar Alex. Bella mengambilnya dan tersenyum canggung ke arah Anna.
“Terima kasih ya, Mbak.”
“Sama-sama, di pakai ya.”
Bella mengangguk dan tersenyum. Bella melihat sekilas Alex meraih jemari Anna lalu merapikan rambutnya. Melihat itu Bella membuang pandangannya dan pura-pura tidak melihat. Ada rasa nyeri di dadanya melihat Alex mesra pada istri pertamanya.
“Abang, Mbak Anna. Ibel buatkan minuman ya?”
“Tidak usah, Bella. Mbak langsung pulang, maaf sudah mengganggu. Mbak juga mau mempersiapkan keperluan Mas Alex buat besok keluar kota,” ujar Anna yang tahu Bella sedang cemburu.
Bella tersenyum tipis melihat Anna bangkit dari duduknya dan menenteng tasnya. Anna menyalami Alex kemudian melambaikan tangan pada Bella.
“Hati-hati, Mbak!” ujar Bella diangguki Anna. Anna keluar dari rumah Bella diantar Alex sampai teras.
Alex kembali ke dalam dan melihat Bella duduk diam sambil cemberut dan mengabaikan pemberian Anna.
“Kamu kenapa?” tanya Lex duduk di sampingnya.
“Tidak apa-apa. Lagi bad mood.”
“Kamu cemburu?”
“Tidak...! Lagian ngapain sih Bang Mbak Anna kesini, Kan dia udah punya rumah sendiri dan udah dapat jatah kunjungan sendiri.” Bella benar-benar cemburu istri pertamanya suaminya sering berkunjung di rumahnya.
Bella tidak menyukai kedatangan Anna yang hampir setiap hari dengan alasan memberikan sesuatu untuknya.
Alex tahu Bella tidak nyaman saat berdua dengannya diganggu istri yang lainnya. seolah privasinya terganggu.
“Iya ... Abang tahu, kamu pasti gak nyaman, kan? Tapi Mbak Anna menganggap kamu sebagai adiknya.”
“Terserah Abang! Menganggap adik pasti ada maunya. Namanya madu, tetap saja madu yang suatu saat bisa bisa jadi racun. Aku sendiri juga sudah jadi racun di rumah tangga Abang sama dia. Tidak ada istri yang mau di duakan Bang.“
“Terus kenapa kamu mau Abang nikahi?”
“Bukan begitu maksud Bella, Bang! Aku tahu pernikahan kita memang sudah terjadi dan memang Mbak Ana memberikan izin. Tapi maksud Bella itu, kalau Abang lagi sama aku, ya sudah jangan di ganggu! Begitu sebaliknya. Aku tidak akan pernah datang ke rumah Mbak Anna waktu Abang datang ke rumahnya. Karena aku menghargai perasaannya. Seharusnya Abang tahu sebagai suami. Abang harus tahu perasaan kami masing-masing.”
Bella bangkit dari duduknya lalu menuju kamar. Alex terdiam mengingat Anna memang sering berkunjung ke rumah Bella saat dirinya ada di rumah istri ketiganya. Seharusnya ia sebagai suami tahu perasaan istri masing-masing.
Alex menyusul Bella ke kamar, namun pintu kamarnya di kunci. Alex menghela nafas menghadapi istri mudanya dan memang Bella masih sangat muda dan belum bisa mengontrol emosinya.
“Sayang ... tolong buka pintunya. Kita bicarakan baik-baik ya. Besok Abang bicara sama Mbak Anna, biar gak sering datang kemari!”
“Terserah Abang!”
“Sayang ... sudah jangan marah. Besok Abang keluar kota tiga hari.”
“Terserah!“
“Kamu nangis!”
“Gak!”
Lagi-lagi Alex menghela nafas panjang. Memikirkan cara bagaimana agar Bella mau membuka pintu kamarnya.
Akhirnya Alex memilih diam dan berbaring di sofa ruang tengah. Mengetahui suaminya tidak lagi membujuknya Bella kemudian pelan-pelan membuka pintu dan mengintip dari celah pintu kamarnya.
“Kenapa malah tidur sih. Bukannya di bujuk sampai luluh gitu. Ais ...!” Bella berjalan menghampiri Alex.
“Abang!” pekiknya. Alex sedikit membuka matanya dan berpura-pura tidak mendengar panggilan istrinya.
“Bang!
“Hm!” Alex masih menutup matanya.
Bella kemudian ikut berbaring di sampingnya dan memeluk Alex. Alex hanya tersenyum geli melihat tingkah Bella seperti anak kecil.
“Sudah marahnya?” tanya Alex.
“Belum! Abang kenapa gak bujuk Bella sampai Bella buka pintu sih?” rengek Bella.
Alex tertawa lalu memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Bella. Kini keduanya saling bertatapan dengan jarak begitu dekat.
“Coba marah lagi?” goda Alex. Namun Bella langsung mencium bibir suaminya.
“Gak mau marah lama-lama, nanti tidur sendiri!” Bella kemudian memeluk Alex kembali.
“Ya sudah, pindah ke kamar!”
“Gak mau di sini saja.“
keduanya tertawa kecil sambil berpelukan. Bella sudah mulai tidak bisa jauh dari Alex, namun Alex sebenarnya memikirkan Irene. Ia juga merindukan Iren. istri yang cerewet, banyak maunya. Tapi begitu menggemaskan bagi Alex. Apalagi permainan ranjang Irene lebih panas dari dua istrinya.
Disisi lain ia juga tidak bisa meninggalkan Bella dalam arti meninggalkan begitu lama. Ia tahu Bella tidak bisa tidur jika tidak ada yang menemani. Apalagi Bella sudah tidak mempunyai siapapun.
“Sayang ...,” panggil Alex.
“Hmm!”
“Nanti tidur sama mbok Imah. Abang 3 hari di luar kota. Kalau nanti tidak bisa tidur, pakai saja baju Abang.” Mendengar ucapan Alex Bella tertawa kecil. Mungkin suaminya mengira ia anak kecil yang jika di tinggal ayahnya akan mencari baju sang Ayah agar bisa tidur.
“Memangnya Bella anak kecil. Bella itu yang penting tidurnya di temani dulu. Waktu ayah masih hidup Ayah selalu menunggu Bella tidur. Kalau Bella sudah tidur, Ayah keluar dari kamar.”
“Tapi pertama kali kesini, kok bisa tidur?”
“Aslinya gak bisa tidur, Karena udah capek nangis jadi ketiduran.” Bella tertawa kecil melihat wajah pria yang saat ini mendekapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
bener ju sih apa yg Bella blang walaupun bella yg muda bukan berarti. di atur2 nanti punya anak takut nya di atur alasan lagi Bella bisa punya anak. iya ngk. thour
2025-04-10
0
Evy
ngelunjak banget.padahal istri pertama begitu baik dan tidak jutek...
2024-07-03
0
Santi Rizal
kebanyakan punya istri Alex sampe bingung
2023-07-02
0