Maya yang baru saja tiba, tanpa rasa malu mendekati Arkan dan Laras yang berada di hadapan Papa Han.
“Tante, ini ada apa? Kok Mas Arkan sama dia?” tunjuk Maya dengan wajah yang di buat sesedih mungkin.
Laras terkejut, ia memandang wajah sedih gadis yang ada di hadapan nya itu.
“Siapa perempuan ini tante? Kenapa dia sama Mas Arkan?” tanya Maya lagi. Ia terus berakting, agar Laras luluh dan merasa kasihan terhadapnya.
“Kamu mau ngapain kesini? Oh! Pasti mama ya yang udah telpon kamu dan suruh kamu datang kesini!” Arkan menatap malas pada Maya yang berpakaian minim itu.
“Ma!” Papa Han melototi istrinya itu, tapi istrinya pura-pura tidak melihat.
“Om, Tante Rita kan udah janji mau nikahin Maya sama Mas Arkan. Terus kenapa sekarang kaya gini? Huhuuu, Maya gak terima,” kata Maya sembari meneteskan air mata buaya.
“Ar, Pa, dia siapa?” tanya Laras dengan pelan.
“Bukan siapa-siapa!” timbal Arkan pada Laras. “Dia itu semacam kotoran yang nempel di sepatuku.”
“Iya kan, pa?” Arkan meminta tanggapan papanya. Papa Han hanya mengangguk sembari tersenyum kecil.
“Tante, Mas Arkan tega banget ngomong gitu. Lagian juga, kenapa cewek itu rebut Mas Arkan dari Maya? Gimana kalau seandainya calon suami dia yang di rebut sama orang lain?”
“Laras gak ngerebut, Arkan sendiri yang mau sama Laras,” kata Laras membalas semua perkataan Maya. Entah keberanian dari mana yang di dapatkan gadis seperti Laras. “Iya kan, Ar? Kamu sendiri yang mau sama aku, aku gak godain kamu kan?”
“Iya sayang, kamu gak godain aku. Aku sendiri yang maksa kamu buat mau sama aku.” Arkan menjawab perkataan Laras. Membuat Mama Rita melongo, ternyata gadis kampung yang ada di hadapannya itu tidak selemah yang ia lihat.
“Tuh! Kamu denger sendiri apa kata Arkan dan Laras. Gak ada siapa yang merebut siapa? Mereka berdua sama-sama suka, kamu aja yang baru mengenal Arkan dan malah berharap terlalu banyak.” Cetus Papa Han sembari melirik istrinya.
“Tante, Maya gak terima. Kenapa tante diem aja?” dengan tidak tahu malu, Maya terus merengek. “Pokoknya, Maya gak mau kehilangan Mas Arkan!”
“Kamu gak mau kehilangan saya, tapi saya mau kamu nya hilang dari pandangan mata saya. Jadi gimana?”
“Arkan! Kamu jangan keterlaluan!” bentak Mama Rita.
“Pa, siapa yang ngomong? Ada suaranya tapi gak keliatan wujudnya?”
Papa Han mengulum senyum, sebenarnya ia kasihan pada istrinya itu. Tapi, jika di ladeni istrinya itu akan semakin menjadi.
“Tante, Maya mau pulang. Maya mau aduin sama Mommy!” ancam Maya.
“Aduin aja, kamu ngadu sama Mommy kamu. Aku ngadu sama penghulu!” Arkan menatap Maya dengan tatapan tidak suka.
“Kok ke penghulu, Ar?” tanya Laras dengan pelan.
“Ya kita minta nikah kan lah! Masa minta nikah kan sama dia!” tunjuk Arkan pada Maya.
“Sudah, jangan perduli kan Maya dan Mama mu. Cepat lah pasangkan cincinnya, setelah itu kalian berdua bisa istirahat,” kata Papa Han.
“Jangan di sini pasangin cincinnya, pa. Biar nanti Arkan pasang di kamar aja,” ucap Arkan. “Ayo, yank. Kita pindah dari sini.” Arkan menarik tangan Laras menjauh dari tempat itu.
“Arkan!” tegur Papa Han, ia takut kedua anak itu melakukan hal di luar batas.
“Tenang, pa. Arkan masih waras kok,” ucap Arkan sembari mengacungkan jempol nya.
Pemuda itu pun mengajak Laras menaiki anak tangga dan menuju di mana kamarnya berada.
“Ayo masuk!” ajak Arkan. Ia membuka pintu kamarnya itu dan meminta Laras masuk.
“Ar, kita satu kamar di sini? Nanti Papa dan mama mu mikir aneh-aneh loh! Lagian kan mereka gak tau kalau kamu,” Laras menghentikan ucapannya, ia takut Arkan akan tersinggung dan marah padanya.
“Iya aku tau, tapi biarin aja deh! Aku gak mau pisah dari kamu,” kata Arkan. “Biarin papa mau ngomong apa, lagian juga dua minggu lagi kita bakal nikah!”
Laras pun terdiam, ia tidak tahu lagi harus berbicara seperti apa pada Arkan.
Arkan pun menarik tangan Laras, ia segera memasang kan cincin ke jari manis Laras. “Gimana? Bagus?” tanya Arkan. Laras mengangguk. “Kamu suka?”
“Suka banget, tapi harganya pasti mahal banget. Mungkin bisa jadi lebih mahal lagi dari kalung ini!” Laras memegangi kalung yang melingkar fi lehernya.
“Ini gimana? Masa gak romantis, aku di suruh pasang cincin ini sendirian apa?” Arkan yang masih memegang kotak cincin itu menjadi cemberut. Pasalnya, ia menunggu Laras untuk memakaikan pasangan cincin itu di jarinya.
Laras tersenyum, ia segera mengambil alih cincin itu dan memakaikan nya di jari manis kiri Arkan.
“Best couple!” tiba-tiba saja, Arkan memeluk pinggang Laras. Membuat Laras kaget dan salah tingkah di buatnya.
“Em, aku tinggal ke bawah sebentar. Mau ambil sesuatu di mobil,” kata Arkan setelah ia melepaskan pinggang Laras yang ramping.
“Iya,” kata Laras. Gadis itupun duduk di tepian ranjang Arkan.
Saat Arkan sudah keluar dari kamar iru dan menuruni anak tangga. Tiba-tiba saja, Mama Rita dan Maya datang dan masuk kedalam kamar itu.
“Hey! Perempuan kampung!” panggil Maya. Laras diam, tidak menyahut ataupun kelihat siapa yang datang. Ia berpura-pura pokus pada ponsel Arkan yang ada di tangannya.
“Kamu tuli, ya?!” bentak Mama Rita.
“Enggak, Laras gak tuli,” kata Laras Tiba-tiba. Nampak nya, gadis itu benar-benar meniru apa yang di ajarkan Papa Han dan Arkan saat di meja makan tadi. “Kalian tadi manggil perempuan kampung kan? Ya, Laras gak nyaut lah. Orang Laras perempuan kota kecil, bukan kampung.”
Mata Mama Rita dan Maya mendelik lebar. Mereka kesal mendengar jawaban Laras.
“Ingat, ya! Saya gak akan pernah setuju sama kamu, saya gak akan pernah merestui hubungan kamu dan putra saya!” Mama Rita memperingati.
“Asal kamu tau, yang pantas buat Arkan itu aku, bukan kamu!” tunjuk Maya dengan begitu tidak suka.
“Hehee! Sayangnya yang memilih di sini Arkan sendiri. Dan dia milih Laras, jadi gimana dong?” Laras terkekeh kecil, ia meledek Maya dan Mama Rita yang ada di hadapannya.
“Kamu!” Maya menjadi geram, ia pun maju dan hendak menjambak rambut Laras.
“Huhuhuhu, Arkan!” panggil Laras, ia menyebut nama Arkan. Tampak, gadis itu pura-pura menangis.
“Sayang!” Arkan yang datang dengan sebuah paper bag di tangannya segera masuk kedalam kamar. Ia mendekati Laras yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Spontan, Maya dan Mama Rita mundur dari posisi mereka. Mereka terkejut sekaligus takut pada Arkan.
“Kamu kenapa? Hmmm!” tanya Arkan sembari menyingkirkan telapak tangan Laras dari wajah.
“Itu, perempuan itu gak suka sama aku. Dia katain aku gadis kampung, gak cocok dan gak pantas sama kamu. Dia juga jambak rambut aku,” adu Laras melebih-lebihkan. Membuat Arkan geram, Arkan pun memeluk tubuh Laras.
Mama Rita dan Maya mendengus kesal di buatnya. Diam-diam, Laras yang di peluk oleh Arkan, tersenyum mengejek pada Mama Rita dan Maya. Membuat Mama Rita dan Maya semakin dongkol.
“Dia gak cuman kampungan, tapi juga licik,” bisik Mama Rita pada Maya.
“Iya, Maya pikir. Bakal mudah nyingkirin gadis lugu kayak dia, ternyata dia cuman pura-pura lugu, tante.”
.
.
.
BERSAMBUNG!
Note: Isi cerita sesuai genre ya! Romantic, Komedi! Jadi Help! Jangan ada yang mem-bully.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Yanti dian Nurhasyanti
hihihiii . kelinci kecil nya arkan banyak akal 😍 dari pada kamu so suci padahal bolong🙈🤣🤣🤣🤣🤣
2022-10-17
0
Ida Lailamajenun
hahahaha rubah kecil dilawan ya gk Laras🤣🤣🤣org nya aja yg asal kampung tapi tingkahnya gk kampungan🤣🤣🤣hajar Laras libas pelakor
2022-09-29
0
himawatidewi satyawira
ank lucknut nih tp bener jg mak arkan mmng durhakim
2022-09-26
0