Keadaan di luar rumah masih remang-remang. Tetapi, pemilik raga Laras sudah terbangun. Ia menatap pria yang tidur di sampingnya dengan memeluk guling itu.
Ya! Semalam dia tidur dengan berbagi ranjang bersama Arkan. Kini, pria itu tidur satu kamar bahkan satu tempat pembaringan.
Anehnya, keduanya tidak merasakan canggung sedikitpun. Padahal mereka baru kenal.
Dengan perlahan, Laras turun dari ranjang itu. Ia berjalan perlahan ke arah dapur. Sesampai di dapur, ia mengeluarkan barang-barang yang ada di atas meja dari dalam plastik. Isinya adalah, belanjaan yang kemarin ia beli bersama Arkan.
“Aku masak ini aja, deh!” ia mengeluarkan dua ekor ikan tongkol asap dari plastik itu. Dan juga satu papan tempe dan tepung bumbu.
“Kali aja, Arkan mau makan,” ucapnya.
Ia pun memulai acara masak paginya. Mendoan tempe dan sambal suir ikang tongkol asap itu. Di padukan dengan nasi putih hangat. Saat di Kota nya, ia biasa sarapan apa saja. Jadi, ia tidak tahu kebiasaan Arkan.
Di dalam kamar, Arkan mengejapkan matanya. Ia mencium aroma wangi sesuatu yang belum pernah ia cium sebelumnya.
“Kok baunya begini? Wangi apa sih?” Arkan bangkit dari ranjang itu. Sembari mengucek matanya. Ia berjalan ke arah dapur, menuju di mana asal aroma wangi tersebut.
Arkan mendudukan bokongnya di kursi plastik yang ada di meja makan itu. Tangannya hendak mencomot tempe mendoan yang ada didalam piring yang ada diatas meja itu.
Plak! Laras memukul tangan itu pelan.
“Kok di pukul?” Arkan memonyongkan bibirnya. Wajah kusutnya yang baru bangun tidur itu, membuat Laras tersenyum geli. “Aku kan pengen nyoba.”
“Cuci muka dulu!” ujar Laras. Dengan malas, Arkan bangkit dari kursi itu. Menuju kran di mana tempat mencuci piring berada.
“Aku udah cuci muka nih! Apa lagi? Jangan sampe pas aku mau comot makanan itu, tanganku di pukul lagi,” entah kenapa Arkan yang dingin pada semua orang itu, bisa bersikap manja pada seorang Laras. Yang notabenya baru ia kenal dan belum ia ketahui asal asulnya.
“Sini!” Laras mendekati wajah Arkan, dan mengusap wajah itu dengan handuk kecil yang ia pegang di tangannya.
Setelah itu, ia membiarkan Arkan sarapan pagi. Saat Arkan sedang sarapan, ia berjalan ke arah lemari makanan. Ia membuatkan Arkan secangkir teh hangat.
“Emm, ini enak banget loh! Ini pertama kalinya aku sarapan kaya gini, soalnya dari kecil. Mama selalu kasih aku roti dan susu,” ucap Arkan dengan mulut yang penuh. Jadi ucapannya tidak begitu jelas.
“Makan dulu, baru ngomong. Nanti tersedak, Ar!” ujar Laras memperingati. Ia meletakan secangkir teh hangat yang ia bawa ke samping Arkan.
Setelah Arkan menelan makanan yang ada di dalam mulutnya. Arkan kembali berbicara.
“Aku pindah kesini aja, ya? Nanti aku izin sama Papa.”
Mendengar perkataan Arkan, membuat Laras mengerutkan keningnya. “Enggak boleh!” sahut Laras cepat.
“Kenapa gak boleh?” Arkan menaik turunkan alisnya.
“Kita itu bukan muhrim, gak boleh serumah. Nanti timbul fitnah!” ujar Laras.
“Ya udah, kita nikah aja. Lagian kamu udah buat aku positif!” balas Arkan.
“Positif apaan?” tanya Laras yang tidak paham maksud Arkan.
“Positif membuka hati dan positif nyaman sama kamu!” celetuk Arkan. Membuat pipi Laras bersemu merah.
“Jangan pergi, aku serius!” Arkan mencekal pergelangan tangan Laras saat Laras hendak pergi dari sampingnya.
“Aku tau, kamu gak akan mudah percaya. Kamu anggap aku main-main, tapi inilah kenyataannya. Aku belum pernah dekat sama siapapun, belum pernah nyaman sama siapub termasuk Mamaku. Tapi, sama kamu semuanya beda,” kata Arkan. Ia menatap wajah Laras yang selalu bertatapan sendu itu.
“Aku tau, aku gak tau diri. Karena laki-laki yang gak normal ini, memaksa minta sesuatu yang lebih dari kamu. Tapi aku pengen kamu tau, aku deketin kamu bukan untuk memanfaatkan kamu atas kondisiku yang gak sempurna ini. Aku benar-benar nyaman sama kamu!” Laras balik menatap wajah dan mata Arkan.
“Aku, aku gak ngerti sama perasaan aku. Aku bingung, aku takut kamu Cuma main-main aja!” Laras menundukkan kepalanya.
“Aku gak pernah main-main, sekarang kita jalani aja dulu kayak gini. Di saat hati kita udah mantap, baru kita bahas lagi!” Arkan kembali melanjutkan sarapannya. Ia kembali makan dengan lahap.
Setelah sarapan, Arkan memutuskan untuk mandi lebih dulu sebelum ia pulang dan berangkat ke kantor.
“Aku pergi dulu, nanti setelah pulang dari kantor. Aku kesini lagi,” ucap Arkan setelah ia selesai bersiap. Ia mengulurkan tangannya pada Laras. Laras pun menyambut uluran tangan Arkan dan mencium punggungnya.
“Duh, berasa punya Istri!” celetuk Arkan.
.
.
.
BERSAMBUNG!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Yanti dian Nurhasyanti
do'a nya buat Arkan pas nikah sama laras penyakitnya sembuh y🤗
2022-10-17
0
Ida Lailamajenun
ceritanya bgs ringan moga konflik gk berat
2022-09-29
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
nikah aja Arkan sama Laras,dari pada sama Maya bekas banyak orang
2022-07-24
0