Tiga hari kemudian.
Di rumah sakit, keadaan Laras sudah membaik. Kini, ia tengah duduk di atas ranjang pasien yang ada di rumah sakit itu. Ada Arkan yang sedang mengemasi barang-barang nya.
Hari itu juga, Laras sudah diperbolehkan pulang. Tapi, ia bingung. Ia harus pulang kemana?
Arkan menatap Laras yang tampak murung, seperti sedang memikirkan sesuatu. “Hey! Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Arkan. Tepat dihadapan wajah Laras.
“Hehehe! Aku bingung, kemana harus pergi,” kata Laras. Gadis itu memaksakan tawanya. “Kamu mau gak, temenin aku cari kontrakan?” tanya Laras dengan sangat hati-hati.
“Boleh!” sahut Arkan cepat.
Setelah selesai mengemasi barang-barang Laras yang di gunakan selama di rumah sakit itu. Arkan segera mengajak Laras untuk pergi.
“Turunnya pelan-pelan!” Arkan mengulurkan tangannya pada Laras. Agar mempermudah Laras turun dari ranjang pasien itu.
Laras turun dengan sangat hati-hati, ia berjalan dengan tertatih. Pasalnya, kakinya masih sakit jika di gerakan.
“Hati-hati! Nanti jatuh.” Arkan menuntun Laras keluar dari rumah sakit itu. Ia membuka pintu mobil, lalu menuntun Laras masuk ke kursi yang ada di samping kursi kemudi.
“Makasih, ya,” ucap Laras.
Lama mereka berkeliling mencari tempat kontrakan. Tapi, Laras tidak menemukan yang cocok. Hingga pada akhirnya, Arkan angkat bicara.
“Ras, kamu mau kontrakan yang kaya mana?” tanya Arkan sambil memandang wajah pucat Laras.
“Yang gak terlalu besar, dan sewanya pas sama duit yang ada di kantong Laras saat ini,” kata Laras.
“Astaga, Laras! Jadi dari tadi kita keliling, bukan karena kamu gak suka sama kontrakannya. Tapi, karena biaya sewa!” Arkan menepuk jidatnya. Ia sudah lelah kesana kemari sambil menuntun Laras.
“Hehehee.. Kan aku gak punya uang,” ucap Laras.
“Ayo ikut, aku!” Arkan menarik pergelangan tangan Laras. Ia lupa, bahwa kaki Laras sedang cidera.
“Auchh!” rintih Laras, ia merasakan sakit di kakinya saat mengikuti langkah Arkan yang cepat.
“Maafin, aku,” kata Arkan. Ia mengentikan langkahnya.
Arkan berjongkok untuk melihat kaki Laras yang cidera akibat insiden tempo hari. Di tiupnya luka itu dengan lembut.
“Huh.. Huh..” Arkan terus meniup luka yang baru akan mengering itu. “Gimana? Masih sakit?” tanya Arkan.
“Udah mendingan,” kata Laras dengan dahi berkerut.
“Kalo gitu, kita jalan lagi, ya. Pelan-pelan!” ujar Arya, ia kembali menuntun Zivanya untuk memasuki kawasan kontrakan yang berjejer.
Ia pun segera memesan satu kontrakan untuk Laras. Bahkan, Arkan membayar sewa kontrakan itu untuk beberapa bulan kedepan.
“Udah bisa langsung di tempati, kan, Mbak?” tanya Arkan pada pemilik kontrakan.
“Bisa, bisa banget. Kebetulan, ini kontrakan yang punya baru aja keluar kemarin. Jadi masih terawat!” ujar Pemilik kontrakan.
Arkan segera mengajak Laras masuk, ia menuntun Laras menuju kursi rotan yang ada di dalam rumah kontrakan itu.
“Aku jadi gak enak, biaya sewa kontrakan ini jadi kamu yang bayar,” kata Laras.
“Jangan di pikirin. Aku yang harusnya minta maaf, karena udah bikin kamu sakit kaya gini!” Arkan menggenggam jemari Laras.
Ia tidak mengerti. Hati yang selama ini selalu ia tutup rapat untuk para wanita, karena penyakit memalukan yang ia derita. Begitu cepat terbukanya untuk seorang gadis seperti Laras.
Ia baru saja beberapa hari mengenal Laras, tapi ia merasakan nyaman ketika berdekatan dengan gadis itu.
Tanpa terasa, hari sudah mulai gelap. Laras pun meminta Arkan untuk pulang.
“Bukannya aku, ngusir. Hari udah mulai gelap, mendingan kamu pulang. Karena gak ada orang lain di rumah ini,” ucap Laras dengan perasaan tidak enak. Karena, ia mengusir Arkan dengan cara halus seperti itu.
“Aku gak akan pulang, aku bakal temani kamu di rumah ini. Sampe kamu sembuh!” ujar Arkan.
“Tapi, kita kan bu-“ belum selesai Laras mengucapkan kalimatnya. Arkan sudah lebih dulu memotong.
“Tenang aja, meski aku mau ngelakuin itu sama kamu. Aku gak akan bisa, karena aku bukan pria normal,” guman Arkan. Tapi masih terdengar jelas di telinga Laras.
“Apa?” tanya Laras dengan intonasi yang sedikit tinggi. Ia begitu terkejut mendengar pengakuan pria yang ada di hadapannya itu.
“A-a-aku. A-a-aku bukan pria normal!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Purnawati zainir
adakah di dunia nyata yg seperti arkan
2022-10-22
0
Ida Lailamajenun
pasti normal Laras ada tuh buat ngobatinnya tenang Arkan othor udh nyiapin pawang buat penyakitmu 😁😁
2022-09-29
0
Senajudifa
halo thor salken dr kutukan cinta dn mr.playboy y mampirlh kekaryaku jika berkenan
2022-08-01
0