...🌿🌿🌿...
...•...
...•...
...•...
Deo
Ia sebenernya terkejut saat melihat dua kristal bening yang meluncur membasahi pipi wanita di depannya tadi. Sama sekali tak mengira jika wanita yang ia lihat secara visual kuat, rupanya cengeng juga.
Tadinya Deo hanya ingin memberikan pelajaran, serta ingin membuat perempuan itu tahu, jika dirinya tak suka akan apa yang di ucapkan oleh Arimbi.
Namun, sikap ketus pegawai barunya itu benar-benar membuatnya kehilangan kendali atas dirinya. Menyulut amarahnya, demi mengingat tiap kesempatan bertemunya mereka, selalu terisi oleh kejadian tak menyenangkan.
Deo memijat keningnya yang mendadak terasa pening. Ia hanya takut jika wanita itu menggembar-gemborkan apa yang dilihatnya kapan hari.
Jelas itu menjadi sebuah ancaman untuknya.
Bagiamanapun juga, Citra dan integritas itu sangat penting. Sesal mendadak menyelinap manakala menyadari jika ia baru saja menyakiti hati perempuan itu.
"Astaga!" Deo membasuh wajahnya kasar.
.
.
Erik
Ia langsung ngacir manakala mendengar suara gebrakan meja yang sangat keras, tepat saat ia akan mengetuk pintu Deo. Pria yang suka akan kerapian itu , berada di sana karena akan menginformasikan jika kedelapan anak lainnya akan di bawa Aswin dulu, untuk menuju otoritas kepala aviation security untuk melakukan screening pass.
Niatnya seketika menguap, bersamaan dengan suara bentakan yang terdengar dari dalam ruangan Deo. Erik tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun yang jelas, suasana di dalam sedang tidak baik-baik saja.
Kini, ia lebih memilih untuk turun saja. Jelas suasana hati bosnya sedang buruk. Ia tak mau mendapat masalah lagi jika ia turut ikut campur masalah itu.
Erik cukup tau diri. Lagipula, ia sebenarnya juga takut kepada Deo jika sudah marah begini.
" Mending kamu prepare yang lain, soal Arimbi nanti biar aku yang antar ke terminal!" Ucap Erik sesaat setelah ia tiba di lantai dasar, dan meminta Daniel untuk membersamai kedelapan anak yang lebih dulu tadi.
Daniel mengangguk setuju, meski dalam benaknya bertumpuk ganjalan serta banyak sekali pernyataan yang memenuhi isi hatinya, tantang kenapa wajah Erik yang mendadak pias, serta kenapa Arimbi belum juga turun.
Jelas sesuatu yang tidak beres telah terjadi.
.
.
Arimbi
Ia terperanjat kala Erik muncul tiba-tiba dari samping tangga yang tidak ia lihat, sewaktu ia turun ke lantai dasar. Ia buru-buru mengusap sisa air matanya, karena tentu saja ia malu jika orang lain melihatnya menangis.
Benar-benar tak menyangka, jika di hari pertamanya bekerja ia justru mendapat hardikan.
" Saya yang akan antar kamu ke terminal setelah ini, yang lainnya sudah jalan lebih dulu! soalnya" Ucap Erik mencoba biasa saja. Ia tak mau ikut campur.
Erik tak bisa meminta siapapun untuk mengantar Arimbi. Harusnya tadi bersama Daniel dan Aswin, namun karena kejadian unconditionally tadi, membuat segala sesuatunya tak berjalan sesuai rencana.
Ini adalah Minggu ketiga yang sudah mepet dengan akhir bulan. Dan di jam ini, semua karyawan pasti sedang melakukan tugas pelayanan di bandara.
Arimbi mengangguk dengan mata yang memerah sebab baru saja menangis. " Saya ke toilet dulu ya Pak?"
Erik mengangguk dan tak mengajukan protes sama sekali, sekalipun Arimbi lupa memanggilnya dengan sebutan yang tak ia sukai itu.
" Ada apa sebenarnya, perasaan tadi enggak ngelakuin salah apapun. Masa cuma gara-gara dia datang paling akhir tadi?"
Erik membatin seraya menatap Arimbi yang kini berjalan menjauh darinya menuju toilet. Jiwa keponya meronta-ronta. Entah mengapa Erik merasa iba saat melihat Arimbi yang matanya mulai sembab.
Arimbi yang telah berada di dalam toilet, kini menatap pantulan dirinya ke cermin besar yang berada di dalam toilet bersih lantai dasar itu. Terlihat wajah sembab dengan hidung memerah khas orang menangis.
" Sabar Ar, ingat tujuanmu kerja buat apa!" Ia bermonolog seraya tersenyum sumbang.
Benar kata seorang pengarang novel yang sering dia baca, tak ada yang mudah untuk orang miskin seperti dirinya.
Ia mendadak teringat akan wajah sumringah Ibu yang pasti saat ini pamer ke teman sesama pedangan, jika anak-nya bisa masuk menjadi staff Airline. Membuat keteguhannya kembali.
Ia kini menarik napasnya dalam-dalam. Berusaha menetralisir rasa emosi yang masih menyerangnya. Ia tak bisa menafikkan perasaan sedihnya. Namun, ia pernah mendengar sebuah kata-kata bijak.
" Jika kesedihan sedang menghampirimu, menunduklah! Biarkan dia melewatimu dan berlalu!
Ya, kata-kata bijak yang sangat relevan dengan yang dia alami saat ini.
Arimbi kini terlihat menepukkan compact powder yang baru ia beli kemarin ke area matanya yang sembab, sejurus kemudian ia juga terlihat memoleskan kembali blush on warna peach ke area pipinya.
Ya, Arimbi men-touch up kembali penampilannya agar sisa tangisnya tidak terlalu kentara. Ia adalah wanita kuat dan tegar. Dan detik itu juga, ia berjanji tidak akan mau tau lagi soal Deo dan peliharaannya itu.
Ia akan menegur seperlunya dan sebisa mungkin menghindari kontak dengan bosnya itu.
Tapi bisakah?
Jika menurut orang lain Deo merupakan representasi dari sosok milenial cerdas yang patut di segani, tapi bagi Arimbi pria itu hanyalah sesosok manusia mesum yang beruntung karena di lahirkan di tengah-tengah keluarga yang kaya raya.
I hate you Boss!
...----------------...
Daniel
Entah mengapa ia mendadak mencemaskan Arimbi. Tapi, tunggu dulu. Atas dasar apa ia mendadak peduli? Mereka bahkan baru bertemu tak lebih dari lima kali.
Ia yang kini menunggu kedelapan orang yang masih antri untuk melakukan sesi foto screening pass, terlihat diam seraya melipat kedua tangannya. Duduk termenung menatap meja dari sebuah sofa nyaman yang kini menyangga tubuhnya.
" Setelah ini, kita kemana kak?" Tanya seorang wanita yang tersenyum ramah kepada Daniel. Wanita yang sudah kembali keluar, karena telah mendapatkan giliran foto terlebih dahulu.
" Kamu siapa namanya?" Tanya Daniel yang kini membetulkan posisi duduknya di samping Aswin yang seketika beranjak karena sibuk menerima telpon dari seseorang.
" Saya Resita!" Jawab wanita itu malu-malu. Terlihat senang karena mendapat kesempatan untuk berbicara dengan Daniel.
" Oke, Res. Setelah ini kamu infokan ke yang lain kalau kita nunggu Arimbi dulu, kalau semua udah selesai foto nanti masuk ke ruang KA Avsec, ada yang mau di sampaikan mereka soal kode area dan wilayah terbatas yang boleh kalian masuki!"
Daniel memang ramah kepada siapa saja. Namun, sepertinya Resita yang melihat hal itu mengartikan keramahan Daniel sebagai hal lain. Hal yang jelas membuat berbunga-bunga.
Resita tak hentinya tersenyum manakala Daniel yang dengan lugasnya, menjelaskan tiap info yang wajib pria itu share, kepada para karyawan baru pada khususnya.
Resita terlihat begitu menikmati waktu saat Daniel menjelaskan detail demi detail pekerjaan yang bakal mereka lakukan nanti. Satu persatu dari kedelapan anak tersebut juga terlihat keluar masuk demi mengantre untuk di foto.
" Udah selesai Dan?" Tanya Erik yang tiba-tiba muncul bersama dengan seorang perempuan yang mengekor di belakangnya.
Mata Daniel seketika membulat kala ia melihat Arimbi yang datang bersama Erik dengan mata yang sembab.
DEG
" Kenapa dia?"
" Apa yang terjadi?"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Waahh Resita geeran banget jadi cwe.. padahal Daniel malah memberikan perhatian lebih pada Arimbi.
2023-12-18
0
Erni Fitriana
apa daniel suka sama arimbi🤭🤭🤭🤭
2023-04-30
0
🌺💐H@5#🌺💐
semoga di tempat kerjanya ini bi ini berteman dengan orang yang selalu bertutur baik dan penyabar sehingga sifat lembut itu bisa nularke bi juga
2023-04-01
1