...🌿🌿🌿...
...•...
...•...
...•...
Arimbi
Ia masih ingat kiat-kiat dalam menjadi pelamar yang baik. Mulai cara mengetuk pintu, memberikan salam serta intonasi suara bernada 'MI', nada yang ada pada urutan tangga nada ke-tiga itu, menjadi standar pemilihan volume suara di sektor pelayanan.
Meskipun ia pramuniaga, toh sama saja saat melayani pembeli. Haish, sejenak ia murung. Kenapa swalayan sebesar itu bisa bangkrut sih?
Namun sesuatu yang sama sekali tak ia sangka, sesuatu yang sangat mencengangkan sekaligus mengesalkan, sukses membuat dirinya mendelik manakala melihat pria edan yang tadi mendampratnya secara semena-mena.
" Kamu!"
" Kamu!"
Ia reflek menunjuk ke arah pria berambut hitam dengan model rapih pria milenial masa kini itu. Membuat dua manusia lain disana saling bersitatap. What's wrong?
" Emmm, maaf. Tapi bisa...kita lanjut dulu?" Ucap Daniel memungkasi kecanggungan yang mendadak menyeruak. Daniel bisa menganalisa jika bosnya itu tengah marah, sebab rahang pria itu terlihat mengeras.
" Kenapa lagi si bos dengan wanita itu. Apa mereka saling mengenal?" Batin Daniel yang paham jika direkturnya itu pria yang temperamen.
" Baik, saudari Arimbi kita mulai ya!" Fransisca terlihat profesional dan tak terpengaruh keadaan yang mendadak terasa mencekam, kala Deo terlihat berwajah tak suka.
" Oke, sekarang perkenalkan diri kamu!" Ucap Fransisca yang duduk di sebelah kiri Deo. Membuat Daniel yang kini ada di sisi kanan Deo melirik ekspresi bosnya yang mendadak membuang muka.
" Perkenalkan nama saya Arimbi..."
" In English!" Membuat Arimbi terperanjat.
" Disini tertera kamu punya pengalaman di Tirta Dewata kan? Jelas kamu menguasai!" Titah Fransisca menatap lekat Arimbi yang sebenarnya resah.
" Ok, let me introducte my self!"
" My name is Dyah Ayu Arimbi, I was born in Mandalika 17 September nine teen ninety nine!!"
Tak di nyana, Deo terkesima dengan kemampuan bahasa Inggris Arimbi yang luar biasa. Pronounsestion serta cara bicaranya benar-benar mantap. Namun sejurus kemudian, Deo kembali memasang wajah tak suka manakala mengingat sikap kurang ajar wanita di depan itu.
Arimbi dengan lugas dan tenang menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan oleh Daniel maupun Fransisca. Baik itu pertanyaan basic, maupun spesifik. Membuat Daniel mengangguk senang. Akhirnya setelah sekian lama ada juga yang lumayan. Begitu pikir pria yang memiliki jabatan sebagai leader itu.
" Lulusan apa kamu?" Tanya Deo dengan wajah tak ramah. Membuat Fransisca tersentak. Pun dengan Daniel.
"I am..."
" Jawab pakai bahasa Indonesia aja, gak usah sok-sokan kamu. Kamu pikir kamu hebat?"
Arimbi mendelik sementara Daniel dan Fransisca terkejut bukan main. Ada masalah apa sebenarnya dua manusia itu. Kenapa ketidaksukaan Deo kentara sekali.
" Saya lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan administrasi perkantoran!" Jawab Arimbi santai. Mencoba untuk tidia terprovokasi.
" Cuma SMK aja sok- sok'an kamu!" Ucap Deo ketus seraya menarik sudut bibirnya.
Mata Arimbi mulai memanas. Batinnya nelangsa demi mendengar ucapan menyakitkan dari bibir Deo. Tidak profesional sekali pria di depannya itu. Ia tahu Deo pasti sakit hati kepadanya. Tapi apa tidak bisa profesional. Memangnya dia siapa? Sombong sekali. Arimbi berusaha menguatkan hati untuk diam.
" Apa hobi kamu?" Daniel kini berusaha mengalihkan situasi yang mencekam. Berintermezo agar suasana yang tegang sedikit melonggar.
" Saya suka memasak, berenang, dan sangat menyukai seni dalam hal ini seni musik!"
Daniel cukup senang dengan kepercayaan diri Arimbi. Terlebih, wanita itu mampu bersikap tenang walau Deo barusaja melontarkan kata-kata pedas. Jelas bekal yang baik untuk kesinambungan pekerjaan nanti. Lantaran di penerbangan, potensi gesekan penumpang saat pesawat delay bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Dan hal itu, membutuhkan ketenangan serta kemampuan dalam menghandle.
" Kenapa kamu menginginkan pekerjaan ini?" Tanya Fransisca. Ya, pertanyaan yang kerap menjebak ini, akhirnya ditanyakan juga.
Deo menatap tajam Arimbi dengan wajah tak bersahabat. " Pasti jawabannya sama kayak yang ada di Gugel!" Batinnya suudzon.
" Saya ingin mengabdikan diri saya di perusahaan Darmawan Angkasa Ground Handling sebagai staff Airline, karena saya yakin dan mampu dapat berkontribusi positif demi kemajuan perusahaan!"
"Jika saya diberikan kesempatan untuk bergabung, saya akan bersedia mengikuti peraturan yang berlaku sebagai karyawan baru, sekaligus mendedikasikan diri saya untuk melayani dengan sepenuh hati "
Arimbi muntah-muntah dalam hatinya, sebab tujuan sebenarnya yakni agar ia tak diminta kawin melulu oleh ibunya.
Daniel makin berdecak kagum, pun dengan Fransisca. Berbeda dengan Deo yang masih menatap sengit ke arah Arimbi yang mencoba menatap Deo dengan tatapan datar namun menusuk.
" Baik, Arimbi. Kami akan menghubungi kembali jika kamu nanti terpilih ya. Dan satu lagi, tolong kamu perbaiki cara make up kamu ya, untuk masalah rambut jika belum bisa cepol yang rapih, sebaiknya di potong pendek saja nanti. Baik kamu boleh pergi sekarang!" Fransisca dengan suara lembut namun tegas menginformasikan hal itu kepada Arimbi, dan membuat wanita itu mengangguk ramah.
" Terimakasih banyak, Bapak Ibu. Selamat pagi!" Ucap Arimbi mengangguk ramah. Benar-benar poin plus.
Deo berubah pikiran dan melanjutkan wawancara itu lagi hingga ke peserta terkahir, dia berharap menemukan orang lain yang lebih berkompeten. Ia tak mau dengan Arimbi, wanita tak sopan yang kurang ajar.
Namun sialnya dari delapan belas pelamar yang ada, hanya ada lima kandidat yang memenuhi kriteria. Mereka bertiga akhirnya menyelesaikan wawancara itu, tepat saat pukul 11 siang.
" Pak Deo, saya memiliki catatan khusus untuk anak bernama Arimbi tadi. Saya sangat setuju jika dia diterima, selama ini provider sering komplain karena pegawai kita sering kesulitan saat mengatasi bule yang komplain, sementara Daniel harus backup anak-anak operation. Kita bisa tempa anak itu unt..."
" Saya enggak mau terima dia, selain pintar kita juga perlu anak yang memiliki sopan santun. Bukan seperti dia yang kurang ajar"
" Fasih berbahasa Inggris bukan satu-satunya indikator penting!"
Jawab Deo dengan mata menerawang. Membuat Daniel dan Fransisca kembali saling menatap penuh kebingungan.
" Hah, yang benar saja? Si bos kalau udah enggak suka begini amat!" Batin Daniel.
" Ehem!" Daniel berdehem demi memberanikan dirinya untuk unjuk suara. " Bu Sisca benar Pak. Beberapa maskapai seperti Jatayu dan Andanu Air sangat rewel akhir-akhir ini, takutnya mereka akan melirik ground handling lain jika kita tidak ada perbaikan sisi pelayanan per segera.
" Di tambah lagi, sebentar lagi kita akan persiapan handle maskapai penerbangan rute internasional. Jelas pax asing akan semakin banyak, mohon di pertimbangkan lagi pak. Kalau masalah attitude, kita bisa tempa bersama-sama nanti.
Deo terlihat berpikir. Sial sekali pikirnya, kenapa harus wanita itu.
" Kami hanya mengusulkan, selebihnya kami menunggu keputusan Pak Deo!"
Deo terlihat menimbang saran kedua orang berpengaruh itu. "Kalau masalah attitude, kita bisa tempa bersama-sama nanti."
Deo menggarisbawahi ucapan Daniel tadi. Sepertinya akan menyenangkan jika ia bisa balas dendam. Toh jika tak cocok, ia bisa memecat wanita itu kapan saja dan sesuka hatinya.
" Baiklah, panggil wanita itu Sabtu besok!"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Jangan gitu Deo.. jangan terlalu benci nanti cinta 🤭
2023-12-15
0
dementor
jadi pengen nampol lambenya deodoran ini.. 😅😅😅
2023-05-21
0
dementor
lemes banget lambenya deo ini.. deo apa? deodoran kayaknya 😭😭😭😭😭😭
2023-05-21
0