...🌿🌿🌿...
...•...
...•...
...•...
Arimbi
Ia masih sibuk melipat pakaian milik seluruh penghuni rumahnya sambil menonton berita, kala terdengar ketukan dari depan rumahnya malam itu. Pakaian yang menggunung dan membuat sakit mata bagi yang memandangnya.
Musim hujan tak hanya membuat emak-emak ngomel perihal pakaian, tapi juga dirinya yang kesal karena pekerjaannya kini menumpuk.
TOK TOK TOK
Ia mengabaikan hak itu dan masih tekun melihat aksi penyergapan wanita yang di grebek istri sah suami, di dalam sebuah kamar hotel. Toh biasanya Ibu yang membukanya.
" Pemirsa, korban yang dalam hal ini merupakan wanita simpanan pria berinisial AS, mengalami luka cukup serius pada bagian kepala, pasca istri dari pria tersebut memukulkan sebuah toples kaca ke arah korban..." Ucap news anchor.
" Njadis! Modiar ra we!! ( Kapok, mampus enggak lu)" Ia bergumam gemas manakala video yang di blur itu, menerangkan jika sang pelakor menerima jambakan berkali-kali, usai ditimpuk oleh toples. Sebuah video kiriman dari netizen, kepada redaksi berita nasional itu membuat Arimbi puas.
Memang seharusnya begitu pelakor di perlakukan. Siksa saja sepuasnya.
Mendadak ia ingat dengan Wira, pria yang ia tinggal tanpa pamit, kala ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, pria itu menggenjot tubuh rekan kerjanya. Benar-benar biadab.
TOK TOK TOK
Arimbi masih tak merespon, ia masih asyik melihat berita yang sepertinya mewakili dirinya itu. Untung saja Arimbi tak jadi menikah dengan Wira. Begitu pikirnya.
SWIIING
PLETAK!
" Aduh!" Ia mengaduh manakala sebuah botol handbody kosong melayang ke atas kepalanya. Keras dan menimbulkan rasa ngilu.
" Kuping opo jamur? Ada orang ngetuk pintu dari tadi juga, bukannya di jawab malah njodas njadis ngomong sama tipi!" Bu Ningrum kesal kepada Arimbi. Anaknya it keterlaluan sekali pikirnya.
" Aku kira Ibuk loh yang bukain!" Jawab Arimbi mendengus dengan wajah berengut " Sakit tahu Buk!" Ia mengusuk kepalanya yang sakit akibat di cumbu botol sialan itu.
Bu Ningrum tak menjawab dan kini melesat ke depan. Kesal dengan Arimbi yang lelet.
" Eh nak Yusa, mari masuk!" Suara Ibu mendadak terdengar ramah.
" CK, padahal baru ngomelin aku!" Gumam Arimbi.
Tunggu dulu, Arimbi mendadak mendelik demi sebuah nama yang di sebut oleh ibunya.
" Yusa?"
" Ar, ada mas Yusa ini!" Teriak Ibu dengan suara stereo. Benar-benar membuat Arimbi geleng-geleng.
" Aduh, gimana ini. Kenapa aku belum di panggil panggil ya, gimana aku jawabnya?" Gumam Arimbi yang resah kala di hari ke empat ini, ia belum juga mendapatkan panggilan maupun pesan untuk dia kembali menemui HRD. Padahal ia sangat berharap diterima, agar ibu tak lagi meminta dirinya dekat dengan pria manapun.
Ya, Arimbi masih sakit hati dengan pria. Belum mau membuka hati sebab luka hatinya masih menganga. Pria itu dimana-mana sama saja, brengsek dan seenaknya. Begitu pikirnya.
" Ar!" Ucap Ibu dengan intonasi yang lebih mengerikan. Membuatnya merinding.
Mau tidak mau ia akhirnya menemui Yusa, sebelum ia kena damprat ibunya lagi. Akan sangat tidak baik nantinya.
Huh, astaga!
Saat tiba di ruang tamu, ia melihat Yusa tersenyum kearahnya. Pria itu sebenarnya tak jelek lho. Banyak gadis di daerah sekitar yang senang cari perhatian dengan anak pemilik tambak lobster itu.
Namun lagi-lagi, semua pria itu ganteng di mata wanita yang tepat, dan Yusa bukan wanita yang tepat bagi Arimbi.
" Kamu temenin Yusa dulu, ibuk mau buatin minum. Bentar ya nak Yusa!"
" Oh enggak usah Bu, saya enggak lama kok disini. Saya cuma mau ngantar titipan bapak. Ini mohon di terima. Kami ada sedikit rezeki, dan ini untuk Bu Ning!"
Yusa menyerahkan sebuah amplop dan sebuah bingkisan, keluarga Yusa terbilang sering bersedekah kepada janda-janda maupun anak-anak Yatim pada bulan-bulan tertentu.
Arimbi rikuh saat Yusa tersenyum manis ke arahnya. Ia tahu, pria itu memang beberapa kali menanyakan dirinya kepada Ibu.
" Ya ampun, terimakasih nak Yusa. Terimakasih sekali. Tapi tunggu sebentar ya, ibuk buatin minum dulu. Sebentar saja!" Bu Ning rempong dan terlihat tak enak hati dengan pemuda tampan di depan itu.
Membuat Yusa akhirnya pasrah.
Sepeninggal Ibu, suasana menjadi canggung. Membuat mereka berdua krik krik krik.
" Apa kabar Ar?" Sapa Yusa yang membuatnya tersentak, sebab pikirannya sedari tadi resah demi menunggu kabar dari Darmawan Angkasa.
" Aku b-baik!" Ucapnya gagu.
" Duh, si Yusa ini ngapain sih lihat-lihat?"
" Kamu kapan ada waktu kosong? Minggu depan ada festival di kota, kalau kamu pingin lihat kamu bisa bareng aku. Kebetulan aku ikut jadi panitianya!" Ucap Yusa tersenyum ramah. Membuat Arimbi keki.
" Hah? Emmm aku...belum ada jadwal kosong mas, maksud aku aku mungkin udah masuk training!" Arimbi gelagapan, bingung mengutarakan alasan.
Yuda mengerutkan keningnya. " Training, bukannya kamu lagi free ya sekarang?"
" Oh enggak, aku baru aja interview di Darmawan Angkasa?" Ucap Arimbi memaksakan senyum.
" Di Airport?" Tanya Yusa memastikan.
Ya, kebetulan rumah mereka dekat dengan bandara yang terbilang belum lama beroperasi sejak kelasnya di naikkan dan kini telah di kelola PT Nawangsa Pura, setelah sebelumnya di kelolaan oleh Dinas perhubungan di bawah naungan otoritas wilayah kelas 3 bandara Juanda.
" Iya mas!" Jawab Arimbi sekenanya. Membuat Yusa mengangguk-angguk.
" CK, ibu mana sih lama banget!" Batinnya resah sebab pria baik di depannya itu cukup membuatnya risih. Entahlah, sejak Arimbi dikhianati, ia menjadi antipati terhadap pria selain adiknya. Singkat kata, ia masih tertelan rasa sakit hati dan belum kepikiran untuk menjalin hubungan baru dengan orang baru.
Dan sejurus kemudian,
" Aduh, maaf ya nak Yusa, adanya teh. Ini tadi Ibuk buat kue, ibu coba nak Yusa icip, yang satu ini tolong dibawa pulang untuk Ibu nak Yusa ya?"
Ibu rupanya membungkus sebuah bolu pisang yang mereka buat sore tadi. Astaga ibu, bisa-bisanya berlebihan seperti itu? Membuat Arimbi tak suka.
Yusa nampak senang dengan perlakuan hangat Bu Ning, namun semua itu tak berbanding lurus dengan apa yang dirasakan Arimbi.
" Ibuk ini manis banget kalau di depan Yusa, CK. Ya Tuhan tolong aku. Aku enggak mau nikah dulu!" Batin Arimbi menjerit resah, karena menunggu kabar.
" Wah, jadi ngerepotin ini Buk!" Ucap Yusa sungkan. Pria berusia 27 tahun itu agaknya memang memiliki tingkat kesopanan tinggi plus keramahan yang natural.
" Sama sekali enggak repot nak, wong ada!" Ibu tersenyum ramah sekali sejak tadi. Sangat berbeda saat beberapa menit yang lalu, waktu ibu menimpuk dirinya dengan botol handbody sidia.
Dasar emak-emak!
.
.
.
.
Jangan lupa like, komen juga hadiahnya ya readers. Biar author makin semangat berkarya 🤟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Wkwkwk.. harusnya seneng ya Arimbi dapat perhatian Yusa sementara banyak wanita lain yang mengharapkannya, tapi gimana lagi wong nggak suka.
2023-12-15
0
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Woalah bar2nya Arimbi diajari ibune jebul.
2023-12-15
0
Erni Fitriana
😁😁😁😁😁😁😁aku suka cara momi ngungkapin cerita.....lanjut mom
2023-04-29
0