...🌿🌿🌿...
...•...
...•...
...•...
Arimbi
Minggu siang itu ia lebih memilih menyibukkan dirinya ke warung lesehan mbak Wiwit. Ia dilarang ibunya untuk ikut ke pasar sebab Arimbi kerap tak bisa menjaga mulutnya tiap ada preman pasar yang menggodai dirinya. Praktis, Bu Ning tak mau menambah persolaan lagi dengan membawa serta Arimbi ke pasar. Untuk itulah, ia ingin anaknya memiliki pekerjaan yang mapan dan bisa di pandang.
Minggu ini para wisatawan dan wisatawati di pastikan akan berpelancong ke Pasir Kurawa. Itu sudah bisa mereka terka, sebab hari libur ini pasti banyak manusia-manusia yang memerlukan penyegaran otak.
Dan pilihan untuk bertandang ke lesehan mbak Wiwit adalah pilihan yang tepat.
Mbak Wiwit merupakan orang yang pandai meracik bumbu masakan sejak perawan dulu. Anak tunggal itu benar-benar beruntung memiliki kelihaian dalam memasak. Tak seperti dirinya yang ala kadarnya
" Permisi!"
" Mbak, kalau mau pesan makanan untuk banyak orang bisa kan ? Tapi sebagian belum datang, kami mau ke pantai dulu, gimana? "
Terdengar suara depan. Suara milik seorang pria gempal yang memiliki tahi lalat besar di pipinya. Orang-orang biasa menyebutnya dengan sebutan tompel.
Ia sedang sibuk menata kertas minyak yang ditaruh diatas ingke ( piring dari jalinan rotan), saat telinganya tanpa sengaja menguping lalu mengintip pembicaraan kakak sepupunya itu bersama pria itu, dari balik etalase kaca tempat menyimpan lauk.
" Bisa mas, berapa orang nggeh? Mau menu apa saja?" Suara mbak Wiwit terdengar antusias.
" Kisaran dua puluh orangan lah. Kalau bisa tempatnya yang itu!" Tunjuk pria gempal itu ke arah gazebo lebar milik mbak Wiwit. Ada dua gazebo besar yang berada di dekat bibir pantai, dan tempat yang lain langsung berada gandeng dengan rumah second mbak Wiwit.
" Bisa pak bisa, akan segera saya siapkan! Lalu untuk menunya?" Ucap Wiwit kembali mengulang pertanyaan yang belum di jawab oleh pria itu.
" Pokoknya kasih aja menu seafood yang paling enak, orang-orang penting yang ikut ini soalnya. Minumnya kokonat woter ( coconut water / es kelapa muda )!"
Arimbi yang mendengarnya dari dalam, kini mencibir dengan mulut melenyot mencebik. " Kokonat woter! kokonat woter!! Orang penting orang penting ngomongnya sableng, sok banget sih!" Gumam Arimbi dari dapur bersih mbaknya itu sesuai terus mencibir pria tompel itu.
Entah apa yang kini dibicarakan kakak sepupunya itu, ia tak lagi bisa mendengar sebab ia menuju ke belakang untuk mengambil tomat, mentimun dan beberapa lalapan lainnya.
Dan saat ia kembali, wajah berbinar mbak Wiwit mengejutkannya.
" Ar, kebeneran banget ini hari kamu kesini. Hari ini Ibuk ada acara mendadak soalnya, jadi enggak kesini . Kamu jangan pulang cepet- cepet dong! Bantuin mbak ya? Itu ada yang pesen buat dua puluh orang. Untung mbak tadi masak nasi banyak! Nanti mbak kasih sangu deh!" Ucap Wiwit seraya memegang lengan Arimbi yang rempong membawa sayur-sayuran.
Biasanya tiap Minggu, Wiwit memang masak nasi banyak. Karena bisa di pastikan jumlah pengunjung akan melonjak dibandingkan hari biasanya. Dan biasanya juga, bapak dan ibunya membantu.
Wiwit sebenarnya baru selesai menjawab telepon dari ibunya, sesaat sebelum pria tambun itu datang. Telepon yang mengandung informasi jika Bude Ningsih tidak bisa ke warung lesehan itu sebab ada acara mendadak bersama ibu-ibu rempong lainnya.
Ada rasa tak tega yang menyelinap ke hati Arimbi, kala melihat wajah Wiwit. Wajah sok tegar yang sebenarnya batinnya selaku saja menjerit sebab belum menerima kepergian suaminya.
" Untung aku kesini, kalau enggak gimana coba. Udah dibilang buruan kawin..eh nikah maksudnya!" Ucap Arimbi dengan cepat menutup mulutnya lalu tekrikik-kikik sebab salah omong. " Buruan nikah, malah enggak pernah mau! Kasihan kamu mbak sendiri terus, itu ngupas dengan juga susah loh. Mau sampai kapan begini terus?" Ucap Arimbi yang sebenarnya kasihan melihat Wiwit yang kerap kerepotan sendiri.
Wiwit diam tak menyahuti ucapnya. Wiwit tak marah maupun tersinggung. Janda kembang itu tahu bila adiknya itu memang suka ceplas-ceplos manakala bicara.
Keriwuhan yang menerpa Arimbi , sejenak mampu mengalihkan dirinya yang sebenarnya harap-harap cemas menunggu kabar dari DA GH.
Dan satu jam kemudian, datang dia pria berpakaian super rapih, dan keduanya sama-sama orang yang tak asing bagi Arimbi.
" Hah, itu kan?"
.
.
Erik
Ia meminta Gufron untuk memesankan tempat untuk makan siang yang jaraknya dekat dengan bandara, setelah flight selesai. Ada dua orang auditor yang musti mereka jamu siang ini.
Mereka masih memiliki waktu dua jam sebelum memulai pekerjaan kembali siang itu. Untuk itulah, Erik tak memiliki waktu yang. banyak jika harus mengajak mereka ke restoran yang lokasinya sangat jauh dari bandara. Selain itu, rupanya auditor tersebut juga ingin bersantap siang di pantai Pasir Kurawa.
" Pron Gupron! Booking tempat sana kamu, itu team audit ngajak ke Pasir Kurawa! Pesen makan di tempat yang paling bersih ya pron?"
Gufron mendengus. " Gufron, pakai Fanta ( F) Pak, bukan pakai P !" Ucap pria yang bekerja sebagai driver multifungsi itu seraya berengut.
" Alah, sama aja! Ilat wong jowo ( lidah orang Jawa) enggak bisa diubah. Lagipula salah pengucapan juga tidak berpengaruh apapun dalam kemaslahatan hidupmu, terlebih juga tidak bisa mengurangi lemak jahat yang tertimbun di perutmu!" Sahut Erik enteng seraya terkikik-kikik.
"Sialan lu pak!" Gufron memaki dalam hati. Mendengus sebal sebab bosnya itu selalu saja membulinya.
Tim auditor safety and security yang selama seminggu ini mengaudit jajaran Avsec ( aviation security) di tubuh Ground Handling milik Deo itu, ingin makan dengan suasana outdoor dengan rasa kearifan lokal. Mau tidak mau, Erik yang notabene sebagai tangan kanan DA GH itu musti membereskan perihal umum itu, tanpa membuat Deo repot.
Definisi dari birokrasi yang berguna.
Erik mengajak para managernya untuk turut bersafari lidah , dan membersamai keberadaan dua auditor ke lesehan yang dekat saja, sebab Deo tak bisa ikut karena ada kegiatan bersama Pak GM Nawangsa Pura ke hotel Mandala.
Dan tepat di jam dua siang, mereka yang sudah bersama para jajaran manager terkait, kini berbondong - bondong menyerbu tempat lesehan yang sudah di infokan oleh Gufron.
" Lesehan Sayu Wiwit Pak, tempatnya paling ujung, yang depannya ada dua gazebo!"
" Dari parkiran jalan terus wes ke barat, jangan babalas pak nanti nyemplung, kasihan pak Erik nanti kalau nyemplung. Belum kawin udah mati klelep!"
Erik misuh - misuh memaki Gufron yang ceikikan di ujung teleponnya. Brengsek si Gufron!
Tiba di lokasi, Erik yang kini satu mobil bersama dua auditor itu kini menyeret langkahnya menuju sisi barat, sesaat setelah memarkirkan mobilnya ke tempat parkir yang telah tersedia.
Jika dilihat dari angkasa, pemandangan bandara itu sangat cantik karena landasan pacunya dekat dengan pantai yang indah. Tak heran, bandara itu kini kian ramai seiring dengan perkembangan pariwisata di kota B yang kian bervariasi.
" Daniel, kamu temani saya ke sana dulu!" Tunjuk Erik ke kedai besar yang memang terlihat paling bersih diantara jajaran kedai-kedai lainnya!" Rio kamu bawa auditor dan rekan-rekan nya ke gazebo dulu ya!"
Mereka akhirnya berpisah di dekat pohon nyiur yang berada tak jauh dari tempat lesehan Sayu Wiwit. Erik berniat membereskan soal keuangan agar jangan sampai pihak auditor yang membayarnya nanti. Bisa di cincang Deo dia nanti.
Dan begitu saat mereka hendak memasuki tempat makan paling bersih itu, kedua netra Erik membulat demi sosok yang saat ini juga menatapnya penuh keterkejutan.
" Kenapa dia ada dimana-mana?"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Hihihi.. kebetulan yang tak terduga,lagi2 ketemu Arimbi.
2023-12-17
0
Erni Fitriana
bimsalabim abrakadabra🧚♀️🧚♀️🧚♀️🧚♀️🧚♀️🧚♀️prok...prok..prokkkkk....arimbiiii menyebar dimana manaaaaaa
2023-04-30
0
fiendry🇵🇸
terserah Arimbi ada dimana2 pak 😂😂😂
2022-10-28
0