...🌿🌿🌿...
...•...
...•...
...•...
Deo
Ia hendak mengambil sesuatu di dalam mobilnya, benda itu ketinggalan sebab tadi ia buru-buru masuk ke kantornya karena Erik yang membuatnya tak memiliki kesempatan bahkan untuk sekedar mengambil tasnya.
" Bos, ditunggu pak GM ( General Manager ) NP ( Nawangsa Pura)!"
Jika Pak GM datang, pasti ada urusan yang sangat penting. Dan itu benar adanya.
Ya, hari ini akan menempati rumah barunya yang terletak di sebuah perumahan elit yang dekat dengan bandara internasional kota B. Membuat Deo membawa banyak sekali barang dalam mobilnya.
Dan hampir saja bertubrukan dengan wanita tadi, sukses membuat emosi Deo terpantik.
" Perempuan itu benar-benar membuatku darah tinggi!" Gumamnya seraya menekan lock remote mobilnya. Rupanya pria itu mengambil laptopnya.
Usia mengambil benda persegi itu, Deo kini menuju ke ruangannya lalu melempar punggungnya ke sandaran kursi dengan wajah sebal. Entahlah, mengapa ia bisa begitu kesal tatkala bertemu dengan wanita tadi.
Mungkin karena setiap bertemu, mereka selalu terlibat kejadian tak menyenangkan.
" Bos, itu pesertanya udah datang semua, saya yang buka atau bos sendiri?" Tanya Erik yang kini mengambil soal-soal tes tulis itu.
Deo memijit-mijit keningnya yang mendadak mumet. " Biar aku aja!"
Ia naik ke lantai dua tempat dimana sebuah ruangan selebar delapan meter yang sudah di jajari kursi khusus untuk mengerjakan tes. Deo memindai kesepuluh anak yang pagi ini akan menjalani tes. Besar harapannya jika ada anak yang lebih baik dari Arimbi. Mengingat pria itu sepertinya sangat tidak suka dengan Arimbi.
Enam perempuan dan empat laki-laki yang hadir akan di peringkas lagi menjadi enam delapan orang. Sebenarnya kemarin hanya ada lima anak saja yang masuk kualifikasi, namun atas saran Daniel dan Fransisca, mereka meminta sepuluh anak itu untuk di tes . Membuat Erik mengundang ke-sepuluh anak itu hari ini.
Bagaimanapun juga, saran Daniel dan Fransisca sangat penting. Sebab mereka yang tahu kebutuhan di lapangan itu seperti apa.
" Terimakasih yang sudah datang. Dan benar, anda yang diundang hadirkan disini merupakan orang-orang yang lolos wawancara!"
" Jika di tempat lain wawancara diadakan di sesi akhir, namun dalam manajemen kamu berbeda!"
Deo membuka kegiatan pagi itu dengan penuh kewibawaan, membuat para peserta tes dari kaum hawa berdecak kagum dan terpesona dengan ketampanannya. Tapi tidak dengan Arimbi, wanita itu terlihat sibuk sendiri dibelakang sana. Membuat Deo menyipitkan matanya.
" Waktu kalian hanya tiga puluh menit, selesai tidak selesai harap dikumpulkan!"
" Kriteria yang lolos adalah peserta dengan nilai minimal 7.5!"
" Kamu! Yang main hape..!"
" Iya..kamu!"
Kesemua anak disana turut mangalihkan pandangnya, pada gadis manis yang saat ini mendelik karena terkaget. Membuat Erik turut menelan ludah dengan susah payah.
" Aduh, ada- ada aja!"
.
.
Arimbi
Ia duduk di bangku paling belakang, sifatnya memang lebih suka individualis. Selain itu, ia juga minder dan merasa kerdil. Sebab yang ada di sana merupakan anak-anak orang berada.
Arimbi juga tahu jika pria sombong itu sudah datang dengan pria yang lebih ramah tadi. Namun, sebuah pesan tiba-tiba masuk dan membuatnya gemas untuk menjawab.
Wira menelponnya berkali-kali dan mengatakan ingin bertemu. Sungguh situasi yang tidak pas pikirnya.
" Tolong Ar, aku mau jelasin sama kamu, aku waktu itu di jebak"
" Aku bakal datengin kamu kerumah ibumu!"
Arimbi yang kesal berniat ingin memblokir nomer Wira, namun belum juga niatnya itu terimplementasikan. Sebuah suara berjenis bass itu membuatnya tersentak.
" Kamu yang main hape!"
" Iya kamu!"
DEG
Ia seketika mendongak dan matanya menatap ke arah Deo yang sudah sangat terlihat marah. " Mampus aku!"
Ia juga menelan ludahnya dengan susah payah, tatkala tatapan penuh selidik dari peserta lain turut mendakwanya sinis.
" Rik, ambil hapenya, dan perhatian untuk semuanya. Hape kalian tolong di kumpulan hingga tes ini berakhir. Tes ini merupakan tes wawasan dan tidak di benarkan melakukan kecurangan dalam bentuk apapun!"
Ucap Deo tegas seraya menatap tajam Arimbi.
" Sialan, padahal aku enggak ada niat mau curang asu!" Batin Arimbi kesal. Pikirnya juga resah, takut kalau-kalau Wira datang dan berbuat onar dirumahnya. Oh ya ampun!
" Ponselnya?" Ucap Erik kepada Arimbi dengan tangan meminta.
" Nanti diambil lagi kan Pak?" Tanya Arimbi kembali kepada Erik yang lagi-lagi mendengus sebab di panggil ' Pak'.
" Iya nanti!" Ucap Erik dengan wajah mendengus.
Arimbi benar-benar tak fokus, bagaimana jika Wira benar- benar datang ke kerumahnya? Sejurus kemudian ia benar-benar resah, ia tak mau kembali kepada pria itu, sudah cukup baginya merasakan sakit hati.
" Waktu dimulai dari sekarang!" Ucap Deo begitu melihat Erik selesai membagikan lembar soal .
Arimbi melihat ada 30 soal, pilihan ganda ada 20 soal dan 10 esai.
" Hah, sial ini apa lagi?" Batin Arimbi yang benar-benar tak mengerti materi yang ada.
.
.
Deo
Ia sangat kesal karena merasa wanita itu benar-benar kurang ajar. Belum pernah ada orang yang menyepelekan dirinya sebelumnya.
" Rik, jika gadis itu meminta ponselnya suruh dia menghadapku dibawah!" Ucap Deo tegas.
Erik mengangguk paham. " Baik bos!"
Erik membiarkan Deo membawa ponsel berwarna silver yang sudah agak ketinggalan jaman itu. Ia tahu jika Deo pasti sangat tersinggung.
Sesampainya ia di ruangannya, ia begitu terganggu dengan telepon yang berbunyi terus menerus.
Jancok Calling....
Mata Deo membulat, ia tahu arti kata itu. Tapi... siapa pikirnya yang diberikan nama mengerikan itu.
" Benar-benar gadis tidak jelas!" Gumamnya.
Merasa terganggu, Deo langsung men- switch off benda pipih itu. " Gila, masih ada ya ponsel kayak gini?" Ucap Deo demi mengomentari ponsel Masmung edisi lama itu. Melempar benda yang kini mati itu, kedalam laci meja kerjanya.
Sejurus kemudian, ponsel Deo berdering. Rupanya panggilan itu berasal dari Roro kekasihnya. Dengan wajah datar Deo menggeser tombol hijau pada ponsel mahalnya.
" Ya?"
" Sayang, kamu masih marah? Jangan marah dong. Aku udah di depan tolgate nih, mau kesitu!"
Deo terkejut, bukankah Roro bilang kalau wanita itu akan jadwal manggung di kota lain?"
Ya, Roro merupakan penyanyi sekaligus influencer terkenal di kota itu.
" Katanya mau ke kalimandaru?"
" Aku batalin lah, orang kamu marah gitu. Udah tunggu ya, aku mau kesitu!"
Deo senyam-senyum penuh arti, pas sekali pikirnya. Moodnya sangat buruk, dan dengan kedatangan Roro, ia rasa bisa membuat dirinya senang nanti. Ihiir!
.
.
" Gak nyangka kita ketemu lagi!" Ucap Resita yang kini kembali ke bangkunya, usai menyerahkan hasil ujian ke meja Erik.
" Hemm, kamu memangnya rumahnya dimana?" Tanya Arimbi sesuai membereskan alat tulisnya.
" Aku di Jagir!"
" Hah, jauh banget!" Arimbi terkejut manakala mendengar lokasi rumah Resita yang berada di ujung perbatasan antara kota B dan kota J.
" Demi mimpi!" Ucap Resita tersenyum senang. Wanita itu terlihat bersemangat sekali sejak hari pertama bertemu.
Dari ke sepuluh orang yang hadir, Arimbi melihat jika pria dari golongan tulang lunak yang kemarin sempat mengomentari mamanya itu juga lolos, dan lebih mengejutkannya lagi, laki-laki berambut ikal dengan kulit gelap serat rajin berdoa setiap saat itu juga rupanya lolos.
Dunia memang sempit.
" Baik, untuk yang lolos nanti, admin kami akan menghubungi kalian kembali ya... Pastikan ponsel kalian semua dalam kondisi on beberapa hari kedepan, bagi yang belum lolos bisa mencoba lagi di perekrutan mendatang. Terimakasih atas partisipasinya, selamat pagi!"
Mereka semua kini riweh hendak pulang dan kini terlihat mengerubungi Erik guna mengambil ponsel yang di kumpulkan tadi.
Dan saat tiba gilirannya untuk mengambil, Arimbi membulatkan matanya lantaran tak menjumpai ponselnya pada box terbuka itu.
" Pak, ponsel saya?" Tanya Arimbi kebingungan.
Wajah Erik kembali mendengus. " Kamu disuruh ngambil ke ruangannya pak bos, ada di bawah. Ruangan yang pintunya bertuliskan Direktur di depannya.
Mata Arimbi lebih melebar manakala mendengar kata 'Direktur'. " Oh ya ampun, berarti orang yang kemaren ia damprat itu calon bosnya? Astaga!" Batinnya tak mengira.
" Dan satu lagi, jangan panggil saya Pak. Ganteng-ganteng begini di panggil Pak. Panggil saya Mas Erik!" Ucap Erik mengomel.
Membuat cuping hidung Arimbi melebar dengan hati mencelos.
" Wong edan!"
.
.
Arimbi
Ia tidak tahu apakah dirinya lolos apa tidak, mengingat soal yang diberikan tadi cukup sulit. Banyak istilah-istilah Aviasi yang tidak ia pahami, berbeda sekali dengan Resita yang terlihat santai dalam mengerjakan. Tentu saja, mereka merupakan siswi dari sekolah dan lembaga penerbangan, yang sudah pasti akan kaya ilmu. Tak seperti dirinya yang kosongan.
" CK, mana si Wira nelpon lagi tadi, kenapa juga sih hapeku dibawa sama orang tadi, pasti lama deh!" Ia menggerutu sepanjang jalan
Arimbi celingak-celinguk di ruangan ber- AC itu, ia terlihat bingung sebab tak ada orang yang bisa ia tanyai. Arimbi tak tahu jika karyawan disana sudah berjejalan di Airport karena melakukan tugas pelayanan.
" Ah itu dia!" Ucapnya senang manakala melihat tulisan besar di sebelah pintu bertuliskan,
...Deo Alfa D....
...Direktur utama ...
Arimbi mengetuk pintu namun tak ada sahutan. Ketukan kedua ia perkeras lagi , namun masih saja tak ada hasil.
" CK, ada orangnya enggak sih?"
TOK TOK TOK
Ketukan ketiga tak jua mendapatkan jawaban. Ia yang sudah kehilangan kesabarannya. Dan dengan gerakan cepat , ia akhirnya membuka pintu yang terus membisu itu. Persetan jika ia nanti akan mendapat masalah. Ia bukan tipe orang yang memiliki stok kesabaran tebal.
Ia hanya takut jika Wira berbuat jahat kepada keluarganya.
JEBLAK!
Matanya membulat manakala melihat Deo sedang memangku seorang wanita sexy dengan dada menyembul yang terbuka.
Pria itu terlihat terkejut seraya memasang wajah marah manakala pintu ia buka dengan sengaja.
Ooo ...Oooo!!
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Yaaaahhh... apes bener kamu Arimbi 🤣🤣
2023-12-15
0
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Asunya ucul lagi 🐕
2023-12-15
0
Ariel Bahtiar
🤣🤣🤣🤣
2023-08-27
0