"Kau tadi terlalu berlebihan pada ayah"
Hikaru hanya terdiam...ini adalah kesalahan nya, jika saja dari awal dirinya sudah mengantar Haruko terlebih dahulu ke kamar nya, mungkin saja hal seperti ini tak kan terjadi.
Hikaru membantu Haruko untuk berbaring di atas kasur nya, dia juga membantu melepaskan sepatu sekolah yang masih terpasang di kaki nya.
"Bagaimana dengan luka mu?" tanya Hikaru dengan nada datar nya.
Haruko menggeser bola mata nya "Apa nya yang bagaimana?? Semua baik baik saja ko" jawab Haruko sembari menatap sosok adik di dekat nya. Dia terlihat tengah menatap cemas ke arah luka di lengan nya.
"Apa ini sakit?" tanya Hikaru sembari tisu yang ada di atas meja dekat kasur Haruko, lalu membersihkan luka saudari kembar nya ini secara perlahan.
Haruko tersenyum pelan. "Tidak ada yang perlu di khawatirkan, semua akan baik baik saja" sahut Haruko berusaha meyakinkan Hikaru bahwa diri nya baik baik saja. Namun, saat mendengar sahutan Haruko, ia hanya terdiam. "....."
"Hikaruu" tegur sang kaka di tengah diam nya Hikaru.
"...." Hikaru hanya terdiam, namun melirikan manik mata nya, sebagai respons panggilan dari gadis yang berbaring di hadapan nya.
"Lain kali, kau tak perlu berkata seperti itu pada ayah. Dia tak kan mengerti, itu akan menguras tenaga mu saja" ujar gadis itu sembari memejamkan mata nya.
Hikura terdiam sejenak, lalu menjatuhkan kepala nya secara perlahan ke atas bahu gadis yang tertidur di depan nya itu. "Untuk saat ini kau mungkin belum mengerti, itulah mengapa aku mengatakan hal kejam pada ayah"
Haruko tersenyum, lalu membelai surai putih perak gadis yang bersandar di bahu nya. "Hentikan... Tak perlu membahasnya lagi, tidur dan beristirahat lah. Hari ini cukup melelahkan" kata Haruko sedang nada lembut nya.
Hikaru mengangguk pelan, berbaring di sebelah gadis itu lalu menggenggam tangan nya yang gemetar pelan. Seolah dia sangat ketakutan, tetapi hal apa yang membuatnya ketakutan?.
"Selamat malam, kakak"
Hari yang cukup melelahkan. Setelah beberapa hal terjadi pada hari ini, Hikura dan Haruko akhirnya tertidur pulas di atas kasur empuk di kamar Haruko. Entah mengapa, mereka tak mengganti pakaian mereka, dan bahkan Haruko juga tak sempat membalut luka nya dengan perban.
Selelah itu kah mereka hari ini?? Meski hal ini bukanlah hal yang mengejutkan, akan tetapi, untuk anak seusia mereka yang sudah mengalami masalah seperti ini, rasa nya itu sangat sulit tuk di percaya.
~ • • • ~
( Next Day )
Setelah kejadian itu terjadi, Wildan pergi keluar kota untuk melanjutkan bisnis nya dengan klaen beberapa hari kedepan. Haruko dan Hikaru kembali menjalani hidup dengan biasanya, meski tanpa bimbingan kedua orang tua nya, Hikaru sangat terlatih dalam melakukan apa pun.
•
•
"Hikaruu harukooo" sapa Shion sembari melambaikan tangan nya, saat melihat kedua gadis kembar teman sekelas nya ini, datang memasuki kelas.
Haruko dan Hikaru hanya mengangguk pelan sebagai respons sapaan anak lelaki itu "...."
Pagi ini cukup baik, 2 pelajaran pagi ini telah berjalan dengan lancar. Haruko juga fokus selama jam pelajaran berjalan, dia terlihat sedikit mengubah sikap nya, setelah perdebatan itu terjadi beberapa hari yang lalu.
Sampai jam istirahat pun tiba. Hikaru menghampiri meja Haruko dan mengajak nya pergi ke kantin bersama, Hikaru sangat lapar dan ingin memakan sesuatu yang mengenyangkan.
Setiba nya di kantin, Hikaru memesan beberapa makanan untuk diri nya dan juga saudari kembar nya. Saat mereka tengah menunggu pesanan nya tiba, mereka duduk di meja kantin yang berada di dekat jendela. Namun, beberapa saat kemudian beberapa lelaki datang dan bergabung di meja itu.
"Kita gabung ya" kata salah satu lelaki yang duduk tepat di sebelah Hikaru.
Hikaru melirikan tatapan tajam nya, lalu berkata "Tidak bisakah kau menggunakan kursi lain saja?" sahut Hikaru dengan nada datar nya.
"Di mana? Apa kau tidak bisa lihat semua meja sudah terisi dengan penuh" sambung lelaki lain nya.
Mendengar keributan di depan nya, membuat Haruko menghela napas panjang nya, sembari menyilang kaki nya. "Ku harap kalian tidak membuat keributan di meja ini" kata Haruko hingga membuat beberapa orang di sana menoleh ke arah nya.
"Bersikaplah sedikit ramah! Mengapa kau tidak pernah mengubah sikap jelek mu itu?"
Haruko memincingkan mata nya ke arah lelaki itu "Bagaimana sikap ku bukanlah urusan mu, Rekki" sahut Haruko sembari menyebut nama lelaki itu.
Rekki tertawa kecil, mau bagaimana pun juga dia begitu mengenal siapa Takia. Rekki adalah teman semasa kecil Haruko, tak hanya itu, dia juga biasa di sebut oleh banyak orang adalah partner terbaik Haruko dalam seni musik nya.
Hikaru, Takia, Rekki dan teman sekelas nya asyik mengobrol satu sama lain. Haru juga termaksud salah satu nya, karena Haru adalah teman sekelas Rekki, meski secara usia mereka adalah adik kelas dari Haruko dan Hikaru, hal itu tidak terlalu di perhatikan oleh cirle mereka.
"Heii...Apa kalian sudah dengar kabar rahasia tentang ruang 503 di gedung utara sekolah kita??" tanya Haru membuka topik pembicaraan baru.
"Kabar rahasia?? Apa maksud mu?" tanya Rekki yang penasaraan.
"Pagi ini pak Rendi ( wali kelas 7-3 ) mengadakan rapat dadakan, dan guru guru lain juga diminta mengikuti rapat pada siang ini" Haru mulai menceritakan hal apa yang dia ketahui.
Haruko mengoyang goyangkan gelas kaca yang berada di tangan nya. "Lanjutkan!!"
"Dikabarkan bahwa beberapa hari yang lalu telah terjadi sebuah pembunuhan di ruang 503, korban nya adalah seorang pria berumur 34 tahun. kejadian itu masih misteri dan belum di ketahui kapan terjadi nya" Haru melanjutkan ucapan nya, Namun kali ini Hikaru dan Haruko yang mendengar ucapan Haru, membuat mereka terkejut.
"Uhukk...uhuk"
Hikaru menolehkan kepala nya secara spontan ke arah lelaki yang duduk di sebelah nya. 'Mungkinkah, saat itu Haruko yang membunuh pak Erwin?' batin nya mulai mengatakan hal hal yang tak masuk akal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments