Suasana hati yang buruk

Saat ini Haruko terus menahan amarah nya. Karna hal seperti ini tidak lah asing untuk nya, meski begitu Hikaru tak pernah merasa diri nya jauh lebih baik dari saudari nya.

"Hanya itu?? Tidak ada hal lain yang ingin kau sampaikan?" tanya Haruko sembari menatap lurus ke arah lelaki berjas silver yang duduk di sofa tak jauh di depan nya.

Sang ayah kembali mengerutkan kening nya, ia merasa mendapat perlakuan yang tidak pantas dari putri pertama nya ( Haruko ).

"Jika ayah berkata tidak ada hal lain yang ingin ayah sampaikan, Apa yang akan kau lakukan?? Mengusir ayah mu sendiri dari sini?" sang Ayah bertanya balik pada sosok gadis yang menjadi lawan bicara nya.

Ahgg- lagi lagi, sang Ayah terus mencoba memancing amarah putri nya. Disisi lain, Haruko yang menjadi pusat kesalahan di sana, hanya memilih diam. Ia sudah lelah jika harus terus berdebat tentang siapa anak kesayangan.

Lagi pula, Haruko dan Hikura tidak memiliki jarak, mereka sangat dekat dan juga saling mengerti satu sama lain. Lalu?? Mengapa kedua orang tua ini selalu saja berusaha memisahkan Haruko dengan Hikura?.

"Saya tidak berniat mengusir mu!! Lagi pula ini kan rumah mu." sahut Haruko dengan tatapan tajam nya.

"Lalu???..." sang Ayah melipat tangan nya di dada, sembari mengubah cara ia bersabar pada sandaran sofa. Kini ia terlihat jauh lebih angkuh di bandingkan sebelum nya.

Sejujurnya melihat tingkah angkuh sang ayah membuat Haruko merasa sangat jengkel. "Tidak ada!! Kalian lanjutkan saja obrolan nya. Aku akan kembali ke kamar ku" kata gadis iyu sembari bangun dari tempat duduk nya dan berjalan ke arah pintu ruang utama.

"Kakaa!!!" panggil Hikaru, sembari ikut bangun dari tempat duduk nya.

"Eumm??" Haruko tak menghentikan langkah nya ia hanya memperlambat langkah nya.

"Aku ikut!!" sahut Hikaru sembari berjalan menghampiri saudari kembar yang terus berjalan tak jauh di depan nya.

Sementara itu, kedua orang tua Haruko dengan Hikura. Hanya terdiam. Mereka sudah berumur 13 tahun. Hal seperti ini adalah hal yang sewajar nya di masa pubertas.

Namun...di balik semua pemahaman ini. Haruko Hikura dengan kedua orang tua nya sebenarnya tidak memiliki hubungan baik sejak mereka berusia 8 tahun tepat nya saat mereka berada di kursi 4 Sd. Haruko dan Hikura selalu di pisahkan satu sama lain. Entah itu dari eskul, kamar, bahkan saat mereka sd. Kelas yang mereka tempatkan juga berbeda.

Setelah Haruko dan Hikura menginjak usia 11 tahun. Pola pikir nya sudah mulai berubah, kini mereka terlihat akrab bahkan sangat sulit tuk di bedakan saat mereka menggunakan gaya rambut yang sama.

Ya... Walau tetap saja!! Warna surai yang di miliki oleh Hikura memiliki keindahan itu sendiri. Itulah mangapa sang Ayah jauh lebih menyayangi nya di bandingkan kembaran nya. Karna warna putih perak pada surai Hikaru, benar benar menarik perhatian banyak orang. Di tambah lagi dengan kepintaran nya. Ini akan jauh lebih mencolok dari apa pun.

Kini hari telah berganti pagi. Seperti biasa Hikaru bangun dan keluar dari kamarnya, saat ia hendak akan menuruni tangga di depan nya. tiba-tiba saja langkahnya terhenti secara antusias, seolah seperti ia menyadari akan sesuatu.

"06:15??" ucap si gadis bersuara putih perak ini setelah melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Mengapa aku merasa hari ini terasa sunyi sekali, ke mana perginya si makhluk pemalas itu" batin Hikaru bertanya-tanya sembari melangkah menuruni tangga di depannya.

Setelah sampai di lantai bawah, pandangan Hikaru kembali mengamati ruangan sekitarnya, dia tampak tengah mencari saudari kembarnya ini. Ya.. karena biasanya di jam-jam seperti ini akan terdengar sebuah alunan gitar dari ruang utama. Tapi kali ini semua tampak berbeda, hanya ada kesunyian di ruangan utama.

Hikaru mencari di setiap sisi ruang utama, Namun tidak menemukan siapapun terutama sosok yang perhatian cari ( Haruko ).

Karena tak kunjung menemukan Haruko, Hikaru akhirnya berjalan menuju pintu depan rumahnya, Namun saat pintu depan terbuka pelan Hikaru dapat melihat dengan jelas, seorang gadis dengan surai pendek berwarna gelap, serta menggunakan seragam sekolah yang serupa dengannya, tengah terduduk santai di depan kursi halaman rumahnya. dia terlihat seperti sedang menunggu seseorang.

Di sisi lain, Haruko yang menyadari akan kehadiran gadis bersurai putih perak ini, membuat dirinya menggeser bola matanya, melirik ke arah gadis yang terdiam sembari menatap kearah dirinya.

"Apa kau sudah selesai?? kau ini lama sekali" ucap Haruko dengan nada ketus nya. Apa dia sedang marah dengan adik nya? oh tentu tidak, untuk saat ini, mood nya terlihat sangat buruk, sebaiknya jangan ganggu dia.

Mendengar ucapan gadis itu membuat Hikaru sedikit mengerutkan keningnya sembari berjalan menghampiri gadis yang terduduk kursi taman tak jauh darinya.

"Maaf, apa aku membuatmu menunggu ku terlalu lama??" tanya Hikaru yang kini berdiri tepat di dekat gadis bersuara gelap itu.

"Tidak.. Lupakan saja, sebaiknya kita berangkat sekarang. ada beberapa hal yang ingin aku lakukan pagi ini" sahut Haruko sembari bangun dari posisi duduk nya.

Hikura mengangguk pelan lalu mulai mengamati halaman rumahnya lagi. "Apa kau sendirian di sini?" tanya Hikura dengan raut kebingungan.

Haruko menoleh kan pandangan nya, lalu mulai berkata. "Iya aku sendirian. Apakah ada yang salah??" jawab nya lalu bertanya balik pada gadis itu.

"Ayah dan Ibu...ke mana mereka pergi??" tanya Hikaru hingga membuat gadis lawan bicaranya ini berpaling darinya.

"Mereka sudah pergi. kemana perginya, itu bukan urusanku!!" sahut Haruko sembari berjalan pelan meninggalkan gadis bersurai putih perak yang tengah berdiri tepat di belakangnya ini.

Meski masih berada dalam ambang kebingungan, Hikaru hanya terdiam sembari berjalan mengikuti gadis bersuara gelap yang berjalan di depannya. ia terlihat begitu surat, raut serta aura tubuhnya juga terasa sangat aneh. Apa dia sedang berada dalam mood yang sangat buruk??

Entahlah untuk saat ini ia sangat sulit di untuk dimengerti. ditambah lagi, dengan kejadian yang terjadi saat malam hari. Hal itu membuat suasana di sekitar rumah kini menjadi terasa sangat aneh, seolah semua tenggelam dalam kegelapan yang datang secara tiba-tiba.

Hikaru dan Haruko pergi ke sekolah mereka dengan menggunakan mobil pribadi Haruko. Perjalan dari rumah ke sekolah, memakan waktu sekitar 15-20 menit jika mobil berjalan santai dan tidak ngebut.

Selama perjalan Haruko dan Hikaru sama sekali tidak membuka pembicaraan. Semua terasa canggung dan sedikit terasa asing. Hingga sampai di gerbang sekolah. Hikaru adalah orang pertama yang keluar dari mobil nya. Namun ia sedikit heran, mengapa Haruko keluar dari pintu tempat ia turun, mengapa tidak turun lewat pintu di sebelah nya?? Ini aneh.

"Aku akan pergi ke perpustakaan untuk mengambil beberapa buku, maukah kau menemani ku mengambil nya?" tanya Haruko setelah Ia keluar dari mobil nya.

Haruko mengangguk pelan "Jangan lama lama, hari ini aku ada jadwal latihan" ucap Haruko sembari memasukan salah satu tangan nya ke dalam saku celananya.

Hikaru mengangguk mengerti, lalu berkata. "baiklah" ucapnya dengan nada lembut.

Setelah berbincang sebentar Hikaru dan Haruko, akhirnya berjalan menuju ke arah perpustakaan di sekolah mereka. Setiba-nya di depan pintu perpustakaan Haruko dan Hikaru dikejutkan oleh beberapa lelaki keluar dari bentuk perpustakaan. di waktu yang bersamaan saat dimana tahu Hikaru hendak akan meraih gagang pintu perpustakaan.

*BRUKKK*

Tanpa melihat ke mana ia berjalan, salah seorang lelaki menyenggol salah satu bahu Hikura. Hingga membuat tubuh nya terdorong pelan dan menyentuh bahu kanan Haruko di sebelahnya.

Di sisi lain, Haruko yang tangan nya telah menangkap serta memegangi tubuh saudari kembar nya yang ambruk ke arah diri nya. Hal itu membuat Haruko merasa sedikit kesal.

"Di saat kau berjalan. Di mana kau meletakan mata mu?!" seru Haruko dengan tatapan tajam nya.

"Maaf ya kami sedang terburu-buru, Hingga mata kami tak punya waktu untuk melihat ke arah orang rendahan di depan ku ini" hina salah seorang dari rombongan di lelaki itu.

Mendengar hinaan itu terlontar dari mulut salah seorang lelaki di depannya membuat Haruko yang sedang dalam mood yang sangat kacau, bertambah marah lalu memukul pintu perpustakaan yang ada tepat di sebelahnya.

*Brakkk*

Hantaman pukulan yang diberikan Haruko membuat suara yang terdengar begitu kencang, Hingga membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menjadi terdiam tak berkutik.

Sementara itu, Hikaru yang menyadari bahwa saudari kembarnya ini masih dalam mood yang sangat buruk, membuat Hikaru meraih serta menggandeng tangan Haruko di sebelahnya.

"Kakaa... Sudahlah, sebaiknya kita pergi saja. Tak usah pedulikan mereka" ajak Hikaru sembari menggandeng pelan tangan Haruko.

Di sisi lain, Saat melihat kedua gadis itu hendak akan pergi membuat salah seorang lelaki itu marah dan berniat menahan tangan salah satu gadis itu. Namun saat tangan nya akan meraih tangan Hikaru, dengan cepat Haruko menangkap terlebih dahulu dengan lelaki itu sambil berkata.

"Singkirkan tanganmu itu dari nya" pinta Haruko sembari menghempaskan tangan lelaki itu, lalu kembali berjalan pergi bersama gadis di sebelahnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!