risa terus mengamati rendi yang berjalan dengan langkah pelan di depannya, kepalanya tertunduk, dan tangannya terkepal erat di setiap sisi tubuhnya, tubuhnya tegap dengan langkah kaku yang lebar, risa menarik napasnya dengan berat menyadari rendi yang sedang emosi, dia menghembuskan napasnya sebelum memutuskan memanggil rendi.
"rendi"
rendi berbalik dengan wajah kaku, alisnya terkunci dengan rapat, penampilannya yang biasanya lembut kini tampak berbeda, ada kekejaman dan kesinisan yang tercermin pada matanya saat menatap risa "Kenapa harus jasmine? risa!" kemarahan rendi tidak terbendung, dia melotot garang ke arah risa.
perasaanya begitu campur aduk, antara marah, tidak percaya, terkejut melihat. melihat risa yang berdiri dengan tenang, tampak sangat menikmati kegelisahan, ketakutan dan kemarahannya jasmine, kata katanya yang kejam, sikapnya yang penuh ilusi, pikirannya yang menipu. sosok risa benar benar gila.
risa mengeraskan rahanganya, matanya bergerak menatap wajah rendi yang merah "aku membencinya" risa berbicara dengan terus terang kepada rendi, dia memalingkan wajahnya saat melihat bola mata rendi yang membesar, seperti tidak menyangka dengan jawaban risa yang jujur.
rendi menatap risa tidak percaya, gadis di depannya? apa dia benar benar risa kenapa dia menjadi seperti ini, menjadi gadis dingin, pendendam dan jahat, kemana risa yang dulu yang begitu sabar dan pengertian "risa, jasmine tidak mengetahui apapun, dia melakukannya hanya karena dia tidak mengerti"
risa menoleh dengan leher kaku, dia tidak bisa menerima kata kata rendi yang konyol ini, tubuhnya tiba tiba terasa panas, seperti ada yang menyalakan api di dalam hatinya "Lalu apa aku pantas menerima semua itu?" risa menarik napasnya sejenak lalu kembali melanjutkan kata katanya dengan perasaan marah "aku juga tidak mengetahui apapun, dan tidak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi rendi. jadi bukankah ini impas?!"
rendi menarik napasnya yang terasa berat melihat sikap dingin risa, dia mencoba menekan emosinya dan berkata lebih lembut untuk menjelaskan kepada risa "jasmine tidak sekejam itu, risa kenapa kau terus terusan memprovokasinya?" rendi menatap risa dengan bingung dan frustasi, dia semakin merasa tidak mengenal gadis di depannya. risa telah benar benar berubah 180 derajat. rendi benar benar merasa yang berdiri di depannya bukanlah risa tapi orang lain.
"karena aku membencinya, aku marah melihat hidup damainya, aku muak melihat sikapnya" risa menghentakan kakinya dengan keras, napasnya terasa begitu panas.
rendi terdiam, matanya menatap risa semakin tidak mengerti, melihat mata bintangnya yang cerah tapi penuh dengan kebencian "kenapa kau menjadi seperti ini, aditama pantas untuk kau singkirkan tapi jasmine kenapa kau harus sampai sejauh ini. dia tidak sekejam itu"
risa menarik napasnya, paru parunya terasa semakin sempit, dia mengepalkan tangannya mengumpulkan kesadaran dan keteguhan hatinya "karena, aku tidak bisa menerima dia hidup dengan bahagia" risa menjawab, ujung matanya terasa panas saat ini
"risa, kau lebih jahat dan kejam dari jasmine"
Saat mendengar kata kata rendi, itu seperti angin dingin yang memeluk risa membuat dia kedinginan, dia menelan ludahnya dengan pahit, matanya perih dan panas, hatinya seperti di tusuk paku, perih, dia ingin menjerit di depan wajah rendi, jika risa tidak memprovokasinya, jasmine tidak akan menampilkan wujud aslinya, jika risa tidak kejam kepada jasmine risa sudah pasti akan di injak injak dan menderita sejak lama, dia berbalik membelakangi rendi, kepalanya merunduk menatap kakinya yang berpijak di atas lantai yang dingin, pandangannya terasa buram "kejam?" Dia berbisik dengan tertahan, dua tetes air mata tiba tiba saja jatuh di depan kakinya, dia sekuat tenaga menahan isakannya agar rendi tidak mendengarnya, dia terus menggigit bibirnya agar isakannya tidak lolos. risa menelan ludahnya berkali kali, menarik napasnya secara teratur agar pikirannya menjadi jernih, dia harus sadar, dia tidak bisa terbawa emosi. risa memejamkan matanya, menghirup udara dingin sekali lagi, ingat kau sudah memutuskannya, bahkan jika dia harus menjadi penjahat, dia akan menerimanya, jadi kenapa sekarang dia terluka hanya karena kata kata kecil tidak berarti, ini hanya seperti lemparan kerikil, jalan selanjutnya akan lebih banyak yang di korbankannya, akan lebih banyak orang orang yang membencinya, risa menghembuskan napasnya dan berbicara dengan lebih tenang "kenapa aku tidak bisa menjadi kejam?" risa berbalik, menatap rendi dan bertanya dengan lebih berani, matanya bersinar dingin. memancarkan lapisan es dingin yang memisahkan mereka.
rendi mengepalkan tangannya melihat pandangan dingin risa, melihat bagaimana sempitnya pikirannya, egoisnya dirinya, hatinya campur aduk "karena itu bukan dirimu, risa kenapa kau harus menyiksa dirimu sendiri?" rendi berbicara dengan nada leih pelan
"untuk kepuasan, aku belum puas jika mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan" risa menjawab dengan dingin,
rendi mengusap wajahnya, dan tiba tiba saja merasa lelah, risa begitu teguh seperti batu entah darimana dia mempelajari sifat seperti itu "apa kau sama sekali tidak menyesal?"
"Lalu kenapa harus aku?" pikiran risa tiba tiba mati rasa, hatinya tiba tiba saja terasa kosong, dia menatap rendi yang berdiri dengan tenang di depannya, risa selalu menunggu jawaban ini, pertanyaan yang selama ini selalu menghantuinya, kenapa harus Dia yang di tipu, kenapa harus Dia yang di korbankan? kenapa dia tidak boleh membalas perbuatan jahat mereka padanya. kenapa dia harus selalu diam, sementara mereka tidak pernah peduli dengan apa yang di alaminya, kenapa dia harus selalu menunggu sementara tidak pernah ada yang membelanya, jika bukan dirinya siapa lagi, jika dia tidak jahat dan kejam siapa yang akan melindunginya, ini hanya caranya untuk melindungi dirinya sendiri "aku tidak pernah menyesal" riasa menjawab dengan tegas
rendi terhenyak lalu mundur selangkah tanpa sadar "kau....." dia tidak jadi melanjutkan kalimatnya, matanya menatap risa kecewa dan dingin "kau bukan risa, aku tidak mengenalmu" bibir rendi bergetar.
mata risa bersinar lalu dia tersenyum dengan dingin di balik maskernya, dia tidak peduli lagi "aku memang bukan dia, karena aku tidak hidup dengan menyedihkan"
Rendi tidak langsung merespon, dia masih memperhatikan risa, bahunya terkulai dia lalu menarik napasnya, sebelum berbicara dengan berat "apa ini benar benar menjadi keputusanmu?"
risa menatap rendi sebentar, lalu mengangguk yakin "ini keputusanku, jika kau ingin pergi silahkan tapi jangan menghalangiku"
rendi melangkah ingin mendekati risa tapi langsung terhenti saat melihat risa yang memalingkan wajahnya "kau benar benar akan melakukannya, bahkan jika harus melawan keluargamu sendiri"
risa mendongkak menatap plafon usang, tangannya mengepal tanpa sadar "tentu, mereka juga terlibat" dia berkata tegas
rendi mengehela napas entah yang keberapa kalinya, dia menatap risa dengan ragu ragu "Bagaimana jika akhirnya kau harus berhadapan denganku?"
risa menatap rendi dengan dalam, melihat matanya yang coklat lembut dengan rambut hitam halus dan garis wajah yang indah, jantung risa berdebar tanpa sadar melihat kelembutan dan kehangatan dari sikap rendi,risa tahu maksud rendi, dia hanya tidak ingin terlalu larut dalam masa lalu, dan menyakiti dirinya sendiri tapi risa tidak bisa melepaskan dendam masa lalunya, dia menarik napasnya dan berkata tenang "tidak pernah ada jalan untuk kembali" dia berbalik untuk pergi lalu meninggalkan rendi yang terdiam mencoba mencerna semuanya sendiri,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
choe mix
sebenarnya balas dendam itu tidak baik,tapi dari awal ini emg cerita tentang balas dendam ya nikmati saja prosesnya.yang bikin penasaran itu awal kisahnya sampai hal apa yg menimpa risa.
pengen tau juga kab a r mahesa
2022-10-09
1