Dia tampak tenang tidak terusik dengan kebisingan dan keramaian di sekitarnya. wajahnya tenang, ekpresinya malas tapi tatapan matanya begitu tajam, sepasang mutiara hitam miliknya bersinar seperti mutiara hitam yang langka, pekat dan dalam. membuatnya tampak seperti tuan muda pembuat onar yang malas.
Tuan andi, yang menemani mahesa tampak asyik dengan gadgetnya, dia melirik sekitarnya sesekali. Tatapan matanya berubah tajam saat melihat seorang pria masuk ke dalam Cafe tempat mahesa dan tuan andi bersantai.
"jordan datang" Tuan andi berbicara serius dengan mahesa. Matanya terus menatap pria muda tampan yang tampak mempesona membuat semua pengunjung wanita tampak tidak bisa mengalihkan tatapan matanya dari pria muda tersebut.
pria itu berusia pertengahan 20an. dia memiliki proporsi tubuh yang sempurna dengan rahang yang jantan dan hidung seperti paruh burung. matanya kecoklatan seperti lumpur kering yang lembut. rambutnya hitam lebat dan tertata dengan rapi. dia jelas bukan dari kalangan sembarangan langkahnya yang pasti dan postur tubuhnya yang arogan menunjukan bahwa dia lahir dalam keluarga pemilik kekuasaan.
mahesa melirik pria itu dan tidak bisa menyembunyikan senyum jijiknya "apa bagas mengundangnya?" Mahesa bertanya tajam
"Mahendra, dia mengundangnya" Tuan andi menjawab
mahesa melirik pada kumpulan pria di samping yang berusia sama dengannya, matanya menatap tanpa ekpresi pada pria yang memiliki mata sama dengannya, "dia membuat jebakan untuk dirinya sendiri" komentar mahesa dengan sedikit tajam.
Tuan andi menggeleng pelan "sebenarnya" dia berbicara sebentar lalu menatap jordan dan mahendra yang sedang berjabat tangan "Sejak kita mengetahui bahwa black king di belakang nyonya bhaskara, kita juga mengetahui bahwa jordan memiliki kontak dengan tuan handika. tapi aku masih tidak mengerti apapun"
mahesa melirik Tuan andi dengan malas, jika mengingat informasi yang di berikan gadis cacat itu, dia rasanya ingin menendang apapun. tidak ada kemajuan sama sekali siapa sosok di belakang black king. Rahasia mereka sangat tertutup rapat bahkan mahesa sampai menyuruh Adrian orang paling jenius dalam kelompoknya untuk mencari informasi black king. bukannya mendapat informasi yang berharga Adrian malah terkena luka tembak. mahesa terpaksa menyembunyikan Adrian saat ini dan harus mencari informasi black king dengan lebih hati hati. mahesa merenung bagaimana kabar gadis itu, apa dia sudah mengoperasi wajahnya. dia masih mengingat bagaimana matanya yang bersinar seperti bintang. tampak sangat hidup dan menarik meskipun wajahnya cacat.
"dia terlihat biasa saja, tapi setiap melihatnya perasaanku selalu gelisah"
Tuan andi tidak berbohong jordan, selalu tenang dan ramah dia juga tidak pernah membuat gebrakan yang besar, tapi kenapa orang orang sangat menghargainya. jika di lihat lebih seksama jordan seperti ketua dalam kelompoknya, senopati adalah yang terkenal, mahendra adalah yang tertampan, bagas juga yang terkaya. tapi di saat mereka duduk bersama, jordan menutupi mereka semua dengan sikapnya.
mahesa melirk tuan andi "dia salah satu anggotanya" mahesa menggosok dagunya, matanya bersinar seperti mutiara yang terkena cahaya matahari.
Tuan andi melirik mahesa ada sedikit kebingungan dalam ekpresinya "dia masih muda dan dia tidak sekompeten itu" tuan andi menyangkalnya dengan tidak yakin, matanya tanpa sadar memperhatikan jordan,
"Apa kau pernah mendengar 3 orang anak terpilih dari firma group"
Tuan andi tercengang lalu menatap mahesa ragu ragu "dia salah satunya?" tebak tuan andi tidak yakin
mahesa mengangguk yakin "jika dia bisa memaksa marisa dalam pernikahan. kemungkinan besar ya" dia berkata dengan perasaan suram. jika jordan termasuk 3 anak itu, ini akan sangat berbahaya, firma akan mengerikan dengan sokongan black king. mereka akan menjadi kubangan lumpur yang penuh monster.
"apa black king juga terlibat dalam firma?"
mahesa menarik pikirannya lalu menatap jordan yang tampak tenang mendengarkan pembicaraan teman temannya "Sejak dulu ada orang firma yang bekerja dengan black king. kecelakaan pada adiguna, tidak murni kecelakaan"
"tapi adiguna, dia orang yang bersih"
mahesa mendengus. Bersih? firma tidak lebih baik dari perusahaan ayahnya sendiri, king group. ini adalah kolam naga dan sarang harimau. perebutan kekuasaan antara adiguna dan aditama, adalah rahasia umum. adiguna beruntung karena dia anak pertama dan memiliki sikap yang baik sehingga firma jatuh ketangannya. aditama berasal dari ibu yang berbeda dan dia tidak berhak duduk di kursi tertinggi firma. tapi itu tidak menurunkan kekuasaan aditama. dengan dukungan ibu yang berhasil menguasai setengah firma aditama masih bisa mengancam adiguna.
"seberapa bersih adiguna?" mahesa mencibir pelan. tangannya mengambil kopi di depannya dan menyesapnya dengan ringan.
Tuan andi melirik mahesa mencoba memikirkan maksud dari ucapannya "apa kau masih membenci adiguna?, karena masalah marisa"
mata mahesa memicing ada kerutan samar di wajahnya "ya, dia sangat sombong. dia memilih jordan tapi menolakku" suaranya penuh rasa jijik, mahesa melirik jordan dan tidak bisa memikirkannya, di bandingkan dengan jordan ini benar benar melukai harga dirinya, apa bagusnya Bandit kecil itu dengan dirinya. mahesa menggertakan giginya, marah.
bibir tuan andi lurus kaku. mahesa adalah seorang pendendam. tentu saja dia akan membenci adiguna yang telah menolak niat baik mahesa untuk mengajak marisa, anaknya menikah dan lebih memilih jordan sebagai menantunya "tapi bukankah kau tidak menyukai marisa?" Tuan andi bertanya bingung. sebenarnya darimana pikiran itu datang pada mahesa untuk menikahi marisa. mereka tidak pernah berinteraksi dan juga memiliki hubungan. dan juga selama ini ada begitu banyak gadis cantik dan kaya yang rela menjadi istrinya, tapi kenapa harus marisa. ya memang jika mengingat sosoknya marisa sangat cantik dan baik, tapi menurut tuan andi gadis ini tidak akan mampu menghadapi mahesa, dia terlalu baik dan akan seperti sapi yang di cocoki hidungnya. singkatnya pernikahan ini hanya akan menjadi siksaan untuk marisa.
mahesa melirik tuan andi tenang "lebih baik aku menarik marisa. dia memiliki reputasi dan juga firma. jika kita memiliki masalah aku masih bisa mengandalkan firma"
perasaan tuan andi menjadi dongkol dan mengutuk mahesa di dalam hatinya. tentu saja adiguna menolak lamarannya. dia datang bukan dengan niat baik, yah tapi sejak kapan mahesa memiliki niat baik, setiap langkah yang di ambilnya harus memberikan keuntungan "Lalu bagaimana sekarang? lamaran di tolak? kau bagaimana menghadapi handika dan nyonya bhaskara?"
mahesa menggosok dagunya pelan dan tersenyum kejam "jangan khawatir, handika tidak akan bisa menarikku ke dalam keluarganya" mahesa berjanji dengan tenang
tubuh tuan andi menggigil dia menatap ke arah pintu Cafe yang terbuka dan melihat seorang gadis kurus masuk. Tuan andi terheran heran saat melihat tatapan matanya dan merasa kosong, tatapan matanya begitu terang seperti menembakan cahaya padanya, tuan andi seperti pernah melihat tatapan mata seperti itu.
"Siapa gadis itu?" Dia bertanya tanpa sadar
mahesa mengikuti arah pandangan tuan andi dan menemukan sosok kurus putih pucat sedang berjalan ke arah dalam Cafe. gadis itu kurus dan mengenakan gaun sederhana berwarna putih, yang membalut tubuh kurusnya, rambutnya tergerai bebas di punggungnya, hitam leb mata gadis ini sejernih air tapi bersinar seperti bintang terang. dia mengenakan masker untuk menutupi wajahnya membuat mahesa dan tuan andi tidak bisa melihat wajah aslinya. tapi matanya yang terang terlalu sulit untuk di lewatkan.
mahesa terus menatap gadis itu dan mengerutkan keningnya saat melihat siapa sosok yang di datangi gadis itu. Rendi aditama? sejak kapan rendi duduk disana, mahesa tidak melihatnya? apakah gadis menarik ini kekasih Rendi?
mahesa melirik tuan andi yang masih memperhatikan rendi dan gadis itu "mungkin itu adalah kekasihnya" mahesa menebak dengan samar. yah apalagi yang bisa di lakukan dua orang saling berkunjung. mereka muda cantik dan tampan tidak ada salahannya berkencan.
Tuan andi berbalik dan mengambil cangkir tehnya, dia buru buru meneguk tehnya untuk menjernihkan pikirannya "seleranya sangat bagus bukan?" Tuan andi bertanya dengan wajah menggoda pada mahesa
mahesa melirik rendi sekali lagi dan merasa tidak senang saat melihat tatapan bintang milik gadis di depan rendi "sangat bagus" dia berguman tanpa sadar.
matanya menatap gadis di depannya. tidak ada kesan ramah sejak tadi di antara gadis itu dan rendi. tapi mereka jelas jelas akrab. perasaan mahesa menggantung, ini menarik pikirnya.
marisa melenggang dengan santai dan menghampiri rendi yang sudah menunggunya. risa tersenyum dingin di balik maskernya saat melihat wajah tampan rendi yang suram. dia menarik alisnya dan semakin mendekati rendi dengan sedikit semangat.
"cepat sekali kau mengajakku bertemu?" risa pikir rendi akan lama menyetujui tawarannya tapi ternyata hanya dalam 2 hari dia langsung setuju. risa melihat wajah rendi yang kosong dia menyadari sepertinya rendi sudah mengetahui masalah ibunya.
"Sejak kapan, kau mengetahuinya?" rendi bertanya dan menatap risa dengan perasaan campur aduk, dia merasa marah pada gadis di depannya, tapi dia lebih menyalahkan dirinya sendiri yang begitu pecundang.
risa memalingkan wajahnya menatap sekumpulan pria yang tengah menatap ke arahnya dengan penasaran. tatapan matanya menjadi dingin dengan buru buru dia memalingkan wajahnya dan merasa jijik tanpa sadar. mahesa yang berdiri di sebrang ruangan dalam posisi tersembunyi menarik alisnya, ini semakin menarik dia mengambil gelasnya dan meneguknya dengan tenang. menunggu apalagi yang akan di tampilkan gadis itu.
"Sejak aku mengalami kecelakaan, aku penasaran apa yang akan mereka lakukan untuk mengontrolmu?"
rendi mengangkat wajahnya dan melihat tatapan acuh tak acuh milik risa. lidahnya terasa pahit dan dia merasa perutnya penuh dengan amarah. bertahun tahun dia mengabdi kepada keluarga aditama membantunya untuk menguasi firma tapi mereka malah mencelakai ibunya untuk mengontrolnya. di dalam hatinya rendi sangat menghormati sosok aditama, meskipun dia tahu aditama adalah pria licik dan kejam yang tidak segan segan menghabisi lawannya, tapi dia selalu menolong rendi. merawatnya, memberikan kekayaan dan juga status yang tinggi. tapi ternyata itu hanya sebuah kepalsuan. dia tidak lebih sebagai anjing pemburu bagi aditama.
"kau sendiri menyelidiki darimana?" risa bertanya dengan tenang dan mengambil majalah di atas meja "ku pikir semua data datanya akan di hancurkan oleh aditama"
rendi menarik napasnya dan mencoba mengontrol emosinya "aku mengikuti dokter sialan itu, dan menemukan bahwa dia ternyata mendapatkan transfer secara teratur dari aditama. tidak perlu menyelidikinya lagi semuanya sudah jelas"
risa menaruh bantal di atas pahanya dan mendengus jijik saat melihat jordan yang beberapa kali menatapnya. penghinaan ini, padahal dia sudah mengenakan masker tapi radar jordan terhadap wanita wanita menarik begitu kuat, "celah yang bagus, lalu bagaimana apa kau setuju dengan penawaranku? aku tidak bisa menunda waktu lagi"
rendi menatap risa marah "jawaban apa yang harus kuberikan, kau mengancamku" dia berkata sarkas
risa mengangguk tanpa beban "tapi tetap saja aku memberikan manfaat untukmu"
rendi mendengus dingin, manfaat meskipun rendi mengetahui bahwa penyebab ibunya kecelakaan adalah aditama. tapi melawan aditama sendiri lebih beresiko. aditama adalah orang licik tanpa perasaan. saat seseorang sudah tidak sejalan lagi dengannya dia akan menyingkirkannya tanpa jejak. rendi telah tumbuh begitu dekat dengannya dan mengetahui semua rahasia aditama jika sedikit saja dia curiga, aditama tidak akan segan segan menghabisinya "manfaat apa yang kau berikan. kau hanya memberitahuku masalahnya, ibuku tetap berada di tangan aditama"
"aku akan melepaskan ibumu"
rendi tertawa meremehkan "Bagaimana caranya?, kau pikir penjagaan aditama begitu mudah?"
risa menatap rendi tidak peduli, dia menarik sudut bibirnya lalu berkata dengan tenang "Karena kau tahu ini berbahaya, maka kau harus sepenuh hati membantuku"
rendi terdiam seperti kehilangan porosnya dia menatap risa yang begitu tenang "apa yang akan kau lakukan?" Dia bertanya dengan jantung berdebar, melihat matanya yang teguh seperth batu rendi tahu risa tidak main main.
"membakar tempat itu" risa menjawab tanpa beban, tapi sorotan matanya begitu keras seperti ada Api di dalamnya.
jantung rendi merosot ke bawah "omong kosong apa yang kau katakan?" Dia bertanya dengan bingung, perasannya menjadi gelisah.
risa menatap rendi dengan tidak sabar "Lalu apalagi? hanya dengan cara......"
"ka rendi"
sebuah suara datang mengintrupsi pembicaraan mereka. Risa dan rendi berbalik dan menemukan seorang gadis muda elegan sedang menatap mereka penuh minat. gadis ini tinggi dan cukup menarik tapi di banding risa yang memiliki mata yang cerah seperti bintang gadis ini jelas tidak menarik.
risa mengabaikannya dan kini menatap cangkir di depannya. dia melirik rendi yang terlihat tanpa ekpresi, diam diam dia menunggu apa yang akan di lakukan oleh rendi untuk adik tercintanya ini. masihkah rendi akan seperti dulu? selalu menomor satukan jasmine dan meminta risa mengalah pada gadis manja ini.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?"
risa sudah menebak gadis ini pasti akan mengambil tempat di sebelah rendi, matanya melengkung tersenyum meremehkan secara samar kepada rendi yang sedang memelototinya dengan garang.
"hanya beberapa hal" wajah rendi tenang tapi gerak tubuhnya terlihat menghindar gadis di sebelahnya, risa menggosok gosok sampul majalah di tangannya dengan tenang saat melihat wajah bingung jasmine. alis gadis itu terkunci dengan jelas tampak tidak senang.
gadis itu melirik risa dengan lebih bersemangat dan tersenyum lebar, giginya putih tapi kedutan di ujung bibirnya membuat senyuman itu terasa arogan "apa ini teman kakak?" Dia bertanya dengan tertarik, menatap risa dari ujung kepala sampai ujung kaki, semakin dia melihat semakin menjadi dingin hatinya, gadis di depannya sangat mempesona. meskipun dia mengenakan masker tapi jasmine merasa dia begitu menarik. perasaan jasmine menjadi dingin bagaimana jika ini adalah kekasih rendi?
rendi mengernyit merasa bingung dia melirik risa sebentar dan baru menyadari bahwa risa telah berubah wajah dan mengenakan masker, pantas jasmine tidak mengenalnya, rendi yang telah beberapa kali melihat risa yang baru telah terbiasa apalagi risa tidak mengubah sikapnya sama sekali. jadi dia sudah terbiasa dengan risa yang baru "Ya, teman dekatku"
mata jasmine menajam ada aura dingin yang dia pancarkan untuk rendi. jika biasanya dulu rendi akan langsung menenangkan jasmine saat melihat tatapan mengancam gadis itu, kini sudah tidak lagi dia tampak acuh tak acuh dan tidak menanggapi jasmine dengan hangat
"apa aku mengganggu, tadi kalian tampak sangat bersemangat berbicara tapi sejak aku datang kalian menjadi diam" jasmien masih belum menyerah,
risa menatap rendi dan tersenyum puas saat melihat kilatan mata rendi yang dingin saat menatap jasmine, sepertinya dia tidak perli ikut campur rendi akan menangani jasmine sendiri. dia membalikan halaman majalah dengan puas "aku sedang mendiskusikan Beberapa masalahku dengannya?" rendi menjawab lagi
alis jasmine mengerut dan menatap risa dengan tajam "siapa dia, apa dia keluarga kita? kenapa kakak membicarakan masalah kakak dengannya?" Dia bertanya dengan tajam
rendi menatap jasmine dengan dingin "dia temanku" rendi berkata mantap
jasmine tertawa kecil "kakak. kenapa membicarakannya dengan orang luar. jika ayah tahu dia pasti tidak akan senang"
tangan rendi terkepal dengan kencang dia memandang jasmine dengan wajah beku membuat jasmine merasa jantungnya berdebar debar, tidak pernah sekalipun rendi memperlakukannya dengan cara seperti ini dia melirik risa dan merasa ingin menjambak rambut gadis sialan itu, rendi telah berubah dan itu pasti karenanya, hatinya pahit dan dia tidak bisa menerimanya. Rendi adalah miliknya tidak ada yang bisa mengambilnya "meskipun dia orang luar, tapi dia selalu tulus membantuku kenapa aku harus menolak kebaikannya?"
"kakak aku hanya memberi nasihat orang luar tetap orang luar, kita tidak tahu apa motifnya saat mereka membantu kita"
risa tertawa di dalam hatinya dan ingin sekali menjawab mulut licin gadis ini, kenapa kau tidak mengajukan pertanyaan seperti itu kepada aditama?
"Permisi apa anda nona jasmine?" risa menyela dengan tatapan yang hangat, tangannya terjalin di atas bantal dan matanya cerah saat menatap jasmine
jasmine memalingkan mukanya dan menatap risa dengan pelan mengamati ekpresinya "betul, aku adalah adiknya ka rendi, siapa kau? sejak kapan kau berteman dengan kakakku" dia menjawab dengan penuh penekanan
risa tersenyum dingin dan menatap rendi dengan mata yang penuh kepuasan "rendi tadi sudah bilang saya adalah temannya" risa berkata dengan ringan
jasmine menatap risa bingung, gadis di depannya tampak ramah tapi jasmine merasa ada sebuah permusuhan yang tercipta di antara mereka "Sejak kapan kakakku berkenalan dengan anda, aku telah tinggal dengannya setiap hari dan tidak mengenal anda?" Dia bertanya dengan ramah, risa menatap gadis itu dalam hal akting jasmine adalah yang teratas dia mungkin terlihat ramah tapi dia sangat licik "nona sangat cantik, pantas kakakku begitu percaya pada anda, dimana kalian bertemu?"
risa tertawa kecil mendengar kata kata jasmine, sangat murahan "nona jasmine saya adalah teman tuan rendi sejak lama, kami dulu tidak sengaja bertemu di rumah sakit"
senyum jasmine menghilang dia menatap risa lalu berbalik menatap Rendi, ada kilatan takut di matanya, siapa gadis ini kenapa dia membicarakan masalah rumah sakit dengannya, "kalian bertemu di rumah sakit, begitu kebetulan?" Dia mengambil minuman di depannya, tangannya sedikit gemetar.
risa mencodongkan tubuhnya dan menatap jasmine, ujung matanya melengkung lembut tapi tatapan matanya begitu dingin "Ya, ibu....." risa tertawa di dalam hatinya saat melihat jasmine yang seperti kehabisan napas, tampak seperti tikus di dalam genggaman kucing liar.
"ibu saya di rawat, rendi yang membawanya ke rumah sakit. sejak saat itu kami berhubungan baik"
jasmine menggerakn matanya ke arah rendi "benarkah kakak?" Dia berkata sambil menatap rendi serius
rendi menatap risa dan melihat arti dari tatapannya "Ya, itu terjadi sejak aku duduk di bangku sma"
jasmine menyeruput kopinya dan menatap risa sebentar "tapi kenapa kakak tidak pernah mengatakannya padaku, aku sempat salah sangka kepada nona"
"risa, "
cangkir di tangannya jatuh membuat bunyi yang memekakan telinga, semua orang menatap jasmine yang terlihat kehilangan pikirannya dan hanya menatap risa dengan wajah kosong. di menatap gadis di depannya tanpa sadar, matanya melebar seperti melihat ular berkepala dua yang siap memangsanya.
rendi menatap risa dan menarik sudut bibirnya marah, dia memberikan peringatan kepada risa untuk berhenti, saat ini risa harus merahasiakan identitasnya. risa menangkap maksudnya dan menyandarkan tubuhnya dengan tenang "nama saya risa nona jasmine, anda bisa memanggil saya risa"
jasmine mencoba mengumpulkan kesadarannya dan menatap risa sebentar "nama yang cantik, sangat cocok dengan anda" dia tersenyum dengan di paksaka,
risa mengangguk samar dan tersenyum kecil di balik maskernya "betul nama ini memang cantik, terima kasih atas pujiannya" risa berkata sungguh sungguh dan menatap jasmine dengan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments