7a

dua pemuda itu masuk ke dalam ruangan. wajah mereka tampak suram dan ada kebingungan yang tidak dapat di jelaskan, yang satu, tuan andi langsung bergerak menuju kursi berlengan yang tampak hangat, duduk dengan bingung dan masih merasa mengambang matanya beberapa kali melirik jendela yang gelap dan mencoba berpikir kembali tapi dia masih merasa bingung.

"hendra dan martin" Tuan andi berkata dengan suara muram, wajahnya tampak kosong, mencoba mencerna pembicaraan yang tidak sengaja di dengarnya dan menatap mahesa, pria itu berdiri di depan jendela postur tubuhnya tampak tenang tapi memancarkan aura dingin yang kuat.

kasus korupsi Martin sangat menggegerkan saat itu, selain berhubungan dengan lembaga resmi kasus ini juga mencoreng firma yang merupakan perusahaan yang di kenal bersih, di bawah tangan adiguna. pemberitaan ada dimana mana, dan tekanan publik saat itu begitu besar pada adiguna.

Mahesa berbalik dengan alis yang menukik dan menatap tuan andi bibirnya lurus kaku, dia berkata dengan tenang "jadi ini sebenarnya firma" dia berguman dan bergerak maju. tangannya menatap globe di atas meja dengan serius sebelum bergerak memutar mutarnya.

"perusahaan itu, sama busuknya dengan king, kurasa aditama dan selly jenis orang yang sama" tuan andi mencibir dan menggelengkan kepalanya, selly dan aditama adalah jenis orang serakah yang menggunakan cara apapun demi kekayaan dan kekuasaan "kau beruntung tidak jadi menikahi marisa" dia memberikan saran dengan tulus, jika mahesa menikahi marisa dan bergabung dengan firma bukankah itu sama saja memasuki sarang macan, king saja sudah penuh dengan monster monster busuk, sekarang di tambah firma, harus sekejam apalagi mahesa untuk berhadapan dengan firma dan king.

mahesa masih memutar mutar globe, dia memikirkan sesuatu, aditama sangat licik dia persis seperti harimau yang berdiri di balik gunung yang menyaksikan serigala serigala bertengkar dibawah kakinya. dan juga adiguna, bagaimana dia bisa lolos dari rencana aditama, berarti dia adalah sosok yang begitu licin seperti belut, mahesa menggosok globe dan merasa suram, kepalanya mendongkak, menatap jendela yang terbuka langit sangat gelap tidak ada bintang satupun, tangannya bergerak tanpa sadar dan teringat tatapan bintang gadis yang tadi berbicara dengan rendi di dalam ruangan, perasaannya menjadi tidak tenang dan dia berpikir bahwa gadis ini benar benar memiliki sesuatu dalam tatapannya, wajahnya yang tersembunyi di balik kegelapan tampak seperti hewan buas dengan cakar dan kuku tersembunyi yang sedang menunggu mangsa,

"aku penasaran, siapa gadis itu?" mahesa bertanya tanpa sadar, pikirannya menerka nerka dia pernah melihat tatapan itu tapi dimana?

Tuan andi yang sedang tenggelam dalam pikirannya tampak terkejut dan melirik mahesa, ya dia juga penasaran siapa gadis yang berbicara dengan rendi, dia tidak bisa melihat wajah aslinya dan dia hanya bisa mengintip setengah wajahnya yang terbuka, matanya terang seperti bintang dengan tatapan yang tajam, dan tuan andi merasa bahwa dia tidak akan pernah menemukan tatapan seperti itu lagi pada yang lainnya, tatapannya sempurna. hidup, jernih dan tajam.

"apa dia kekasih rendi?" Tuan andi menjawab teringat beberapa hari lalu saat rendi bertemu seorang gadis di dalam Cafe. jika benar itu kekasih rendi, perasaan masam meliputi hatinya, dia benar benar mendapatkan Jackpot, gadis ini menarik tapi otaknya bahkan lebih mengesankan, dia mengetahui seluk beluk firma dengan jelas tanpa kendala apapun dan begitu berpikiran tenang. sosok seperti ini sangat langka.

mahesa melirik tuan andi dan berpikir sejenak "dia bukan kekasih rendi" dia ingat bagaiamana rendi memelototi gadis itu, seperti siap mencabik cabiknya, dan juga gadis di depannya sama sekali tidak menunjukan sikap kepedulian sedikitpun kepada rendi, dia sangat dingin.

"akh," Tuan andi juga tampaknya baru sadar dia menatap mahesa yang tampak tenang "Sepertinya begitu, lalu bagaimana? kita tidak mendapatkan apapun, dan Mario orang mahendra sudah beberapa hari ini tidak keluar, kita harus secepatnya membongkar kasus obat obatan di tangan mahendra"

mahesa menepuk nepuk meja dan berkata tanpa peduli "pancing dia, seekor anjing tidak mungkin tahan godaan seonggok daging busuk"

Tuan andi mengangguk lalu segera beranjak pegi meninggalkan mahesa yang masih termenung dan menatap jendela yang gelap, dia berbalik dan menatap ranjang yang kosong,

kenapa dia disini? berpura pura menjadi pasien di rumah sakit ini. ini adalah untuk membuktikan penjualan obat terlarang yang di lakukan mahendra, penjualan obat ini merupakan salah satu pendapatan terbesar selly, mahesa ingin memusnahkannya secara perlahan lahan agar selly yang terbiasa hidup dalam kemewahan menjadi gelisah, mahesa sangat mengenal selly wanita itu suka kemewahan dan kekayaan, jika uangnya hilang bukankah dia akan menjadi anjing gila yang menggigit orang orang di sekitarnya karena tidak tahan dengan kesengsaraan, orang orang akan melihat wujud aslinya yang menyedihkan.

Tuan andi datang kembali dengan membawa beberapa lembar kertas, dia lalu berkata kepada mahesa "Mario sedang bersembunyi dia kemarin memperkosa seorang perawat"

Mahesa melirik tuan andi dengan mata yang dingin, manusia menjijikan seperti ini rasanya mahesa ingin menangkapnya dan langsung melemparkannya ke dalam lautan yang dingin "kapan kejadiannya?"

"dua hari yang lalu, dia sekarang sedang menjilat pada mahendra agar melindunginya", tuan andi menyerahkan berkas di tangannya kepada mahesa "Ini adalah transaksi obat obatanmu, seperti dugaanmu saat mahendra mengetahui bahwa kau di rawat disini dia menyuruh perawat mengubah dosis obatnya"

mahesa mendengus dingin "dia sangat tidak sabar" matanya menyala seperti api yang disulut "suruh Adrian datang, kita harus menuntaskan kasus ini dalam 3 hari. mahendra dan komplotannya harus di habisi sekarang juga"

pria itu muda dan bertubuh alestis, kulitnya pucat dengan bola mata seperti mutiara hitam, bibirnya segar dan memiliki senyum lembut yang nengesankan, langkahnya tegap dan tatapan matanya tajam, semua perawat wanita mencuri pandang dengan penuh kekaguman dari balik counter.

"Siapa namanya?" yang satu berbisik tidak tahan matanya tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun

"ruangan yang mana dia?" yang ini memimpali dengan bola mata berkaca kaca

"ganteng banget, udah kawin belum ya?" yang ini sepertinya sudah tidak sadar

risa yang sedang mendorong troli melirik dengan datar pada kumpulan perawat yang seperti cacing kepanasan, dia mengikuti pandangan mereka dan mengerutkan keningnya dengan bingung, dia merasa familiar dengan pria ini tapi dimana, seperti mendapat firasat pria itu berbalik tatapan matanya bertemu dengan risa. semua perawat yang kelelahan terkesiap dan mereka cerah dan hidup kembali seperti bunga layu yang telah disirami air.

risa tertegun dan buru buru memalingkan wajahnya, jantungnya berdetak cepat saat menyadari bahwa itu mahesa, apa yang di lakukan pria itu disini, tunggu kenapa pula dia mengenakan pakaian pasien, risa menggigit bibirnya saat sadar mengingat percakapan antara rendi dan mahendra, mahesa jatuh dari tangga dan kakinya terkilir dia sedang di rawat disini.

risa melirik kaki mahesa tanpa sadar dan mendengus ringan, dia sepertinya tidak jatuh. risa mengamati punggung mahesa yang terus berjalan dengan tenang, hatinya tidak sepertinya kedatangan mahesa akan menjadi pertanda buruk bagi rencananya, pria itu pasti memiliki rencana di dalam rumah sakit ini, risa harus buru buru mengeksekusi rencananya

"aku akan membeli kopi, ada yang ingin menitip?" risa menawarkan dengan rendah hati,

semua perawat menggeleng kompak, mereka berkata lebih baik risa membawa pria tadi yang lewat, dari pada kopi, pria tadi lebih membuat mereka hidup daripada segelas kopi, tubuh risa mengejang dan dia tanpa sadar langsung bergegas pergi, orang orang ini. jika saja mereka tahu seperti apa sebenarnya sosok mahesa mereka pasti akan lari terbirit birit seperti orang yang bertemu hantu.

sepanjang jalan risa terus berpikir, apa yang sebenarnya di rencanakan oleh mahesa di dalam rumah sakit ini, dan apa yang di sembunyikan rumah sakit ini hingga membuat mahesa datang ke tempat ini, mahesa adalah sejenis macan jika dia datang ke tempat ini, berarti tempat ini penuh dengan daging segar dan busuk yang siap di mangsanya.

langkah risa terhenti dan dia mendengar suara rintihan, risa berbalik dengan waspada dan berpikir buruk, apa bajingan itu melakukan kejahatan lagi. sepanjang jalan risa terus merasa tegang, dia merunduk dan bersembunyi di belakang jendela saat mendengar suara langkah kaki, tidak menunggu lama pintu terbuka, wajah risa terasa beku dan dia kini mengerti situasinya, pantas saja penjahat itu tidak tertangkap dia memiliki orang dalam.

hati risa terasa dingin, dia mengingat bagaimana alisa yang tidak sadar, mila dan riri yang ketakutan dan teman temannya yang lain yang tidak sadar bahwa mereka telah masuk ke dalam sarang harimau dan menunggu untuk di cabik cabik, risa bergerak mundur dan melangkah dengan pelan, dia tidak jadi pergi ke kantin dan lebih memilih pergi ke taman belakang, dia menarik napas dengan kencang untuk membuang semua emosinya.

tangan risa terkepal, dan dia menendang nendang kerikil kecil di bawah kakinya, dia berbalik dengan marah, bulu bulu tubuhnya langsung berdiri, persis seperti saat kita bertemu predator yang buas, bersembunyi dalam kegelapan malam, mengintai mangsanya dengan mata haus darah. risa mundur secara perlahan lahan dan menatap pria yang berdiri di sebrangnya. pria itu berdiri di kegelapan malam dengan pakaian yang mewah, sosoknya tegap dan wajahnya terlihat memerah, dia memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan seperti mencari cari sesuatu,

Risa buru buru berbalik dan ingin segera pergi, dia mengumpat tanpa sadar saat menabrak sesuatu yang keras, dahinya berdenyut hebat dan terasa panas, risa mendongkak, semua saraf di tubuhnya seperti terbangun karena waspada dan mengeluarkan perasaan merinding yang hebat, lebih menakutkan dari yang tadi, tatapan mata yang ini begitu gelap dan dalam, risa merasa seolah olah dia sedang berenang di tengah lautan yang tenang dan dalam, dia seperti akan hanyut dan tidak akan bisa keluar dari lautan ini. risa menarik napasnya tanpa sadar.

dia berjuang mengumpulkan kesadarannya, "maafkan aku" suara risa bergetar dia merunduk dan mencoba menghindari tatapan mata yang aneh ini. dia membungkuk dengan sopan dan bergegas untuk pergi.

"suster" suara seringan angin memanggilnya kembali,

risa menarik napasnya dan mencoba mengumpulkan keberaniannya sebelum berbalik dan berkata dengan tenang "ada apa?"

mahesa tertegun dan bergerak menatap gadis di depannya, wajahnya tertutup masker hanya menyisakan mata yang cerah, tubuhnya kurus dan ringkih dan dalam sekali gerakan saja mahesa yakin bisa menghancurkan tubuh gadis di depannya, tapi dia tidak punya pilihan saat ini dia tidak memiliki tenaga sedikitpun untuk bergerak "bisakah anda membawaku kembali ke kamar?" mahesa berkata dengan lemah dan menopang tubuhnya ke tembok.

kaki risa seperti terkena setrum dan pikirannya kembali hidup, apa meminta tolong? Risa menjerit di dalam hatinya, skenario apa malam ini, padahal risa tidak ingin berurusan dengan pria ini dan berharap tidak bertatap muka sedikitpun. tapi kenapa dia datang langsung di depan matanya.

"saya akan memanggil seseorang untuk...."

"aku minta tolong, aku sudah tidak tahan"

risa tercengang saat melihat mahesa yang akan jatuh kebawah dia buru buru menangkapnya, tubuh mahesa yang besar membuatnya terhuyung huyung "mahesa, ada apa denganmu?" risa setengah menjerit ketakutan dan menahan kepala mahesa yang akan jatuh ke lantai yang dingin dan keras. jika dia terjadi sesuatu yang buruk pada mahesa risa tahu dengan jelas, bahwa dia tidak akan bisa lolos dengan mudah.

mahesa yang merintih masih bisa mendengarnya dengan jelas, gadis di depannya mengenalinya dan memanggilnya dengan nada yang akrab, saraf saraf tubuhnya mengejang dan dia langsung waspada, dengan kekuatan seadanya dia menarik tangan gadis itu dan mencengkramnya dengan kuat dan menatapnya dengan intens "Siapa kau?" Dia bertanya dengan suara rendah dan tajam.

risa panik dan sadar akan tindakannya yang spontan barusan salah, dia telah membuat mahesa curiga, dia harus mencari cara agar mahesa tidak mengenalinya "aku petugas di lantai anda" risa merasa bahwa dahinya berkeringat dan dia bersyukur bahwa keadaan disini remang remang sehingga mahesa tidak akan melihatnya yang sedang ketakutan.

mahesa menggelengkan kepalanya dan mencoba bangun dia menekan lantai dengan tangannya, tapi kepalanya benar benar pusing, dia kembali jatuh ke dalam pangkuan risa, bau gadis ini tercium. samar samar beraroma lembut seperti embun pagi hari dengan sedikit campuran alkohol yang menyengat.

mata mereka sama sama melebar dan menjadi waspada saat mendengar suara langkah kaki dan seru seruan dari beberapa orang, risa menatap mahesa dan perlahan ingin segera kabur, entah bagaimana dia seperti mengerti dan juga tidak mengerti kondisinya.

"aku meminta tolong, dan kau menarik perhatian mereka" mahesa menarik lengan gadis yang akan kabur itu dengan kekuatan terakhirnya, jika dia tidak meminta tolong anak buah mahendra akan menemukannya.

risa menelan ludahnya, dan menatap mata mahesa yang sayu, wajahnya yang tampan pucat, dia ingin pergi dan tidak terlibat dalam urusan mahesa tapi jika dia juga tidak menolong mahesa dan membiarkan dia di tangkap oleh mahendra, bukankah dia agak sedikit kejam. dan juga kekejaman mahendra tidak kalah kurang dari mahesa.

"aku akan membawamu kembali" risa berkata dengan cepat saat mendengar suara langkah kaki yang semakin jelas, dia mencoba bergerak dan menyeret mahesa seperti menyeret seekor sapi yang tidak mau berjalan,

mahesa menggertakan giginya dan menahan perasaan jengkelnya, dia merasa lantai yang dingin dan keras menggesek kakinya dengan kasar. sialan dia seharusnya tidak datang ke tempat itu, seorang diri. mahesa benar benar tidak menyangka bahwa mahendra akan menjebakanya dan memberikan obat tidur padanya, untung mahesa bisa melawan dan hanya menelan sebagian obat yang di berikan oleh mahendra. dia bersembunyi di tempat ini dan menunggu sambil berharap semuanya akan aman hingga tuan andi dan yang lainnya akan menemukannya, tapi gadis ini tiba tiba saja datang dan mahesa mencoba yang terbaik meminta pertolongan padanya untuk menghindari yang terburuk.

tapi sekarang dia kehilangan tenaganya dan merasa lemas, mahesa berjuang dan menatap tangan kecil gadis itu yang menarik lengannya, otot ototnya terlihat jelas, yang menunjukan bahwa gadis ini menarik dengan kekuatan penuh, dia merasa itu sangat lucu, "bisakah kau lebih pelan?" mahesa memprotes dengan keras dan sedikit jengkel. gadis ini menarik tangannya seperti dia menarik seekor hewan yang akan di sembelih.

kaki gadis itu menendang pintu yang usang, mereka memasuki sebuah ruangan yang tampaknya adalah gudang bekas,

risa yang sudah kesusahan dan berjuang menarik mahesa, mengambil napasnya dengan cepat tenaganya terkuras habis, dia membanting tangannya dan melepaskan mahesa yang terkapar di atas lantai yang dingin "kau" teriak mahesa murka saat tubuhnya terlempar di atas lantai dingin, jika saja dia tidak lemah dia tidak akan sudi meminta tolong pada gadis lemah ini. mahesa menarik tangan gadis itu saat melihat siluet bayangan yang lewat,

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!