3

ini masih termasuk musim panas, matahari bergerak dari timur ke barat dengan begitu terik.

sebuah taksi berhenti di depan gedung pencakar langit, sosok gadis kurus turun dari kursi belakang. dia mengenakan gaun putih sederhana, dengan rambut bebas terurai, matanya bersinar seperti bintang, senyumnya cerah dan segar seperti bunga mawar baru mekar yang terkena sinar matahari.

satpam yang bertugas di depan pintu tidak bisa mengalihkan tatapannya, matanya terus mengikuti gerakan gadis yang sedang berjalan kearahnya, dia menegakan tubuhnya dan membusungkan dadanya. matanya semakin cerah saat melihat bagaiamana cantiknya gadis di depannya.

"Selamat siang"

Bahkan suaranya begitu menarik, suaranya sejernih air dan begitu tenang. satpam itu bertanya tanya apa gadis di depannya seorang peri. "Ada yang saya bisa bantu nona?"

risa tersenyum sopan "saya ingin bertemu pak rendi"

wajah pria di depannya menjadi kaku, dia menatap gadis di depannya dan merasa penuh penyesalan di dalam hati. Hanya pria berangkat tinggi yang akan di cari bunga bunga cantik.

"Ruangan pak rendi di lantai 5, apa nona memerlukan bantuan?" satpam itu masih mempertahankan senyumannya. dia masih berharap untuk menjadi dekat dengan gadis di depannya.

Senyum risa menjadi dingin. dia menatap satpam itu dengan pandangan menilai "tidak perlu terima kasih banyak"

gadis itu mengangguk sopan lalu masuk ke dalam gedung, semua orang terkesima saat melihat sosok kurus itu masuk dan berjalan menuju ruangan pria bernama rendi

langkah kaki kecilnya pelan, wajahnya tenang tidak memiliki senyuman tapi mata bintangnya membuat orang orang tertarik. seorang pegawai pria berhenti beberapa saat seperti kehilangan kesabarannya.

langkah kaki gadis itu berhenti di depan meja seorang wanita muda dia menyebutkan maksudnya tujuannya dan menunggu dengan sabar. pegawai wanita itu tersenyum lalu mempersilahkannya masuk.

ruangan di dalam besar dan penuh cahaya, ada beberapa sekat dari kaca yang membagi ruangan. meja dan kursi di letakan di depan jendela besar, ada lukisan abstrak di dinding yang sedikit gelap. membuatnya seperti terasing dalam ruangan cerah, beberapa piagam dan piala di letakan di depan lemari kaca.

pegawai wanita itu mempersilahkan gadis cantik di depannya duduk dan dia berjanji bahwa rendi akan selesai rapat dalam waktu 15 menit. setelah menyajikan teh dia kembali ke mejanya. matanya masih mengawasi gadis di depannya. hatinya sedikit masam saat menyadari bahwa gadis seperti inilah yang di inginkan atasannya.

lima belas menit berlalu, gadis di depannya tampak masih tenang dan tidak terlihat gelisah, dia menatap jendela di depannya menikmati panasnya matahari di luar.

pintu terbuka seorang pria muda dan tampan berjalan masuk. dia mengerutkan keningnya saat melihat sosok tidak di kenal yang menungunya. penampilan pria ini sangat tampan, wajahnya penuh kelembutan tapi tatapan matanya dalam. bibirnya merah dengan dagu yang cantik. Dia mengenakan kemeja biru lembut dan celana hitam yang pas di tubuhnya,

"Permisi. nona adalah?" Dia bertanya dengan ragu ragu dan mengamati gadis tenang di depannya. gadis ini terasa asing tapi saat mereka bertatap mata perasaan rendi bergetar. Dia pernah melihat tatapan ini.

gadis itu berdiri dan tersenyum cerah, membuat rendi terdiam dia merasa senyuman gadis di depannya indah tapi tatapan matanya terlihat dingin dan mengandung sedikit ejekan. rendi bertanya tanya di dalam hatinya siapa gadis ini?

"Tuan rendi," dia menyapa sopan "perkenalkan nama saya adalah risa" suaranya tenang. Rendi masih kehilangan pikirannya dia masih merasa bingung.

"Nona risa" rendi berbicara dengan ragu ragu "ada urusan apa anda mencari saya?"

risa tersenyum kecil, lalu menyerahkan sebuah kertas yang di bawanya, "Aku punya sedikit penawaran untuk tuan rendi"

mata rendi bergerak menatap kertas yang di sodorkan risa, matanya menatap risa lamat lamat. melihat ekpresi acuh tak acuh gadis ini.

"saya tidak tahu, penawaran apa yang di berikan nona risa, tapi ku pikir nona risa lebih baik melupakannya saja. saya tidak tertarik" rendi menjawab dengan sopan. perasaannya mengatakan bahwa gadis ini memiliki maksud terselebung. dia tidak menunjukan sifat murah hati tapi lebih ke tidak pedulian.

risa tersenyum kecil, berurusan dengan rendi tidak perlu berbasa basi. pria inu lugas dan cakap. risa menarik napasnya dan menatap rendi dalam "apa karena jasmine, dia masih mengikatmu ternyata?" suaranya ringan, risa tidak menahan cibirannya sedikitpun.

rendi menatap risa dengan serius dan bingung. kenapa gadis di depannya mengenal adiknya? "itu bukan urusan nona, apa nona risa tidak sadar. nona datang dengan sikap yang begitu sombong saat menawarkan kesepakatan" suara rendi tajam. perasaannya tidak tenang saat melihat tatapan dalam gadis itu. ini seperti dia sedang di mangsa oleh binatang kejam.

risa duduk dan melipat tangannya, bibirnya tersenyum lebar dan dia tertawa ringan mendengar ucapan rendi. "sombong?" Dia bertanya dan menatap rendi sekali lagi "di dunia ini kesombongan di perlukan agar orang orang tahu tempatnya" risa memberitahukan nasihat tidak bermoral kepada rendi. matanya melengkung dengan cantik membuat tampilannya semakin bersemangat.

Rendi terdiam mendengar ucapan yang di tunjukkan untuknya, wajahnya menjadi kaku tangannya terkepal pada sisi tubuhnya dia menjawab dengan dingin "aku tidak tahu masalah apa yang dimiliki nona dengan orang rendah ini" rendi menjawab dengan penuh ketidaksukaan. jika saja gadis di depannya seorang pria rendi pasti tidak akan menahan tinjunya, sayangnya gadis di depannya adalah seorang gadis cantik dengan tampilan seperti peri tapi perilakunya begitu liar dan kurang ajar.

hati rendi semakin tidak tenang. kepalanya terus berputar kapan dia memiliki masalah dengan gadis ini.

wajah risa masih tenang mendengar nada sarkasme rendi, dia menatap rendi dingin. dia berkata dengan tidak peduli "Siapa yang menganggap tuan rendi rendah?" risa bertanya polis "itu adalah sesuatu yang tuan rendi katakan sendiri. hidup bersih dan kotor itu pilihan kita sendiri" risa menjawab tanpa peduli.

rendi tercengang dia menatap risa dengan bingung. gadis ini siapa sebenarnya "baik" rendi menjawab marah dan juga bingung "dan saya harap nona bisa pergi sekarang, karena ruangan kotor ini tidak cocok untuk anda"

risa menyesap tehnya lalu memusatkan pandangannya pada lukisan abstrak di dinding "lukisan itu" dia menunjuknya dengan jarinya "sama seperti tuan rendi. terasing. terperangkap dalam ruangan besar dan megah ini. menyedihkan"

rendi menatap lukisan di ruangannya lalu menatap mata bintang gadis di depannya, bulu kuduknya terasa meremang tanpa sadar "apa hubungannya"

"Bagaimana jika tuan rendi memberikannya padaku, aku akan menjaganya"

"saya tidak berani menjualnya pada anda. mungkin anda akan menginjak nginjaknya suatu saat nanti" rendi langsung mencibir

risa tertawa riang mendengar cibiran rendi "kenapa aku harus menginjaknya, aku tahu lukisan itu sangat berharga untuk tuan rendi. aku tidak berani"

mata Rendi seperti di sulut api. dia merasakan rasa kesal bergejolak di dalam hatinya. rendi rasanya ingin menyeret gadis di depannya saat ini.

risa meletakan tehnya dan menatap rendi dengan puas. matanya penuh kesombongan, telapak tangannya bolak balik dan tersenyum kecil "sangat di sayangkan, dipelihara bertahun tahun hanya untuk menjadi menjadi anjing penjaga"

wajah rendi seperti di bakar api dia menatap risa dengan jijik dan marah dia sekuat tenaga menahan tangannya agar tidak menyeret gadis di depannya "nona silahkan pergi. kesabaran saya ada batasnya"

risa tersenyum santai, semakin merasa senang melihat rendi yang kebakaran jenggot. hatinya penuh kekuasaan "kesabaranmu memang luas, bahkan kau bisa mentolelir perlakuan Aditama begitu lama" risa berkomentar ringan. wajahnya cerah berbanding terbalik dengan rendi yang begitu hitam karena marah.

dada rendi penuh api dia menatap risa memintanya untuk mundur sekarang juga "Silahkan anda pergi"

pandangan risa berubah menjadi dingin. dia menatap rendi jijik, dia mencibir "pasti melelahkan bukan menuruti keinginan orang lain?" risa bertanya ramah tapi tatapan matanya yang dingin membuat rendi begitu menggigil.

perasaan rendi menjadi gelisah, pikirannya kacau dan dia merasakan perasaannya menjadi lelah. dia menatap risa dan merasa bingung. apa masalah yang terang antara mereka hingga gadis ini memperlakukannya seperti ini? dia tidak pernah bertemu dengannya tapi gadis ini jelas jelas menghina dan menatapnya dengan jijik. "nona apa aku nengenalmu? aku benar benar terkejut dengan sifat nona saat ini"

"tidak perlu terkejut, aku mengenalmu" risa berbisik, tubuhnya condong kearah rendi. dia tersenyum lebar. "coba tebak siapa aku?" Tangan risa memainkan vas bunga di depannya. mencabut bunga bunga di plastik. mengotori meja di depannya.

Rendi menatap lurus lurus pada risa. mengamati semua yang ada pada gadis di depannya wanita di depannya sangat cantik. dia memiliki mata yang bersinar seperti bintang, hidungnya tinggi dengan bibir kemerahan, senyuman sejak tadi tidak hilang di bibirnya terasa sangat segar dan memikat. seperti bunga cantik yang sedang mekar. tapi tatapan wanita ini membuat rendi merasa gusar, tatapannya begitu dingin dan penuh ejekan. membuat rendi bertanya tanya apa maksud semua ini. dia datang tanpa di undang dan berperilaku seperti ini.

"Siapa kau?" rendi bertanya sambil berdiri dia mendekati risa dengan pelan pelan yang sedang duduk dan memainkan bunga.

risa mendongkak dan menatap rendi "bagaimana bisa kau melupakanku, sementara aku terus memikirkanmu setiap malam. kau melukaiku"

wajah rendi menjadi merah karena amarah "nona, jangan bicara omong kosong, aku benar benar tidak mengenalmu" suaranya penuh kegetiran ada perasaan takut yang merayap di hatinya saat melihat tatapan dingin gadis di depannya tatapannya penuh ketekadan bahkan jika di depannya adalah sebuah gunung gadis ini tetap bisa menjungkir balikannya.

"tidak mengenalku" Risa bangun dan menunjukan bunga palsu di tangannya kepada rendi "mungkin ini bisa memberitahumu siapa aku?" risa bergerak mendekati rendi dan berbisik dengan lembut "aku sudah datang"

rendi menatap wajah cantik di depannya bayangan bayangan masalalu bercampur di depan matanya.

"rendi, aku sudah datang"

"tunggu aku akan datang"

"tidak apa apa, aku datang sebentar lagi"

"suatu hari aku akan datang dan menyelamatknamu"

"Risa" seember air dingin seperti di tumpahkan di atas kepala rendi. tubuhnya terasa dingin. tulang tulangnya menggigil.

rendi terhenyak jatuh ke lantai, sepertinya semua kekuatannya telah menghilang terbawa angin.

bibir gadis itu tertarik saat kata kata itu keluar dari bibir rendi. ada semacam perasaan pahit di hatinya karena kesan manis dari panggilan rendi. Risa bergerak menatap rendi yang terjatuh ke lantai matanya berkabut melihat tatapan wajah rendi yang pucat "kau mengenalku"

kata katanya yang dingin seperti menyadarkan rendi dari rasa dingin di hatinya "Kenapa kau menjadi seperti...." kata kata rendi tertelan kembali kedalam tenggorokannya dia menatap risa dengan mata memerah "bukankah kau...."

"ssssttttt" risa meletakan jarinya di bibir rendi "simpan itu untuk dirimu sendiri" risa berkata lembut. dia memalingkan mukanya, wajahnya yang tadi tersenyum kini menjadi dingin.

"risa"

rendi masih memanggilnya,seolah olah meyakinkan bahwa yang di depannya adalah risa kekasih masalalunya, rendi bertanya tanya kenapa sejak tadi dia merasa kenal dengan gadis ini. tentu saja meskipun dia berubah tapi tatapannya masih sama. rendi menatap risa lalu bangun dan mencengkram lengan gadis di depannya. hatinya membuncah semua jenis perasaan seperti meledak di dalam hatinya.

"jangan terus memanggilku, aku tidak tuli" risa berkata tajam dan menatap rendi marah

rendi terhenyak sama sekali tidak menyangka risa akan membentaknya. mereka adalah teman, sahabat dan kekasih masalalu. risa adalah gadis pendiam tapi peduli dengan orang orang di sekitarnya. bagi orang orang yang tidak tahu mereka akan sangat segan kepada gadis ini, tapi bagi orang orang yang mengenalnya seperti rendi mereka akan tahu bagaimana dewasa dan perhatiannya risa "Apa yang terjadi, kemana saja kau selama ini? kenapa kau menjadi seperti ini

risa mundur selangkah, wajahnya seperti di pahat dari batu "apa yang terjadi? kenapa aku seperti ini?" risa bertanya tidak percaya "kenapa kau bertanya rendi. apa kau tidak tahu?"

rendi menarik ludahnya dan menatap kosong risa yang begitu berbeda 180 derajat. gadis ini begitu dingin dan sangat dingin seperti gunung es "aku tidak mengerti, kau Tiba-tiba saja menghilang aku tidak bisa menemukanmu"

"kenapa kau harus menemukannya?"

risa tersenyum pahit saat melihat tatapan rendi. Bukankah itu yang di harapkan rendi. sejak dia cacat rendi tidak pernah menemukannya lagi. pria ini membuangnya bahkan mengkhianatinya.

ada pemahaman di antara mereka. membuat mereka saling mundur menjauh dan sadar bahwa ada jurang pemisah di antara mereka.

risa menatap rendi dengan dingin dan berbicara dengan wajah tegang "kau tidak menemukannya, karena kau tidak pernah mencarinya?"

kepala rendi tertunduk perasaan malu dan jijik memenuhi hatinya "tapi kenapa kau menjadi seperti ini. bukankah kau bilang tidak apa apa menjadi cacat"

risa menatap rendi dengan kosong. benar tidak apa apa. jika dia tidak di tipu, di rendahkan, dan di manfaatkan. dia akan menerima nasibnya dan memahaminya. tapi kenapa dia harus melakukannya? dia telah di tipu orang terdekatnya, di rendahkan orang orang di sekitarnya dan di manfaatkan orang orang yang di cintanya. kenapa dia harus menerimanya

"untuk Balas dendam" risa menjawab dengan jujur dan sederhana

Rendi mengangkat kepalanya dan menatap risa dengan wajah kosong "risa itu masalalu. kenapa kau tidak memulai hidup baru" rendi menyarankan dengan hati hati.

"aku bangkit dari masalalu" risa masih tetap tenang dan menolak menatap rendi

wajah rendi masih terlihat kosong bibirnya bergetar, "Aku tidak bisa membantumu" rendi menarik napasnya dengan berat "kau dan aku tahu situasi yang sebenernya di balik kebakaran itu"

risa tersenyum sinis. situasi kebakaran. hanya karena dia anak ayahnya, hanya karena dia perempuan kecil, hanya karena dia pintar, hanya karena dia tidak sengaja mendengarnya. dia menjadi seperti ini. risa berbalik dan tersenyum kepada rendi "aku tidak memintamu membantuku" dia berkata pasti dan berjalan, berdiri di depan rendi

mata rendi menatap mata jernih risa, ada perasaan sedih saat melihat mata bintang gadis itu. tatapannya telah berubah dulu mata bintang itu jernih tahu hangat tapi sekarang rasa hangatnya menghilang "tapi aku memaksamu melakukan apa yang aku perintahkan"

"risa" rendi berteriak tidak percaya.

risa membalikan badannya lalu memasang wajah cemberut. seperti teman yang di tolak saat mengajak bermain "Rahasia ibumu, hanya aku satu satunya yang tahu bagaimana kau merendahkan dirimu sendiri dan terus berlutut agar mereka memberikan perawatan yang terbaik untuknya. bayangkan jika aku tidak suka dengan pilihanmu" Risa berbisik di telinga rendi dengan lembut

rendi menarik wajahnya dan menatap nyalang "kau" urat urat biru tercetak jelas di lehernya. perasannya pahit tapi perutnya penuh emosi.

"satu postingan anonim" risa menunjukan jarinya pada rendi "Lalu bom. semuanya akan berantakan" dia membuka kepalan tangannya dengan cengiran tidak bersalah "postingannya adalah rendi aditama adalah anak angkat aditama"

"kau mengancamku?" rendi bertanya pahit, dia tidak menyangka akan di ancam seperti ini. terutama oleh risa yang merupakan orang terdekatnya

risa mengangguk membenarkan "hanya ketakutan yang bisa membuat anjing patuh"

rendi menarik napasnya lalu mengusap wajahnya frustasi. "apa yang kau inginkan?" Dia bertanya dan menatap risa penuh kesedihan.

mata risa bersinar terang, "aku ingin kau mengambil kekuasaan aditama, singkirkan dia dari firma"

sebuah batu seperti jatuh ke dada rendi dia merasa sesak dan menatap risa tidak percaya. bukankah ini sangat berbahaya? risa memaksa masuk ke dalam pusat api. jika ini tidak berhasil mereka semua bisa terbakar "ini tidak mungkin berhasil risa" rendi berbicara dengan tidak yakin. tatapan matanya suram

"berhasil, selama ini kau hanya tidak berani, karena masih memikirkan ibumu yang berada di tangan mereka"

rendi merunduk merasa tertohok dengan kata kata risa apa yang di katakanya benar, dia selalu menurut dan tidak melawan aditama karena hidup dan mati ibunya berada di tangan aditama "aku tidak yakin" rendi masih merasa bimbang

"kau seorang pengecut"

Rendi memelototi risa marah "bisakah kau rasional? kau tahu bahwa aditama menekanku, tapi kau juga ingin menekanku"

risa menatap rendi acuh tak acuh "ada perbedaan untukku dan aditama, aditama hanya memanfaatkanmu. aku selain memanfaatkanmu juga akan membalaskan dendammu"

"dendam. itu adalah masalah kalian"

"rendi" dia memanggil rendi tanpa kemarahan ataupun penghinaan. seperti seorang kenalan lama yang tidak sengaja bertemu "Ibumu, yang mencelakainya adalah aditama" risa langsung memalingkan wajahnya tidak berani menatap wajah rendi yang terluka

"apa" wajah rendi kosong. benar benar tidak ada cahaya.

risa menelan ludahnya "aku dulu memeriksa semua berkas ibumu" risa menunjuk kertas di meja yang di buang rendi "aditama membuat ibumu mati suri, untuk mengontrolmu, dokter yang merawat ibumu adalah orang orang aditama"

ada Keheningan yang terjadi, mata rendi semakin kosong, lalu dia tertawa kecil. tawa itu penuh kemarahan dia lalu berdiri dan menatap risa penuh kemarahan dan tidak terima. "kenapa, kau tidak memberitahuku dari awal, kau sudah mengetahuinya.....tapi kau" kata katanya hilang saat melihat tatapan dingin risa

risa mendengus dingin dan menatap rendi dengan wajah penuh tantangan.

rendi terhuyung lalu jatuh kembali ke kursi "apa ini pembalasanmu?" Dia bertanya dengan getir

"seseorang tidak akan peduli jika dia tidak merasakannya" risa berkata dingin "aku benar benar menyesal telah memberitahumu, ku pikir kau akan langsung mengambil pistol dan menembak aditama tapi kau malah meraung seperti bocah kecil"

rendi menarik napasnya yang berat "itu bukan urusanmu" dan berdiri menuju mejanya

"itu menjadi urusanku sekarang" risa membalas dan berjalan ke arah rendi "kau adalah orang yang aku gunakan, tentu saja jika kondisimu seperti ini itu akan sia sia. pantas selama ini aditama bisa menekanmu menjadi kacungnya, kau hanya seorang pengecut"

"A...aku aku" rendi kehilangan kata katanya. dia terus terusan di manfaatkan di tekan dan di rendahkan hanya untuk ibunya dan kenyataan tentang ibunya. bertahun tahun ibunya tidak bangun dan itu semua perbuatan mereka yang menekannya

rendi seperti kehilangan pegangan.

risa berbalik dan menyerahkan kertas yang di bawanya "ini"

mata rendi masih linglung dia menatap wajah risa yang tampak tidak peduli "ini adalah semua yang terjadi pada ibumu" nada suara risa tenang seperti angin dari pegunungan.

risa berbalik lalu menatap rendi sekali lagi. wajah pria itu masih kosong seperti seseorang yang melihat kematian. tapi entah kenapa risa tidak merasakan emosi apapun saat melihat kondisi rendi. ini sudah terlambat baginya untuk kembali seperti dulu dengan rendi dan menjadi saling peduli. kini dia hanya bisa saling memanfaatkan untuk menghancurkan mereka yang telah menghancurkannya hidupnya.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

risa,, rendi..

2022-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!