10

Tangan gadis itu meremas kertas di telapak tangannya dengan kesal, bibirnya yang kemerahan sejak tadi mengerucut dengan cara lucu, matanya bersinar tapi ada kesan sinis yang membuat wajahnya memiliki tampilan galak yang menyenangkan membuat orang ingin terus mengganggunya.

Dia hampir menjatuhkan handphonenya pagi ini, Saat dia melihat handphone dan melihat sebuah postingan dari salah satu lembaga resmi, pikirannya terasa kosong. saat membaca tulisan yang di posting, dan dia harus membaca tulisan di dalamnya dua kali, bisa bisanya, dia meremas kertas di tangannya, mahesa bisa bisanya dia melakukan hal gila seperti ini untuk membuka kasus ibunya, dia tidak melaporkannya pada pihak berwajib ataupun tuan bhaskara tapi dia mempostingnya di jejaring sosial yang memiliki ratusan ribu pengikut, risa melihat komentar yang membanjirinya, pikirannya menjadi penuh amarah dan dia sangat ingin mencabik cabik mahesa saat ini. dia bahkan tidak mencantumkan nama siapapun disana. seolah olah dengan sengaja membiarkan orang orang untuk menebak siapa yang mengirimkan semua bukti buktinya.

bukankah ini sama saja melemparkan kembali masalah padanya, aditama dan nyonya bhaskara pasti tidak akan membiarkan kasus ini lepas begitu saja, mereka pasti akan menyelidiknya sampai tuntas dan orang yang mengumpulkan semua bukti bukti yang jelas itu adalah risa. padahal dia sudah berbaik hati mengirimkan penjahat itu padanya untuk membantunya balas dendam, tapi dia dengan tidak tahu diri membalasnya dengan cara jahat seperti ini, dasar manusia tidak tahu terima kasih.

"Apa yang terjadi?" seorang pria datang dan bertanya ragu, dia menatap risa yang memiliki wajah seperti seorang yang baru saja di bully orang.

"bajingan gila itu, benar benar tidak tahu terima kasih" bibirnya mencuat cuat, pipinya merah karena marah dengan alis menukik galak. penampilannya terlihat galak tapi menurut rendi, risa justru sangat menggemaskan saat ini. jarang melihat kemarahannya, risa lebih banyak tenang dan diam.

"Siapa yang kau bicarakan?" Dia bertanya dengan tidak sabar, melihat bibir gadis itu yang terus terbuka dan mengumpat membuatnya sakit kepala. risa bukanlah orang yang sopan, saat dia mengumpat dia tidak akan menahan kata katanya yang mengerikan.

"mahesa"

mata pria itu melebar dengan terkejut, bibirnya tertarik dengan lemah, apa yang di lewatkannya hingga mahesa dan risa bersama? "apa yang terjadi? bagaimana kau bertemu dengannya"

Risa menatap rendi sekilas, lalu mendengus dengan jijik "saat di rumah sakit, dia ingin melarikan diri dari mahendra dan aku menolongnya"

manusia tidak tahu diri ini, berani beraninya melemparkannya untuk menjadi kelinci bagi aditama dan nyonya bhaskara, padahal dia sudah menolongnya bahkan dia mempertaruhkan nyawanya sendiri malam itu,

"bukankah mahendra berkata dia jatuh dari tangga dan kakinya terkilir"

risa mendengus dingin, itu semua palsu mahesa tidak jatuh, itu hanya alasan untuk menyelidiki kematian ibunya......kematian. pikiran risa mengingat saat malam pembicaraannya dan rendi, gorden yang terbuka, semilir angin, dia tiba tiba saja menyadari bahwa sesuatu telah terlewat.

tangannya meremas bantalan sopa dengan marah, dan dia menyadarinya mahesa mengetahui kejadian malam itu, saat risa sadar bahwa mahesa berada dalam ruangan yang sama dengannya, pikirannya menjadi jelas dan dia sadar bahwa mahesa sengaja melakukan ini Untuk memberitahukan bahwa dia sudah mencurigai risa,

risa menggertakan giginya marah...... lalu apa yang telah dia lakukan pada mahesa? bajingan ini, apa dia membuat jebakan untuknya, mengganggu rencanya? dia bahkan membantunya dengan melemparkan anak buah mahendra padanya, tapi kenapa dia harus membalasnya dengan ancaman seperti ini.

"Risa ada apa?" rendi menepuk bahu risa dengan bingung, matanya yang lembut tampak penuh keprihatinan,

risa buru buru berpaling saat melihat rendi yang menatapnya dengan lembut, dia mengeraskan hatinya dan masih mengeluarkan kutukan "Siapa yang bisa mencelakai bajingan seperti ini, jika bukan dirinya sendiri?"

"Lalu, kenapa kau harus menolongnya?" rendi bertanya dengan pasrah melihat wajah risa yang kembali menjadi dingin.

risa berbalik dengan wajah mengkerut,, hidungnya yang kecil memerah "bajingan itu di jebak oleh mahendra, jika aku tidak datang, dia seharusnya sudah di kubur saat ini" dia memejamkan matanya mencoba menyerap semua emosinya,

rendi mengerutkan keningnya "Lalu, kenapa kau mengutuknya. apakah ada sesuatu yang salah saat kejadian itu?"

salah, mata risa terbuka, bola matanya bersinar seperti menyimpan aliran listrik dia meraung dengan ganas "sangat salah, dia manusia tidak tahu terima kasih, aku memberikan anak buah mahendra dan semua bukti yang ku kumpulkan untuk dia selidiki tapi dia malah membuka kasus di media online, bagaimana caraku untuk lolos dari aditama?"

rendi kehilangan kata katanya dia menatap risa dengan aneh, lalu setelah beberapa saat dia berkata dengan nada dingin yang jarang "aku tidak tahu, kau begitu perhatian kepada mahesa hingga membantunya untuk melacak anak buah mahendra?"

risa terkejut mendengar kata kata rendi, sebenarnya dia tidak seratus persen membantu mahesa, dia melemparkan mario agar dia bisa lolos dengan mudah dan juga agar orang orang tidak menyadari rencananya, biarkan semua orang percaya bahwa mahesalah yang menangkapnya, tapi siapa sangka bahwa mahesa sudah mengetahui rencananya, dan melemparkan kembali kasusnya padanya "lupakan saja, sekarang aku sadar bahwa mahesa benar benar orang berpikiran sempit"

rendi menolak menatap risa, namun kata katanya tidak sedingin sebelumnya "Lalu bagaimana jika aditama berhasil melacakmu?" hatinya menjadi tidak tenang jika risa berhasil di tangkap oleh aditama, maka semua rencananya akan sia sia,

risa menatap jendela di luar lalu mengangkat bahunya dengan pasrah "aku harus masuk ke dalam firma secepatnya, aditama tidak bisa menangkapku jika aku berapa di firma?"

rendi mengepalkan tangannya, lalu menatap risa dengan senyuman lembut "aku akan mencarikan jabatan yang pas untukmu, direktur perencanaan yang baru bagaimana?" Dia menawarkan dengan senang.

risa menatap rendi sekilas, hatinya tiba tiba saja terasa hampa, bibirnya terasa pahit dan sesuatu seperti menekan hatinya "tidak, aku akan melamar seperti biasa. jika kau membantuku aditama akan curiga" risa menolak dengan wajah datar.

bibir rendi tertarik dengan kecil, dia bergerak dengan pelan, angin dingin memeluk hatinya, "Aku akan pergi, jika kau perlu bantuan hubungi aku"

risa mengangguk dengan pelan, bibirnya mencoba tersenyum tapi hatinya terasa sesak, dia buru buru memalingkan wajahnya menatap jendela yang terbuka. mengabaikan rendi yang masih menatapnya dengan sinar mata yang semakin redup.

rendi berbalik dan menarik napasnya dengan berat, bola matanya bergerak dan tangannya terkepal di setiap sisi, perasaannya acak acakan, dan dia tahu alasannya, tapi dia sama sekali tidak bisa mengungkapkannya, seperti ada yang menahannya.

pintu tertutup dan risa berbalik untuk melihatnya, bibirnya tertarik dengan pahit dan bola matanya berkaca kaca,

dia ingin menyebrangi jembatan di depannya tapi dia tidak bisa ,bukankah dia sendiri yang mendorong risa dan membuat jurang di antara mereka. bukankah risa sangat lemah jika menyebrangi jembatan saat ini dan pergi pada pria yang mendorongnya ke ujung tebing,

risa berbalik menatap jendela dia menarik napasnya dengan susah payah, tangannya terkepal di setiap sisi saat melihat bayangannya sendiri di dalam cermin, menyedihkan siapa yang membuatnya seperti ini, sendirian, kesepian dan tidak berdaya. tidak dia tidak akan berbalik.

tujuan hidupnya hanya satu, membalas dendam, dia sudah berjanji tidak akan memperdulikan apapun, untung dan ruginya tidak akan pernah risa pedulikan, bahkan jika harus menjadi penjahat, risa akan mengambil jalan itu, karena dia hanya memiliki satu tujuan saat ini.

jadi biarkan risa tetap berada di ujung jurang, menunggu mereka untuk datang dan jatuh dalam jurang yang mereka ciptakan untuk risa.

risa menarik napasnya, menenangkan dirinya dia lalu berbalik dan melangkah meninggalkan ruangan yang hampa.

mahesa sedang duduk dengan tenang, wajahnya bermandikan cahaya matahari yang hangat, ada bau segar yang menyebar di sekitar tubuhnya membuat gadis di depannya merasa berdebar debar, dia tidak menyangka bahwa pria yang di kenalkan ayahnya memiliki tampilan seperti ini, jika dia tahu dari awal bahwa mahesa sangat mempesona dia tidak akan menunda nunda perjodohannya.

"aku belum sempat menjenguk, tapi anda sudah pulang" gadis ini berkata ramah, tangannya mengangkat minuman di depannya dengan lembut, dia mengedipkan matanya dengan lembut,

mahesa menatap gadis di depannya, bibirnya tertarik, tapi ekpresi wajahnya keras "tidak perlu repot" dia menjawab dengan tenang, sambil mengangkat gelas minumannya juga.

gadis di depannya menggigit bibirnya, mahesa sejak dia datang begitu tenang dan sopan, tapi itu yang membuat dia semakin menarik dan membuatnya penasaran, dia menatap mahesa dengan mata yang cerah, dimana lagi dia bisa menemukan sosok yang seperti ini? mahesa memiliki sikap sopan dengan pembawaan yang tenang, pria seperti ini jelas memiliki karakter yang bagus? tampilannya, tidak perlu mengatakan apa apa lagi, dia memiliki semua yang terbaik dalam wajahnya, hidung yang sempurna, bibir yang menggoda, dan mata yang menarik, mahesa melambangkan kesempurnaan yang nyata.

"apa lukamu sudah membaik?" gadis di depan kembali bertanya ramah, tidak lupa dia memberikan senyuman terbaiknya.

mahesa merunduk menatap kakinya dia mencoba mengabaikan senyuman gadis di depannya yang membuat hatinya risih, dia mencoba tersenyum kecil "hanya cedera ringan, nona ayudia tidak perlu khawatir"

gadis itu merunduk dan mengepalkan tangannya, hatinya benar benar membuncah dan dia sudah tidak sabar untuk menanyakan hal terpenting dalam pertemuan hari ini "Tuan mahesa, apa anda menyukai perjodohan kita?" gadis itu bertanya dengan senyum lebar, matanya melengkung membentuk bulat sabit, membuat wajahnya yang cantik begitu hidup, tidak mungkin pria di depannya tidak terpesona, setiap lelaki yang melihatnya dengan ekpresi seperti ini akan bertekuk lutut.

mahesa menatap gadis di depannya dengan tatapan dingin, tapi bibirnya tersenyum ramah "kenapa aku harus tidak menyukainya?" Dia bertanya dengan suara ramah yang enak di dengar.

gadis di depannya tersenyum cerah mendengar respon mahesa, matanya melengkung lebih dalam, dengan sirat yang jelas, tentu saja siapa yang akan menolak perjodohan dengannya, hanya pria buta yang akan menolaknya...... tapi jangan dulu berbangga hati, pria adalah makhluk dengan ego yang tinggi dia membenci wanita dengan sikap seperti ini, dan juga mereka adalah makhluk yang suka bermain, dia harus melakukan semacam trik untuk menunjukan pesonanya, dan membiarkan mahesa semakin tetarik "Benarkah, ku pikir anda tidak menyukaiku karena sejak tadi anda tampak biasa biasa saja? apa karena penampilanku yang seperti ini" Dia melembutkan suaranya, bulu matanya yang lentik menyapu dengan indah membuat matanya terlihat sendu.

"penampilan nona, cantik" mahesa berkata spontan dan menatap gadis di depannya datar. dia berpikir apa sebenarnya maksud kata kata gadis ini? kenapa dia mencoba merendahkan dirinya sendiri.

"Tuan mahesa, tidak perlu memuji" senyumnya semakin lebar

siapa yang memujinya, mahesa hanya berbicara fakta, semua pria di dalam ruangan ini pasti setuju bahwa ayudia cantik. tapi kecantikannya sama sekali tidak membuat mahesa tergerak dia hanya mengutarakan pendapatnya saja "aku berbicara jujur"

ayudia menarik napasnya lalu melembutkan tatapannya "gadis seperti apa yang anda suka?" Dia bertanya dengan bibir di kulum rapat, tubuhnya condong ke depan. matanya mengawasi mahesa dengan intens

mahesa menggeliat tidak nyaman saat melihat tatapan gadis di depannya, dia merasa seperti sedang di perhatikan oleh mata yang penuh nafsu "gadis yang membuatku tertarik" dia menjawab dengan senyum yang jelas. matanya menatap kejauhan dengan bola mata yang bersinar.

"Apa aku membuat anda tertarik?"

mahesa tidak menjawabnya hanya memberikan senyuman terpaksa yang samar.

pipi gadis itu merona merah, senyumnya semakin lebar, dia menutupi mulutnya dan menatap mahesa pelan pelan, "jadi?" suaranya lembut penuh keraguan, tapi bola matanya penuh kobaran api, tampak penuh semangat "anda setuju dengan perjodohan ini?" Dia menatap mahesa penuh harap.

mahesa menatap gadis di depannya, menelitinya dari ujung kepala hingga ujung kaki, seperti menilai penampilannya, tiba tiba saja dia merasa jengah, ini sangat membosankan "tidak" tanpa menunggu lama, mahesa langsung menjawabnya, dia menatap ayudia wajah datar.

senyuman ayudia luntur dari wajahnya, dia menatap mahesa dengan bola mata terkejut, dia kehilangan kata katanya dan sedang berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi, bukankah dia berkata ayudia adalah gadis yang cantik, lalu kenapa dia tidak mau mengikuti perjodohan dengan ayudia? "Tuan mahesa, apa ada yang salah?" dia menggigit bibirnya, matanya menatap mahesa hati hati, mungkin ada tindakannya yang salah atau kata katanya hingga mahesa tidak ingin mengikuti perjodohan. dia bersedia memperbaikinya.

"tidak ada yang salah, anda bertanya dan saya menjawabnya" mahesa kembali menjawab dengan tenang,

"laku kenapa?" ayudia sama sekali tidak mengerti, bukankah dia cantik ini merupakan sinyal yang jelas bahwa mahesa tertarik padanya, tapi kenapa?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!