8 (1)

Bagai tikus yang sudah melihat kucing, risa hanya bisa meraba raba dalam kegelapan untuk menghindari mahesa, dia tidak ingin bertabrakan lagi dengan mahesa, dan membuat pria itu mencurigainya, dia sudah menipu mahesa sekali, dan itu keberuntungannya untuk lolos, tidak ada keberuntungan dua kali dalam hidup ini,

matanya yang bersinar berbalik dan menatap wanita yang tertidur di ranjang dengan damai. pikiran risa berputar dengan tenang, dan mengingat kejadian dulu, dia sering mengunjungi wanita ini dengan rendi, berpikir dengan normal dan biasa biasa, bahwa, wanita ini benar benar sakit, dia datang dan pergi dengan rendi dengan penuh harapan, berpikir bahwa suatu hari wanita ini akan membuka matanya, dia ingat selalu membukakan jendela agar sinar matahari bisa masuk, tak lupa setiap kali dia akan pulang dia berdoa bahwa wanita ini akan membuka matanya,

lalu semua berubah, dan dia mengalami kejadian Malang itu dan kesialan mulai berdatangan satu persatu, tidak pernah berhenti, membuat risa sadar, bahwa hidup tidak pernah ada yang biasa biasa saja, banyak orang hidup dalam topeng, menyembunyikan sifat busuk mereka dan menunggu seseorang lemah dan mencabik cabiknya tanpa ampun. risa tersenyum miris saat mengingat bagaimana hidupnya tiba tiba berubah hanya dalam satu kedipan mata, bahkan hingga akhir dia terus menyedihkan, risa menatap bayangan dirinya sendiri dalam kaca yang gelap, dia menatap bibirnya yang merah, hidungnya yang tinggi, tapi itu bukan dirinya, dirinya dulu tidak seperti ini. Bayang bayangan berlalu di depan matanya seolah mengingatkannya berapa banyak penderitaan dalam hidupnya.

pintu terbuka, seorang wanita berwajah pucat dan membawa satu buah kursi roda masuk ke dalam ruangan, matanya menatap risa dengan waspada, dia bergerak hati hati dan mendorong kursi roda yang di bawanya ke arah risa,

"semua sudah selesai?" terus menatap wajahnya di cermin. lalu dia berbalik dengan guratan wajah yang kaku,

wanita itu mengangguk cepat, "Semuanya sudah di atur, kendaraannya di gerbang belakang"

risa bergerak dan mendekati wanita itu, tangannya melemparkan berkas berkas di atas kasur dengan kasar "kalian benar benar luar biasa?" risa bertanya dengan tersenyum dingin, matanya secantik bintang di langit penuh pesona dan kehidupan.

wanita itu berpikir dan bertanya tanya di dalam hatinya, bagaimana bisa penampilan yang seperti ini begitu kejam dan tanpa ampun, dia ingat hari kejadian itu saat dia di tangkap oleh rubah betina ini.

seperti sebelum sebelumnya ibu leny membawa bungkus kardus berukuran sedang dan saat orang orang bertanya dia akan menjawab bahwa itu adalah sampah medis, padahal di dalamnya berisi obat obatana yang akan dia jual, dia akan melakukan transaksi obat obatan seperti biasanya, seperti biasanya, dengan santai ibu leny, pergi ke pembeli yang sudah menunggu di tempat biasa, setelah barang berhasil di berikan, dia menerima pembayaran, jumlah uang yang tidak sedikit ini tidak boleh di abaikan. ibu leny menghitungnya dengan hati hati, dan tiba tiba saja di temukan oleh gadis ini,

saat melihat tampilannya ibu leny tidak berpikir banyak dan terus menghitung hasil penjualan obat dengan santai. gadis ini hanya petugas biasa apa yang bisa di lakukannya, dia juga mungkin juga tidak sengaja bertemu dengannya.

"akh ibu leny melakukan transaksi obat lagi?" pertanyaan tegas dan berani itu membuat ibu leny tertegun, mata ibu leny melotot marah dan menatap wajah gadis yang tertutup masker. hanya mata yang terlihat, bersinar seperti bintang dengan kerilingan mata yang cerah dan hidup, sangat polos seperti tatapan gadis kecil.

"Apa yang kamu katakan? transaksi obat apa?" ibu leny bertanya tidak peduli dan segera berbalik untuk pergi, dia tidak akan memperdulikan perawat kecil seperti ini.

Risa menyeringai kecil dan menatap amplop di tangan ibu leny "aku pernah mendengar bahwa ibu leny sering menjual obat secara ilegal, apakah ibu baru saja menjualnya?" risa berkata sambil menatap uang di tangan ibu leny dengan penuh arti, matanya melengkung dengan cantik.

"omong kosong, tidak pernah ada obat yang aku jual" tangan ibu leny buru buru bergerak menyembunyikan uang di tangannya, kakinya bergerak maju menuju bangunan utama dan akan segera melaporkan bahwa penjualan hari ini berhasil.

Risa tampak berpikir keras "aneh, kenapa ibu leny terus berbohong, semua perawat sudah tahu. itu sudah menjadi rahasia umum?" Dia berjalan dengan santai di belakang ibu leny, langkahnya tenang seperti anak kucing yang mengikuti induknya, tapi tatapan matanya penuh arti pada punggung ibu leny.

"Siapa yang berbohong, siapa yang berkata seperti itu, bawa dia kehadapanku sekarang juga?" ibu leny berbalik dan meraung seperti guntur, matanya melotot garang seperti siap mencabik cabik seseorang. bajingan bajingan kecil itu menggunjing di belakang punggungnya lihat apa yang akan di lakukannya untuk mendisplikan mereka.

"akh jadi ini adalah gosip?" risa bertanya dengan memasang wajah terkejut, kakinya berhenti tanpa sadar dan menatap dingin ibu leny yang tampak tersinggung.

ibu leny mengangguk dengan semangat, dia berkata dengan ekpresi bijak, "betul itu hanya gosip, kamu bekerjalan dengan rajin jangan pedulikan gosip apapun?" Dia menasihati dengan serius

"ini aneh, padahal aku saja sebagai pegawai baru bisa mendengarnya, bagaimana gosip bisa tidak berdasar seperti ini menyebar?"

"Siapa lagi? hanya orang orang iri, yang akan membuat gosip seperti itu"

risa mencibir di dalam hatinya "pantas saja, pasti pekerjaan ibu leny bagus, hingga membuat semua orang iri"

ibu leny memasang wajah jumawa, bibirnya menyeringai dengan lebar "ya, aku memang bagus dan cakap dalam pekerjaan,"

risa menahan dengusanya "benar, pekerjaan ibu leny sangat cakap," senyum ibu leny semakin lebar saat mendengar kata kata pujian dari risa "ku dengar ibu membantu sebuah keluarga untuk mendapatkan uang asuransi?"

"Apa salahnya, saling membantu, keluarga mereka menyedihkan" ibu leny menjawab dengan tegas, matanya yang jelek mengerut sedikit terganggu.

risa mengangguk seperti anak ayam, "betul, keluarganya sangat menyedihkan. tapi keponakan mereka yang mati lebih menyedihkan" dia mendesah dengan dramatis

tiba tiba saja pembicaraan menjadi berbeda, ibu leny sedikit melirik risa sekilas dan mendengus pelan saat melihat wajahnya yang layu,

"ya dia menyedihkan, mati di usia muda"

"ku dengar dia menjadi korban bully juga bu, dan dia mati karena teman temannya?"

bu leny berbalik lalu menatap risa sebentar, matanya tampak dalam seperti melihat sesuatu yang baru saja keluar dari cangkang "ada apa bu?" risa bertanya dengan tenang, matanya tampak hidup dan hangat seperti membawa sinar matahari pagi.

"tidak ada, dia mati karena kecelakaan tabrak lari"

"apa pelakunya sudah tertangkap"

ibu leny menatap risa dengan tatapan konyol, dia berpikir sejenak lalu menggeleng pelan, dia lalu menyerahkan uang kecil padanya "belilah kopi, bagi pada teman temanmu" dia berkata dengan murah hati

harusnya dia tidak memperdulikan gadis kecil seperti ini, toh pekerjaannya sudah selesai dan sekarang yang terpenting adalah melaporkan hasilnya, ibu leny melirik risa dan menatapnya dengan pandangan menghina apa yang bisa di lakukan gadis kecil seperti ini, jika dia mengadukannya orang orang di belakangnya pasti bisa melindunginya. dia bergegas pergi dengan lebih sombong,

"ibu leny, gadis itu seharusnya tidak mati" Risa berkata dengan ringan.

ibu leny berbalik, dia merasa ada yang salah pada pandangannya kepada gadis ini, matanya meneliti risa dan menyadari tatapan gadis ini tampak berbeda tidak lagi memiliki kehangatan, begitu jernih seperti air sungai yang jernih dan deras dengan kedalaman yang tidak terlihat. jantungnya tiba tiba saja berdebar tanpa sadar.

risa mendekat dengan mantap seperti predator yang berhasil memojokan mangsanya "apa ini juga gosip?" risa bertanya dengan cibiran

tubuh ibu leny kaku, dia tidak tahu mengapa dia sangat ketakutan saat ini. tatapan gadis ini seperti akan menembus pada isi kepalanya, membedah bagian terdalam dari hatinya, dia menelan air ludahnya dengan susah payah, "Apa yang kamu katakan?" ibu leny tidak tahu kenapa, tapi suaranya bergetar. semacam Insting saat melihat predator yang buas.

risa melangkah dan memutari ibu leny, berdiri di belakang tubuhnya yang terlihat bergetar "dia harusnya masih hidup, tapi ibu leny memutuskan tabung oksigennya dengan kejam?" risa berbisik dengan tenang di kuping ibu leny.

tubuh ibu leny menggigil, dia merasa di bisiki oleh iblis yang kejam "apa yang kamu katakan, bagaimana bisa aku melakukan hal kotor seperti ini" suaranya tercekat dan seperti terjepit tidak bisa keluar dari bibirnya.

risa tertawa dingin, seperti mendengar lelucon dari Badut Badut tidak berkelas "kotor" dia menyenggol lengan ibu leny pelan dengan sengaja.

uang uang dalam genggamannya, berjatuhan di bawah kaki ibu leny "bukankah karena ini, keluarga mereka menjanjikan 25 persen, keluarga pelaku juga memberikan uang yang tidak sedikit siapa yang tidak tahan dengan tawaran seperti ini?" pandangannya yang jijik membuat ibu leny menunduk

ibu leny merunduk dan memunguti uang uang yang berserakan

risa menatap pemandangan bawahnya dengan dingin, kakinya bergerak dengan sengaja menginjak tangan ibu leny yang sedang mengumpulkan uang yang berceceran "apa yang kau lakukan?" ibu leny berteriak emosi, tapi tiba tiba saja dia merasa ketakutan saat melihat tatapan yang di berilannya, gadis di depannya benar benar memberikan aura yang menakutkan, tatapannya matanya begitu terang tapi terasa dingin. dia tidak tahu kenapa tapi dia merasa sangat ketakutan seperti melihat tatapan yang ganas. tangannya berdenyut kesakitan.

"ini seperti yang terlihat, anda mendapatkan uang uang ini dengan menjilat kaki kaki busuk mereka" risa mendongkak dan menatap langit langit yang cerah.

"ibu, leny?" risa memanggil dengan suara lemah, "alisa masih koma, bagaimana ibu leny bertanggung jawab kepada keluarganya?" Dia bertanya penuh teka teki,

"Apa yang kau katakan, kecelakaan alisa......."

"itu bukan kecelakaan, itu perbuatan terencana ibu leny, dan kekasih gelap anda. anda menjebaknya dan pria itu melecehkannya, ibu leny, anda adalah seorang wanita, tapi anda begitu tega terhadap gadis Malang itu" risa bangun dan menatap wanita itu mencibir, tatapannya menusuk seperti tombak yang tajam.

ibu leny bangun dengan terhuyung huyung, dia mencoba mengumpulkan kekuatannya lalu menatap risa dengan menantang, memang kenapa? apa yang bisa di lakukan gadis ini? kenapa dia harus takut padanya "Lalu kenapa! apa yang akan kau lakukan, laporkan saja! menurutmu mereka akan percaya pada omong kosongmu?"

risa tersenyum di balik maskernya, "omong kosong apa? tidakkah menurutmu tidak ada yang bisa menemukan jejaknya? ibu leny berpikir mahendra akan menyelamtkan ibu leny?"

ibu leny mundur tanpa sadar, mahendra, gadis ini benar benar menyebut nama mahendra atasannya. darimana gadis ini mengenal mahendra? siapa dia sebenarnya? hatinya tiba tiba menjadi dingin. cara gadis ini memanggil nama mahendra dengan santai tanpa beban, menunjukan seberapa mengenalnya dia terhadap mahendra. ibu leny seperti merasa bahwa dia berada dalam keadaan ilusi, dia tidak tahu ini kenyataan apa hanya mimpi.

"pembunuhan berencana, mengubah catatan medis, penjualan obat obatan, memberikan obat tidak sesuai dosis, perundungan terhadap pada rekan kerjamu yang lain, tampaknya ibu leny belum mengetahui seberapa luas langit itu?" risa melemparkan kertas yang entah datang darimana,

ibu leny membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi, kata katanya sama sekali tidak bisa keluar saat melihat kertas kertas di bawah kakinya, dia benar benar tidak mengerti dengan keadaan saat ini, telinganya berdengung dan pikirannya terasa kosong.

"apa ini kurang?" risa bertanya dengan lembut, tapi tatapan matanya benar benar dingin

"si siapa kau?" ibu leny akhirnya bisa membuka mulutnya, namun dia kehilangan kata katanya saat melihat wajah gadis itu yang tidak tertutup masker,

kini dia sama sekali tidak bisa menatap risa dengan sebelah mata, gadis di depannya kecil dan mungil dengan pandangan secerah bintang, hidungnya kecil tinggi dengan bibir merah cerah seperti bunga matang, kulitnya bersih cerah terlihat begitu lembutdalam hidupnya, baru kali ini dia melihat penampilan yang sesempurna rupa gadis ini, penampilannya benar benar tidak mengecewakan, dia merasa seperti melihat sesuatu yang indah dengan pesona yang menyegarkan. tapi di balik semua ini ibu leny merasa bahwa pancaran diri gadis ini lebih mengesankan, dia memiliki pandangan yang cerah dengan lapisan dingin yang membuat orang orang menggigil karena tatapannya, sikap gadis ini santai penuh ketidakpedulian tapi membuat ibu leny merasa waspasa karena di balik ketenangannya terdapat badai yang besar, bahkan mungkin jika yang di depannya adalah manusia manusia yang lebih tinggi statusnya darinya sikap gadis ini tidak akan berubah, sikap seperti ini bukan sifat yang di buat buat tapi sikap alami dari seseorang yang telah melihat seberapa luas langit dan seberapa dalam lautan.

"itu tidak penting, sekarang yang paling penting adalah apa yang bisa ibu gunakan untuk menutup mulutku?" risa mengelus bibirnya yang lembut dan merah, dia menatap ibu leny dengan wajah sumringah, seperti gadis kecil yang akan meminta permen lolipop.

mata ibu leny terbelalak dengan marah tapi dia tidak tahu harus berbuat apa untuk melampiaskan kemarahannya dia benar benar ketakutan saat melihat tatapan kejam dan dingin di depannya, "jangan pernah mengancamku?" Dia merasa dia seperti tikus yang sedang terjepit.

risa melangkah dengan wajah yang lebih dingin lalu berkata tidak peduli "ibu leny, percayalah aku bisa saja membawamu dan komplotanmu untuk masuk ke dalam kesusahan dan itu adalah sesuatu yang mudah untukku" ada keteguhan dan ketegasan dalam kata katanya dan dia tidak main main,

tubuh ibu leny bergetar hebat, seperti ikan yang di rebus kedalam air panas "Tuan mahendra....dia tidak akan melepaskanmu?"

"akh, bajingan kecil itu, apa yang bisa dilakukannya?" risa membalas dengan mata mencemooh, ada rasa jijik dalam kata katanya "menyelamatkanmu?" risa menatap ibu leny dingin, "seberapa menguntungkan dirimu untuknya, apa kau tidak tahu orang seperti apa mahendra?"

"dia....."

"nyawamu tidak berarti untuknya" risa memberitahukan dengan santai dan kejam, bibirnya yang mungil menyeringai sinis mentertawakan kemalangan ibu leny.

ibu leny terdiam, jauh di dalam hatinya dia mengakui kata kata gadis ini, dia sudah melihat bagaiamana orang orang bersinggungan dengan mahendra lalu mereka menghilang satu persatu, bukan hanya orang yang bersinggungan dia juga tanpa peduli akan mengorbankan orang orang di dekatnya untuk tujuannya, dia hanya akan memakai anjing patuh dan suka berburu di kedua sisinya. ibu leny menatap gadis di depannya dia merasa hatinya menyusut saat melihat mata cerah gadis ini, wajahnya yang pucat terpampang jelas dalam mata bening gadis ini "apa yang kau inginkan?" ibu leny sama sekali tidak bisa berpikir apapun, kepalanya mati rasa.

risa tersenyum puas, matanya sangat cerah dan tampak hidup "siapkan sebuah mobil, dan bantu aku untuk membawa pasien di kamar mawar" dia berkata tanpa berputar putar

"Apa yang ingin kau lakukan?" ibu leny menjerit tertahan, dia benar benar tidak terima di perbudak seperti ini, tapi dia juga takut kepada risa.

risa melirik ibu leny dengan dingin "anda tidak memiliki hak untuk berbicara. tugasmu saat ini adalah mengikuti semua perintahku"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!