"Apa mereka sudah pergi?" risa berjongkok dan menatap sekitar dengan mata yang cerah. dia melepaskan tangan mahesa dengan kasar, dan tidak sadar bahwa tindakannya membuat mahesa berdesis, seperti kesakitan, dia bergerak menatap tubuh mahesa dan baru menyadari bahwa baju bagian kirinya basah oleh cairan berwarna merah. kepanikannya membuat dia tidak menyadari bahwa mahesa sedang terluka,
"maafkan aku" risa berjongkok begitu dekat dan meneliti bagian dada kiri mahesa, dia melihat baju itu semakin basah dan cairan berwarna merah itu semakin banyak, risa bergerak tanpa sadar dan menekan dadanya
mahesa berdesis dia menatap gadis di depannya dengan marah, bagaimana bisa dia menyodok lukanya begitu saja, dia sudah siap memarahi tapi langsung berhenti saat mendengar suara panik gadis itu "darahnya tidak berhenti, aku harus mencari pertolongan" gadis itu bangun dan bergerak dengan tergesa gesa, matanya mengedar dengan cepat.
mahesa menarik lengan gadis itu, menahannya "jangan pergi, mereka masih berkeliaran, hidupku tidak selamah itu" mahesa memperingatkan dengan suara lemah, dia melihat pelipis gadis di depannya yang di penuhi keringat, tampaknya dia benar benar ketakutan.
risa menatap wajah mahesa yang pucat, di dalam hatinya dia meraung dengan keras, jika boleh jujur dia sebenrarnya tidak peduli dengan hidup dan mati mahesa, saat ini dia hanya mencoba mencari alasan untuk kabur dari mahesa. tapi risa tidak bisa mengatakannya dia hanya bisa pura pura peduli dan ketakutan.
"Lalu bagaimana dengan lukamu?" risa bertanya dengan suara bergetar, dia sebenarnya bukan panik karena mengkhawatirkan mahesa tapi dia takut dengan kehidupannya sendiri, semakin lama dia dengan mahesa semakin terancam hidupnya.
"tekan saja, untuk menahan pendarahannya" mahesa tiba tiba mengingat bagaimana gadis itu menyodok lukanya dengan gegabah dia buru buru mengingatkan "pelan pelan saja" dia berkata dengan pelan
risa yang sedang mencari cari kain mendongkak dia buru buru mengangguk seolah mengerti, tangannya meraba raba pakaian mahesa dan menariknya tanpa sadar "tidak ada kain, maafkan aku merobek bajumu" risa berkata buru buru saat melihat tatapan tidak percaya mahesa karena risa merobek pakaiannya,
apa gadis ini bodoh dia bisa mencari cara yang lain, mahesa menggertakan giginya dan mencoba melupakan kekesalannya, lupakan saja dia mencoba menolong dirinya, dia pasti panik hingga tanpa sadar melakukan tindakan seperti ini.
mereka duduk berdua dengan tenang mencoba mencari kesadaran dan ketenangan pada diri masing masing, mata mahesa liar terus bergerak melihat ke kiri dan ke kanan, dia merunduk dan menatap gadis di depannya yang masih menekan lukanya,
"Mahesa, darahnya sudah berhenti mengalir"
tiba tiba saja pikirannya mengingat kembali kejadian beberapa waktu lalu saat gadis ini memanggil namanya perasaan mahesa terasa berat, dia telah hidup dalam kewaspadaan dan kejadian seperti ini bukan kebetulan "apa yang sedang kau lakukan di taman tadi?" mahesa bertanya dengan pelan dan memperhatikan gadis di depannya intens.
risa mendongkak dan menatap mahesa, tubuhnya terasa menggigil dan dia seperti sedang di tatap oleh hewan yang ganas "aku tidak sengaja mendengar suara suara di halaman belakang dan ingin mengeceknya?"
perasaan mahesa menjadi dingin, dia menatap gadis ini, suara apa, justru karena disini sepi mahesa bersembunyi, gadis ini datang dan malah menarik perhatian mahendra, "Apa kau tidak takut akan kegelapan?" mahesa bertanya pelan
"tidak terlalu gelap, dan tidak ada apa seharusnya aku benar benar tidak berpikir akan melihat kejadian seperti ini" risa berbicara dengan tegang "orang orang itu, kenapa mereka mencelakai anda" risa menatap mahesa dan merasa ada sesuatu yang aneh Instingnya seperti mengatakan bahwa dia harus segera pergi darisini.
mahesa menatap risa secara cermat sebelum berbicara dengan dingin "akan lebih baik bagimu membunuhku sekarang juga" matanya bersinar dan ada jejak kejam di bibirnya,
tangan risa terlepas dia mendongkak dan menatap mahesa dengan jantung berdetak gila gilaan, pikirannya terasa kosong, dia tidak tahu harus bertindak dan berbicara seperti apa "Apa maksdumu, kenapa aku harus membunuhmu setelah aku berjuang menyelamatkanmu?" risa bertanya dengan gugup, tangannya mengepal pada setiap sisi tubuhnya.
ini adalah apa yang di takutkan risa saat bersama mahesa pria ini sangat pintar dia mendengar satu kata dan bisa membaca sepuluh kata berikutnya, semakin lama dia bersama mahesa semakin sedikit dinding keselamatan risa .
mahesa bergerak pelan dan menatap risa dingin "Siapa kau?" mahesa mencengkram lengan risa dengan kuat, dia menatap pupil mata gadis itu yang terkejut. gadis di depannya menyusut seperti burung kecil yang tertangkap di telapak tangan pemburu.
risa menggeram di dalam hatinya, benar benar keputusan yang salah harusnya dia tidak menolong mahesa dan biarkan saja bajingan tidak tahu terima kasih ini untuk di tangkap oleh mahendra, pikirannya menjadi liar dan dia berharap bisa melemparkan bajingan ini pada mahendra sekarang juga "Tuan mahesa" risa mencoba berkata dengan tenang "aku adalah perawat jaga di lantaimu, aku yang mengurus semua berkasmu itu sebabnya aku mengenalimu" risa mundur beberapa langkah dan menatap mahesa sebentar,
mahesa masih menatap risa intens, "akh, begitulah?" mahesa bertanya tidak percaya
"Sepertinya tuan mahesa tidak menganggap bantuanku sesuatu yang baik, aku akan pergi" risa bergegas berjalan tapi langsung terjatuh karena ternyata mahesa masih menyentuh lengannya, pria itu menariknya membuat risa terjatuh tepat di depan wajah mahesa.
mahesa menatap mata yang cerah itu, tiba-tiba sebuah bayangan muncul di kepalanya, sebuah mata yang penuh kehidupan dengan pancaran seperti bintang, namun memiliki lapisan sejernih air. ini adalah gadis yang berbicara dengan rendi malam itu,
mahesa menarik napasnya dan merasa pikirannya kosong, dia kembali menatap gadis di depannya, dia menyesal jika saja dia tidak lemah, dia akan mengetahui siapa sosok di balik masker ini. sejak dia mendengar percakapan gadis ini dengan rendi mahesa sudah penasaran bagaimana gadis ini bisa mengetahui seluk belum firma, mahesa menggerakan kepalanya dan menatap mata wajahnya yang tertutup makser. perasaannya menjadi bingung dan sesuatu pecah di kepalanya tidak sebenarnya sejak dia datang ke Cafe hari itu mahesa sudah tertarik dengan gadis ini, dia tertarik dengan mata bintangnya, dia tergugah sikap acuh tak acuhnya dan dia terpesona dengan sikap dinginnya.
semakin memikirkannya mahesa semakin ingin menarik masker dari wajah gadis itu, dia ingin melihat semenggoda apa bibir gadis ini, sesempurna apa hidungnya, sebagus apa rahangnya.
mahesa memejamkan matanya, dan merasakan kesadarannya sudah menjadi lebih baik, dia mendengar suara langkah kaki dan membuka matanya, gadis itu berdiri di depannya dengan tenang, matanya menatap mahesa serius
"aku akan pergi, kau sudah lebih baikkan?" risa melirik mahesa yang kini bernapas lebih tenang.
mahesa menatap gadis itu dan memelototinya dengan kesal "kau seorang suster" dia memperingatkan risa dengan dingin, gadis ini apakah dia tidak memiliki hati sedikitpun tadi dia sudah menariknya seperti hewan dan sekarang dia akan meninggalkannya begitu saja di dalam gudang ini. ternyata sikap dingin gadis ini benar benar tidak ada tandingannya, pantas saja waktu itu rendi seperti ingin mencabik cabiknya. jadi yang tadi hanya akting, jika saja mahesa tidak mengenali mata bintang itu dia pasti akan tertipu.
"bukankah kau tadi memintaku untuk membunuhmu?" risa berbicara dengan dingin
mahesa bergerak duduk setengah badan, pikirannya terasa lebih tenang tanpa sadar "itu karena kau tiba tiba datang, aku berpikir bahwa komplotan mereka"
risa menatap mahesa tidak peduli, sepertinya pria ini sudah pulih suaranya menjadi semakin mantap "Tuan mahesa, jika aku adalah komplotan mereka, kenapa aku harus repot repot menolong anda dan mempertaruhkan nyawa saya sendiri"
"karena kau seorang suster" mahesa menyela dengan tenang, ada senyum kecil di ujung bibirnya "aku pasien dan kau, memang tugasmu untuk menolong nyawa pasien"
risa menelan air ludahnya menatap mahesa dengan marah, dia berjuang mati matian agar tidak menerjang pria di depannya "baik karena kau seorang pasien, aku ingin bertanya kenapa kau ada disini malam malam begini seorang diri?" risa memelototi mahesa dengan marah
mahesa meraih tangan gadis itu, tapi langsung di tepis dengan dingin "jangan terlalu jahat aku seorang pasien" mahesa berkata dengan wajah sedih yang di buat buat
"Tampaknya tuan mahesa sudah kembali sadar" risa mencibir dengan marah "aku akan meminta orang untuk datang kesini dan menolongmu, selaman tinggal tuan mahesa"
tanpa menunggu jawaban dari mahesa risa bergegas pergi meninggalkan mahesa yang masih memperhatikan punggung gadis itu, sebuah senyuman hadir di bibirnya, dia bergerak dengan pelan dan melihat Adrian yang keluar dari balik pilar
"semua sudah selesai?" dia bertanya,
Adrian mengangguk lalu membantu mahesa untuk bangun, dia tercengang melihat lengan baju mahesa yang Robek dan noda darah yang besar,
"tidak apa apa, lukanya tidak dalam" dia menepuk pundak Adrian dan berjalan dengan riang,
Adrian mengamati punggung mahesa dan merasa ada sesuatu yang terjadi, dia menggaruk kepalanya lalu menyusul mahesa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
choe mix
terlalu menarik dan bikin penasaran.....tp kok blm bny peminatnya🙁
2022-09-20
1