Bab 19

Hari-hari terus berlalu. Asya masih saja berusaha untuk mendekatkan Darren dan Naomi. Meskipun akhirnya semua usahanya gagal.

Asya berjalan keluar dari kantornya. Dia akan ke Grisam Group untuk membicarakan kerja sama mereka. Asya langsung menuju parkiran dan menjalankan mobilnya.

"Apakah Darren sudah tahu jika aku menggantikan Ayah memimpin perusahaan?" Gumam Asya.

Asya memarkirkan mobilnya di parkiran perusahaan Grisam Group. Ia berjalan masuk dan langsung menuju meja resepsionis.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?" Tanya seorang karyawan resepsionis saat Asya menghampirinya.

"Saya dari perusahaan Yunanda Group. Saya ingin bertemu tuan Darren."

"Apakah nona sudah membuat janji?"

"Ya," Jawab Asya, lembut.

"Mari, nona. Saya akan mengantar anda." Ujar pegawai tersebut, menitipkan tempat kerjanya pada salah satu rekan sesama resepsionis, lalu mengantar Asya ke lift khusus untuk klien Grisam Group.

Lift berhenti tepat di lantai teratas. Dimana hanya ada ruangan Darren dan juga ruangan sekretaris Jiyo.

"Saya hanya mengantar sampai disini, nona. Sekretaris tuan sudah menunggu. Silakan, nona." Asya mengangguk dan berjalan keluar dari lift.

Benar saja. Baru beberapa langkah, dia sudah bertemu dengan Jiyo. Lelaki itu terlihat cukup terkejut. Pasalnya, salah satu karyawan resepsionis tadi mengatakan jika klien mereka adalah orang dari Yunanda Group. Pikiriannya hanya tertuju pada Edo. Tidak di sangka, ternyata Asya lah yang datang.

"Selamat pagi, Sekretaris Jiyo." Sapa Asya. Dia sedikit menahan senyumnya melihat keterkejutan Jiyo.

"Selmat pagi, Asy eh nona." Ucapnya, sedikit bingung.

Asya tidak bisa menahan senyumnya lagi. Ia tersenyum lebar dan terkekeh pelan.

"Ada apa denganmu? Kenapa seperti orang bingung?"

"Ah, ya. Aku bingung melihatmu disini. Seharusnya Paman Edo yang ada disini."

"Aku menggantikan Ayah mengurus perusahaan."

"Sejak kapan?"

"Seminggu yang lalu."

"Kenapa tidak memberitahuku atau si kembar?"

"Aku lupa. Sudahlah, sekarang antarkan aku ke ruangan Bosmu."

"Oh iya. Maafkan aku, nona." Ujar Jiyo sambil membungkukkan badannya.

"Jangan terlalu formal seperti ini."

"Hehehe... Kau adalah klien kami. Mari," Ujar Jiyo lalu menuntun Asya ke ruangan Darren.

Tok... Tok... Tok... Jiyo mengetuk pintu dan tak lama terdengar suara Darren dari dalam.

"Masuk!" Suaranya terdengar begitu dingin.

Jiyo mendorong pelan pintu ruangan Darren, dan mempersilakan Asya masuk.

"Silakan, nona."

Asya masuk bersama Jiyo. Lelaki itu berdiri tepat di depan meja Darren. "Maaf, tuan. Ada klien dari Yunanda Group."

Mendengar Yunanda Group, Darren langsung mendongak. Ia pikir yang datang adalah Edo. Namun, ia sedikit dikejutkan dengan kehadiran Asya disana.

"Asya?" Gumamnya pelan.

Gadis itu tersenyum padanya. "Selamat pagi, tuan." Asya sedikit menundukkan kepalanya.

Darren berdiri dan mendekati Asya. "Pagi. Ayo, duduk." Darren berkata lembut, membuat Jiyo memutar bola matanya. Kelembutan Darren saat bersama Asya sudah menjadi hal yang biasa baginya.

"Jika tidak ada yang di perlukan, saya permisi tuan."

Jiyo bergegas keluar dari ruangan Darren. Di dalam hatinya terus mengomeli sahabatnya itu.

Ck. Dasar si Darren! Jika bersama Asya, selalu selembut dan sebaik itu. Dan anehnya, terus menyangkal saat dibilang dia menyukai Asya. Batin Jiyo.

Darren menatap Asya dengan tatapan meminta penjelasan. Ia tahu, jadwalnya hari ini akan bertemu dengan Edo, pemilik Yunanda Group. Tapi, ia masih belum mengerti saat yang datang adalah Asya.

"Kamu menggantikan paman mengurus perusahaan?" Pertanyaan Darren membuat Asya yang fokus menyiapkan berkas menoleh ke arahnya.

Gadis itu mengangguk pelan. "Ya. Papa memintaku menggantikannya. Meskipun aku masih belajar, aku akan berusaha melakukan yang terbaik."

Darren tersenyum kecil, sambil mengelus rambut Asya. "Kamu pasti bisa."

Asya mengangguk dengan mata yang terkunci pada wajah Darren. Sangat jarang ia melihat lelaki itu tersenyum.

Keduanya lalu mulai membahas tentang kerja sama perusahaan mereka. Hingga tiba-tiba, pintu kembali diketuk, membuat mereka menghentikan pembahasan sejenak.

Jiyo mendorong pintu setelah mendapatkan perintah Darren untuk masuk. Lelaki itu membawa nampan minuman dan meletakkannya di atas meja.

"Silakan dinikmati. Saya permisi." Pamit Jiyo, tak ingin mengganggu.

Namun, belum sempat dia melangkah, Asya menghentikannya.

"Tunggu, Jiy eh maksudku sekretaris Jiyo."

Lelaki itu berbalik menatap Asya. Tapi, dalam hatinya dia terus bergumam agar Asya melepaskannya.

Ayolah Asya, jangan membuat Darren menyiksaku dengan banyaknya pekerjaan yang harus ku lakukan. Batin Jiyo.

"Kamu akan kemana? Ayo, duduk bersama." Ucap Asya.

Mendengar ucapan Asya, mata Jiyo langsung mengarah pada Darren. Hanya sekilas. Namun ia merasakan detak jantungnya berpacu dengan cepat. Tuannya itu sedang menatapnya dengan tatapan membunuh. Seolah sedang mengatakan, jika kamu menerima tawarannya, maka habislah kamu.

Jiyo dengan susah payah meneguk ludahnya. Ia memaksakan senyumnya pada Asya. "Tidak perlu. Kalian bicarakan saja kerja samanya. Aku masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan secepatnya. Permisi." Jiyo membungkuk dan segera berlalu dari hadapan Asya dan Darren.

Asya mengalihkan tatapannya pada berkas yang ada di meja. Wajahnya terlihat sedih mendapatkan penolakan Jiyo.

"Dia sedang banyak pekerjaan. Kita akan berkumpul makan siang nanti." Darren berusaha menghibur.

Asya mendongak menatap Darren. "Benarkah?" Wajah Asya berbinar.

"Ya."

"Terima kasih. Ayo, lanjutkan!"

Keduanya kembali membahas tentang kerja sama mereka. Hingga berakhir dengan keputusan mereka akan mengunjungi lokasi akan berlangsungnya proyek mereka.

"Ayo!" Darren mengajak Asya keluar. Tapi, jam makan siang masih beberapa jam lagi.

Asya terdiam dengan pandangan tak terlepas dari Darren. "Masih 2 jam lagi waktu makan siang." Balas Asya.

"Masih ada pekerjaan lagi di perusahaanmu?" Asya menggeleng.

"Ayo, ikut!"

"Kemana?"

"Ikut saja." Balas Darren. Ia meraih tangan Asya dan berjalan keluar, melewati ruangan Jiyo begitu saja. Lalu mereka ke arah kiri dari ruangan Jiyo. Tepatnya di samping ruangannya dan ruangan Jiyo.

Terdapat sebuah ruangan yang dinding depan dan pintunya terbuat dari kaca. Tidak begitu besar, tapi dalam ruangan tersebut ada sebuah meja dan beberapa kursi, dan sederet sofa yang diatur berhadapan dengan meja yang berada di tengahnya. Tidak banyak yang tahu tentang ruangan itu, karena keberadaanya yang terhalang ruangan Darren dan Jiyo. Hanya Darren, Jiyo dan office boy yang khusus bekerja di lantai tersebut.

Sejak dia mulai memimpin perusahaan, dia mengubah tatanan ruangan di lantai itu.

Darren mendorong pelan pintu ruangan tersebut dan mengajak Asya masuk.

"Ruangan apa ini?" Tanya Asya.

"Ruang santai."

Asya mengangguk. "Pantas saja nggak terlihat saat turun dari lift tadi. Dia begitu tersembunyi." Gumam Asya.

Darren tak menanggapinya meski dia mendengar. Dia menarik kursi dan meminta Asya duduk.

"Kita akan makan siang disini?"

"Kalau kamu ingin disini, kita akan makan siang disini."

"Tidak. Kita keluar saja." Balas Asya. Matanya menatap ke arah jendela kaca besar yang menampakkan pemandangan kota yang indah.

"Akan lebih indah saat malam hari." Gumam Asya tanpa sadar.

Darren hanya terdiam tanpa membalas. Pandangannya ikut tertuju pada apa yang Asya lihat.

"Kenapa ada ruangan ini?" Tanya Asya, mengalihkan pandangannya menatap Darren.

"Suka." Balasnya, singkat.

"Kamu suka menikmati pemandangan ini?"

"Hmm..."

"Di ruang kerjamu juga ada jendela besar seperti ini. Kenapa tidak menikmatinya disana?"

"Ruang kerja tidak seperti ruang bersantai." Balas Darren.

Asya mengangguk. Tapi detik berikutnya, kening Asya mengerut. Ada sebuah pintu yang terdapat di ruangan tersebut, yang ia yakini terhubung dengan ruangan sebelahnya.

"Apa itu pintu penghubung dengan ruang kerjamu?"

"Hmm... Tepatnya kamar istirahat."

Asya kembali mengangguk. Di ruangan Ayahnya yang saat ini menjadi ruangannya pun juga ada kamar istirahat. Dari itu semua, dia tahu, mereka bekerja begitu keras dan tanpa keluhan yang keluar dari mulut mereka.

Asya dan Darren menghabiskan waktu sebelum makan siang bersama. Seperti Alisha yang menceritkan kehidupan di sekolahnya dengan semangat, seperti itu juga Asya menceritakan kehidupannya di luar negeri. Tentunya hanya kisah hidup yang menyenangkan. Dia masih nyaman dengan tatapan lembut Darren yang mendengar ceritanya, dan tidak ingin merusak moment itu dengan cerita kurang menyenangkan yang menimpa dirinya.

Terpopuler

Comments

Evelyn

Evelyn

Darren sadar dong dengan perasaanmu. jangan sampai tar ada yg mendahului mu

2022-07-23

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Ban 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165 (END)
166 Promosi Novel Baru
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Ban 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165 (END)
166
Promosi Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!