Mobil milik Darren memasuki halaman rumah Asya. Tanpa menunggu lama, Alisha segera turun dan berlari menuju pintu. Ia mengetuk pintunya dengan perasaan tak sabar. Darren hanya bisa memperhatikannya tanpa mengatakan apapun.
Alisha menoleh sebentar pada Darren yang saat ini berdiri tepat di belakangnya. Ia lalu kembali mengetuk. Beberapa saat kemudian, pintu dibuka oleh seorang pelayan.
"Selamat datang tuan muda, nona muda." Sapa pelayan itu. Dia mengenal jelas siapa tamu itu.
"Terima kasih. Kak Asya ada?" Tanya Alisha.
"Ada nona. Mari,"
Alisha dan Darren masuk. Gadis remaja itu langsung berlari kecil menaiki tangga menuju kamar Asya. Darren hanya terdiam. Alisha benar-benar menguasai seluk beluk rumah ini. Separuh waktu bermainnya dulu ia habiskan disini. Jadi, tidak mengherankan jika Alisha begitu memahaminya.
Darren bergerak menuju ruang tamu. Sementara Alisha, gadis itu sudah berada di depan pintu kamar Asya.
Tok... Tok... Tok...
Ia mengetuknya. Namun, tidak ada jawaban. Ia mengetuknya sekali lagi, dan hasilnya masih sama. Karena benar-benar tidak sabar, Alisha mencoba membuka pintu. Dan ternyata berhasil. Saat ia menyembulkan sedikit kepalanya, bertepatan dengan Asya yang baru keluar dari kamar mandi.
"Kak Asya!" Alisha berteriak dan langsung berlari memeluknya.
Asya sempat terkejut. Tapi, ia kembali tersenyum merasakan dekapan erat gadis itu.
"Aku sempat nggak yakin saat Kak Darren mengiyakan jika Kak Asya disini. Karena itu, aku memintanya kemari. Aku sangat merindukanmu, Kak." Ucap Alisha.
"Kakak juga rindu sama Alisha." Balas Asya.
Alisha melepaskan pelukannya dan menatap Asya. "Kakak semakin cantik."
"Kamu juga semakin cantik."
"Hehehe... Kak bisa aja." Ujarnya. "Oh ya, Kak. Ada Kak Darren dibawah. Mau sekalian ngobrol sama Kak Darren?"
"Kita disini aja. Darren pasti lagi sama Papa sama Mama. Kakak masih kangen sama kamu."
"Hehehe... Alisha juga."
Asya dan Alisha duduk di ranjang. Memulai obrolan mereka. Alisha menceritakan kehidupannya di sekolah, dan meminta Asya untuk bercerita tentang kehidupannya di luar negeri. Saat mendengar nama Darrel di sebut oleh Asya, dia jadi teringat akan Kakaknya yang satu itu.
"Kak Darrel gangguin Kak Asya, nggak? Ngejailin Kak Asya? Biar Alisha marahin."
"Hahaha... Kamu ini, lucu banget sih." Ucap Asya sambil mencubit pelan pipi Alisha.
"Darrel nggak gangguin Kakak. Dia baik, cuman sedikit ngeselin."
"Hahaha.... Kak Darren emang suka gitu." Ucap Alisha. "Oh ya, kira-kira Kak..."
"Asya aku..." Kedatangan Naomi yang tiba-tiba, membuat perkataan Alisha terhenti. Begitupun dengan Naomi yang tidak bisa melanjutkan ucapannya saat mendapati orang lain di kamar Asya.
Asya dan Alisha sama-sama menatap Naomi. Bedanya, Asya dengan tatapan lembut, dan Alisha dengan sorot mata tak suka.
"Ada apa Naomi?" Tanya Asya.
"E-enggak. Aku hanya mau mengajakmu berkeliling rumah denganku." Jawabnya tersenyum canggung. Asya juga balas tersenyum. Ia lupa tadi ia berniat untuk menunjukkan bagian-bagian rumah ini pada Naomi. Agar gadis itu tidak bingung nantinya.
Tiba-tiba seorang pelayan datang. "Permisi, nona. Tuan minta nona turun." Ucap pelayan tersebut seraya menunduk.
"Aku akan turun." Pelayan itu mengangguk dan pergi.
"Ayo, Alisha kita turun! Ayo Naomi!"
Ketiga gadis itu turun bersama dan menuju ruang tamu. Disana, sudah ada Edo dan Irene yang duduk bersama Darren.
"Tante..." Alisha langsung memeluk Irene. Sejak Tahun ajaran baru di mulai, Alisha belum mengunjungi Irene dan Edo.
"Astaga...anak tante makin cantik aja." Ucap Irene balas memeluk Alisha.
"Tante juga cantik."
Edo mentap Alisha yang berada diantara dia dan Irene. Tangannya terulur mengusap rambut Alisha.
"Tante aja nih yang dipeluk? Paman enggak?"
Alisha melepas pelukannya dan menoleh pada Edo. "Ayah nggak bolehin peluk Paman." Ujar Alisha dengan polosnya.
"Ck. Ayah kamu masih saja nyebelin." Ujar Edo, kesal dengan sahabatnya itu. Membuat semua terkekeh kecil. Kecuali Darren, dan Naomi yang terlihat bingung.
Siapa gadis kecil ini? Om, tante juga Asya terlihat sangat dekat dengannya. Dan Darren, kenapa dia kesini lagi? Batin Naomi, bingung.
Asya yang duduk di samping Darren menoleh pada lelaki itu. Wajahnya yang dingin tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Darren, minum minuman mu!" Ucap Asya pelan, saat melihat gelas minum Darren yang isinya masih belum berkurang, berbeda dengan Edo dan Irene.
Darren menoleh padanya. "Ya." Ucapnya, lalu meraih minumannya dan meneguknya.
"Paman, dia siapa?" Tanya Alisha. Matanya mengarah pada Naomi.
"Itu Naomi, teman Asya."
"Hai," Naomi tersenyum pada Alisha.
Gadis itu hanya menatap datar pada Naomi. Membuat Naomi mulai merasa tak suka padanya. Sementara Edo, ia sedikit terkejut dengan perubahan ekspresi Alisha. Tapi, sedikit senyum muncul di bibirnya.
Gadis kecil ini. Dia terlihat sombong. Ku akui dia sangat cantik sama seperti Asya. Tidak-tidak, aku lebih cantik dari mereka. Siapa dia? Berani-beraninya bersikap seperti itu padaku. Kesal Naomi dalam hati.
"Naomi, ini Alisha. Dia putri sahabat saya." Ucap Edo.
"Iya, om."
Mereka mulai terlibat dalam obrolan ringan. Banyak terdengar suara Alisha. Gadis itu sangat bersemangat bercerita.
Setelah melewati obrolan panjang mereka, Darren dan Alisha berpamitan pergi.
"Paman, tante. Alisha pulang dulu."
"Iya, nak. Kalian hati-hati, ya."
"Iya, tante."
"Sampaikan salam Paman pada Ayah dan Ibumu. Katakan pada Ayahmu, kalau Paman sangat menyukai Ibumu." Ujar Edo, bercanda. Dia tahu, hingga sekarang, Gara masih begitu posesif pada istrinya. Bahkan pada anak-anaknya juga.
"Paman ingin dipukul Ayahku? Tapi, akan tetap aku sampaikan. Aku sudah rindu melihat Paman dan Ayah berkelahi." Balas Alisha, ikut bercanda. Membuat Edo dan Irene terkekeh pelan mendengarnya.
Alisha lalu menoleh pada Asya. Dan sekali lagi, ia memeluknya. "Kak Asya, aku pulang dulu, ya. Jangan lupa lho, besok ke rumah."
"Iya. Kakak janji." Balas Asya, mengusap rambut Alisha. Keduanya lalu saling melepas pelukan.
"Kami pamit om, tante." Pamit Darren, yang mendapat anggukkan Irene dan Edo.
"Hati-hati." Edo menepuk pelan bahu Darren.
"Aku pulang dulu." Ujarnya, menatap Asya.
"Hati-hati. Sampaikan salam pada Paman dan tante." Balas Asya.
"Jangan titip salam pada Kak Darren, Kak. Dia nggak akan sampaikan pada Ibu atau Ayah. Mulutnya selalu tertutup rapat jika tidak ditanya." Ucap Alisha, kesal sendiri dengan Kakaknya.
Asya dan kedua orang tuanya yang mendengar hanya terkekeh. Darren memang seperti itu. Berbeda dengan Alisha dan Darrel.
Jadi, dia adik Darren? Pantas saja cantik, kedua Kakaknya tampan. Aku jadi penasaran, seperti apa Ayah dan Ibu mereka. Berasal dari keluarga mana mereka. Darren terlihat seperti pekerja kantoran yang memiliki jabatan bagus. Batin Naomi, yang sejak tadi berdiri di belakang keluarga Asya.
Mobil Darren melaju meninggalkan pekarangan rumah Asya. Alisha menatap Kakaknya yang begitu fokus menyetir.
"Kak, sepertinya aku nggak begitu suka dengan Kak Naomi."
"Dia tidak penting. Jangan pikirkan." Balas Darren.
"Ya." Ucap Alisha. "Oh ya, kata Ibu, Kak Darrel nggak lama lagi pulang."
"Ya."
"Ah, aku sudah tidak sabar untuk menjemputnya."
Darren menoleh sebentar dan mengusap rambut Alisha. Sementara gadis itu, masih tersenyum cerah. Ia membayangkan jika keluarganya kembali berkumpul bersama. Akan sangat menyenangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Wislan Thu Wislan
next
2022-07-22
1
nafisahh❤️❤️❤️
lanjut thor
2022-07-13
2
Dian Susantie
bener Alisha .. itu temennya Asya.. si ular betina..!!😖😖😖 km hati2 ya.. jagain kk mu Darren.. 💪🏼💪🏼💪🏼
2022-07-11
1