Alula baru saja keluar dari kamar mandi. Gara yang juga baru masuk kamar langsung menghampiri Alula dan memeluknya.
"Wangi sekali istriku."
"Sayang, lepaskan aku. Biarkan aku memakai bajuku." Ujar Alula, menahan bagian atas jubah mandinya.
Gara tak mengindahkannya. Ia malah menciumi tengkuk istrinya. "Darren dan Alisha sedang tidak ada di rumah. Bagaimana kalau..."
"Sayang, buanglah pikiranmu itu. Kita ini sudah tua, dan sebentar lagi Darren dan Alisha akan sampai."
"Sudah tua? Ya, usia kita memang sudah mulai tua. Tapi, lihatlah! Kamu masih begitu cantik dan aku masih sangat kuat melakukannya. Bukankah beberapa hari lalu kita..."
"Sudahlah. Sejak kapan kamu menjadi laki-laki tidak tahu malu seperti ini." Ujar Alula, tidak tahan dengan apa yang akan suaminya lanjut katakan. Meskipun mereka sudah lama bersama, dia masih cukup malu untuk berbicara hal-hal intim dengan suaminya.
Gara masih enggan untuk melepas pelukannya. Tak lama, terdengar teriakan Alisha dari ruang tamu. Segera saja, Alula melepaskan pelukan suaminya dan bergegas menuju ruang ganti. Gara tersenyum melihat istrinya yang berjalan cepat ke ruang ganti.
"Aku sangat beruntung memiliki kalian." Gumam Gara.
Setelah Alula selesai, keduanya bergegas keluar. Mereka menghampiri Alisha yang tengah duduk sendiri di ruang tamu.
"Sayang, kenapa teriak-teriak tadi? Dimana Kakak mu?" Tanya Alula, duduk di samping Alisha. Begitupun Gara, sehingga Alisha berada di tengah-tengah kedua orang tuanya.
"Aku sangat senang, Bu. Kak Asya sudah kembali. Jadi, aku punya teman selain di sekolah." Alisha berkata dengan wajah ceria.
Alula dan Gara yang mendengarnya ikut tersenyum. Gara mengusap rambut putrinya.
"Sayang, dengarkan Ayah. Kamu boleh bermain dengan Asya. Tapi, ingat. Asya adalah gadis yang sudah tubuh dewasa. Akan ada waktu sibuknya untuk mengurus banyak hal. Jadi, kamu jangan sampai membuatnya kerepotan. Oke?"
"Oke, Yah. Alisha nggak akan buat Kak Asya repot dan akan cari waktu yang tepat buat main sama Kak Asya."
"Pintar anak Ayah." Ucap Gara, mengacak pelan rambut Alisha.
"Rambut Alisha berantakan, Ayah." Alisha cemberut sambil merapihkan rambutnya. Membuat Alula dan Gara terkekeh melihat ekspresi menggemaskan itu.
"Oh ya, Ayah. Tadi, paman Edo bilang titip salam buat Ayah sama Ibu. Katanya, bilang pada Ayah kalau Paman sangat menyukai Ibu."
"Paman Edo mengatakan itu?" Alisha mengangguk membenarkan.
"Benar-benar si Edo!" Gumam Gara, kesal. Entahlah, meskipun ia tahu Edo bercanda, ia tetap merasa sedikit kesal.
"Sayang, Edo hanya bercanda." Ucap Alula.
"Iya, aku tahu. Hanya saja, aku masih merasa sedikit kesal mendengarnya."
"Hehehe... Itu karena Ayah sangat mencintai Ibu."
"Kamu benar. Ayah sangat mencintai Ibumu, kamu dan kedua Kakak mu." Ucap Gara, memeluk Alisha dan Alula.
Darren yang hendak menghampiri mereka, menghentikan langkahnya mendengar ucapan Ayahnya. Sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk senyuman samar. Setelah ketiga orang tersebut melepas pelukan mereka, ia pun menghampiri dan duduk bersama.
***
Alisha menjatuhkan tubuhnya di kursi. Ia cukup lelah membantu Alula menyiapkan makanan untuk menyambut Asya yang mungkin akan tiba sebentar lagi. Sebenarnya, Alula sudah melarangnya untuk membantu. Biarkan ia dan pelayan yang mengurus semuanya. Namun, Alisha kekeh untuk membantunya.
"Capek, sayang?" Alula tersenyum padanya, dan mengelus rambunya.
"Sedikit, Bu."
"Ya sudah. Kamu istirahat, terus setelah itu mandi. Ibu mau menyiapkan makanannya."
Alisha mengangguk. Ia beristirahat sejenak lalu bergegas ke kamarnya. Begitu juga dengan Alula. Wanita itu, setelah menyiapkan semuanya, dia kembali ke kamarnya.
Setelah beberapa menit, Ibu dan anak itu sudah duduk manis di ruang tengah. Gara dan Darren yang sudah selesai berdiskusi tentang pekerjaan pun ikut bergabung bersama Alula dan Alisha.
"Capek ya, bantuin Ibu?" Tanya Gara, mengecup rambut putrinya.
"Sedikit, Yah."
"Hanya kali ini aku biarin kalian masak. Tapi, lain kali, tidak."
"Tapi, Alisha mau belajar masak, Yah."
"Boleh. Tapi, tidak sekarang. Tugas kamu sekarang adalah belajar. Dan tugas Ibumu, menemani Ayah. Setelah kamu sudah siap untuk belajar masak, Ayah akan membiarkanmu belajar masak. Jujur saja, Ayah masih khawatir jika kamu belajar masak sekarang."
"Aaaa... Ayah manis banget siiih. Ibu beruntung banget punya Ayah."
"Ya, Ibu merasa sangat beruntung dan bersyukur memiliki kalian di hidup Ibu." Balas Alula.
Alisha tersenyum. Ia lalu menatap Darren. Kakaknya itu hanya berwajah datar. Membuatnya merasa kesal sendiri.
"Kak Darren, lihat lah Ayah! Ayah menunjukkan cintanya pada Ibu dengan begitu manis. Kenapa Kakak selalu datar saat bersama Kak Asya? Bersikaplah manis padanya."
"Diamlah Alisha. Gadis kecil belum pantas berbicara cinta." Balas Darren, datar. Membuat Alisha memajukan bibirnya cemberut. Hal itu membuat Gara dan Alula terkekeh pelan.
Beberapa saat kemudian, pintu rumah diketuk. Alisha paling cepat beranjak dari tempatnya. Ia berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Kak Asya..." Pekiknya kegirangan dan langsung memeluk Asya. Padahal, baru kemarin mereka bertemu. Senyum cerahnya tiba-tiba berhenti melihat Naomi di belakang Asya.
Huh. Kenapa Kak Asya membawanya? Perempuan ini, aku nggak suka padanya.
Alisha melepaskan pelukannya dan meraih tangan Asya. "Ayo, Kak." Dia menarik tangan Asya masuk, dan mengabaikan Naomi.
"Tante..." Asya memeluk Alula erat. Menumpahkan kerinduan pada wanita yang sudah ia anggap seperti Ibunya sendiri. Alula juga membalasnya.
"Aku merindukan tente."
"Tante juga, nak." Balas Alula. Gadis itu kemudian melepaskan pelukannya. Ia lalu menoleh pada Gara. Meraih tangan lelaki itu, dan menciumnya layak seorang anak.
"Paman." Sapanya pelan.
"Ya. Baimana kabarmu?"
"Aku baik, Paman." Ucap Alisha. "Paman terlihat semakin tampan." Lanjutnya, membuat Gara sedikit tersenyum.
"Ya, Tante mu merawat dan melayaniku dengan baik. Membuatku bahagia hingga awet muda seperti ini." Balas Gara, membuat semua terwawa pelan. Kecuali putranya Darren, yang selalu terlihat datar dan dingin.
Alula menatap suaminya. Gara sudah cukup banyak berubah. Ia menjadi orang yang cukup hangat saat bersama orang-orang terdekatnya. Tapi, ia menangkap hal lain dari suaminya itu. Ia merasa, tatapan hangat Gara menjadi dingin setelah bergurau dengan Asya.
Pantas saja Darren dan Darrel juga adik perempuannya yang sombong itu begitu tampan dan cantik. Ayah dan Ibu mereka sesempurna ini. Dan juga, ku rasa kekayaan mereka melebihi kekayaan keluarga Asya. Batin Naomi, sembari matanya menelusuri kediaman Gara tersebut.
"Oh ya, Tante, Paman. Ini teman Asya, Naomi." Asya menarik pelan tangan Naomi dan mendekatkannya pada kedua orang tua Darren.
"Saya Naomi, tante." Ujarnya, mengulurkan tangan.
Alula membalasnya dengan tersenyum kecil. "Saya Alula, Ibu si kembar dan Alisha." Balas Alula.
Gadis itu ikut tersenyum. Ia kemudian menatap Gara. Ia tersentak. Tatapan dingin Ayah Gara seolah menikamnya. Satu yang ia sadari sekarang. Lelaki di depannya begitu mirip Darren dan Darrel. Ia tidak begitu memperhatikannya tadi. Fokusnya hanya pada rumah mewah ini dengan segala fasilitasnya.
"Naomi," Bisik Asya, sambil menyenggol lengannya. Membuat Naomi tersadar, dan buru-buru memperkenalkan diri.
"Ma-maaf. Saya Naomi, Paman." Ujarnya mengulurkan tangan.
Namun, Gara tetap terdiam. Tangannya bergerak menggenggam tangan istrinya. "Saya Gara. Tidak menjabat tangan wanita lain, selain dari keluarga saya." Ucapnya dingin, membuat suasana menjadi hening.
Alisha yang mendengarnya tersenyum. Ia suka gaya Ayahnya membungkam Naomi. Sementara Naomi, ia mengumpat keras dalam hati. Terlebih lagi saat ekor matanya tak sengaja menangkap senyuman Alisha. Emosinya semakin memuncak. Tapi, ia begitu keras menahannya. Ia masih begitu penasaran dengan keluarga Darren. Dan bagaimanapun, ia akan mendapatkan Darren, sekalipun memanfaatkan Asya.
Alula yang merasa tidak enak mulai berusaha memulihkan suasana. Ia tersenyum pada Asya dan Naomi.
"Ayo, tante sama Alisha udah masak buat kalian. Kita makan sama-sama, ya?"
"Ini kan udah sore, tante. Entar nggak bisa habisin makan malam lagi." Ujar Asya, dengan tingkahnya yang sedikit manja. Alula tersenyum. Tingkah manja Asya membuatnya teringat Asya saat kecil dulu.
"Nggak masalahkan sesekali."
"Iya, Kak. Alisha udah susah payah lho bujuk Ayah buat izinin Alisha sama Ibu masak. Masa, Kakak nggak mau cobain."
"Baiklah." Jawab Asya. Setelah itu, mereka sama-sama menuju ruang makan.
Alisha sangat lengket pada Asya. Sehingga gadis itu tidak mengizinkan Asya jauh darinya. Asya menurut. Hal ini bisa menciptakan kedekatan Darren dan Naomi. Mereka bisa duduk bersebelahan. Ia yakin, Naomi adalah gadis baik. Dia tahu, Darren menganggapnya sebatas sahabat. Dan ia ingin mencarikan gadis yang baik untuk sahabatnya.
"Ayo, silakan dimakan." Ujar Alula.
"Kak, mau yang mana? Biar ku ambilkan." Ucap Alisha perhatian.
"Yang mana menurut mu paling enak?"
"Emm... Semuanya sudah ku cicipi. Dan semuanya enak. Tapi, yang paling enak yang ini." Ujar Alisha, menunjuk pada salah satu makanan yang dihidangkan di meja.
"Kalau begitu, makanan yang paling kamu suka saja." Ujar Asya terenyum, begitupun Alisha.
Darren sejak tadi tidak melepas pandangannya dari Asya. Dia terus menatap gadis yang duduk di seberangnya. Naomi tidak suka melihat tatapan lembut Darren untuk Asya. Dengan percaya diri, ia memanggil Darren.
"Darren, bisakah kamu ambilkan makanan di depan mu? Aku mau yang itu." Ujarnya.
Darren melirik makanan yang Naomi tunjukkan. Makanan itu adalah makanan buatan Ibunya yang paling Asya sukai. Bisa dikatakan jika itu makanan kesukaan Asya. Dia tahu, gadis itu sedang berusaha menyenangkan Alisha dengan memilih makanan yang disukai Alisha.
Darren meraih makanan tersebut, mengangkatnya dan beranjak ke kursi samping Asya. Ia meletakkan makanan tersebut ke piring Asya. "Ini makanan kesukaan mu. Aku tahu, kamu ingin menyenangkan Alisha. Tapi, jangan abaikan makanan kesukaanmu juga." Ucap Darren.
Asya tersenyum membalasnya. Alisha dan kedua orang tuanya juga ikut tersenyum. Gadis kecil itu bahagia. Usahanya mengubah letak makanan kesukaan Asya dari depan kursi yang akan Asya duduki ke tempat Darren berjalan sempurna.
Sementara Naomi, ia hanya bisa mematung atas respon Darren ini.
"Naomi, maafkan anak Tante."
"Nggak masalah tante." Naomi memaksakan senyumnya membalas Alula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
🤩😘wiexelsvan😘🤩
rasain kamu naomi,emang enak d abaiin d cuekin ma bang darren bang darrel,,asya mngkn bs kamu bohongi tp tdk klwrg grisam,,,dasar naomi ulet gatel ,cwe lampir jangan harap kamu bisa mengelabui,menipu klwrg grisam 😁😁😁
2023-02-18
2
Wislan Thu Wislan
rasain tu si naomi cri mka aja dia?!
2022-07-22
1
Wahyuni
cepat up a Thor..aq Deg2kan ini
2022-07-16
1