Bab 7

Alisha dan Darren berjalan memasuki rumah bersamaan. Wajah gadis kecil itu tersenyum senang. Benar yang dikatakan Darrel. Kakinya yang terkilir sudah sembuh setelah di urut Bu Arsi.

"Ibu," Alisha langsung memeluk dan mencium Ibunya.

Alula juga balas memeluk dan menciumnya. "Ayo, cuci tangan dan makan."

"Ibu belum makan sejak tadi?"

"Ibu belum lapar. Ayo! Darren, ayo nak!"

Alula, Darren dan Alisha bergegas ke ruang makan. Makanan yang dimasaknya tadi sudah dipanaskan kembali.

Mereka menarik kursi masing-masing lalu duduk. Wajah Alisha berseri-seri melihat makanan yang terhidang di meja. Semuanya terlihat enak. Ia tiba-tiba mengingat sesuatu.

"Kak, mana pesananku?" Ia melihat ke arah Darren yang sudah menyendokkan nasi ke piringnya.

"Ada." Jawab Darren.

"Ibu menyimpannya. Makanlah dulu." Alula menyendokkan lauk ke piring Alisha. Gadis itu mengangguk dan mulai memakan makanannya.

Gara yang baru saja pulang dari kantor, mengernyitkan keningnya. Rumahnya seperti tak berpenghuni. Ia berjalan ke arah ruang makan. Dan benar saja, istri dan kedua anaknya sedang menyantap makanan mereka.

"Oohh... Jadi, aku tidak disambut hanya karena dua penjahat ini?" Gara berdiri sembari melipat tangannya di dada.

Alula dan Alisha menoleh ke sumber suara. Sementara Darren, dia tetap fokus pada makanannya.

"Ayah, ayo gabung." Gara tersenyum. Ia tak menolak permintaan putrinya. Ia mendekat, mengecup kening Alula dan Alisha.

Matanya melirik Darren yang tidak bersuara sejak tadi. "Kamu lapar, atau sedang mengabaikan Ayah, Darren?" Tanyanya, tanpa memutuskan pandangannya dari Darren.

"Dua-duanya, Yah." Jawab Darren, acuh. Membuat Gara berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

"Kenapa kalian makan siang jam segini?"

"Alisha sama Kakak ada sedikit urusan saat pulang sekolah tadi. Jadi, agak telat sampai rumahnya."

Gara mengangguk, lalu mengusap pelan kepala Alisha. "Baiklah. Habiskan makananmu. Setelah ini, istirahat."

"Oke, Yah."

***

Beberapa hari berlalu. Besok adalah hari dimana Asya akan kembali. Darren sudah mendapatkan informasi tibanya pesawat yang digunakan Asya nanti.

Jiyo yang mendapat panggilan dari Darren melalui telponnya segera menuju ruangan Darren.

"Tuan muda," Sapanya sembari menundukkan kepalanya pada Darren.

"Batalkan semua urusanku setelah makan siang besok." Perintahnya dengan mata yang fokus pada layar laptop.

"Tapi, besok..." Ucapan Jiyo terhenti oleh tatapan tajam Darren. Lelaki itu meneguk ludahnya.

"Baiklah. Aku akan melakukannya." Jawabnya. Ia menatap Darren. Tiba-tiba, rasa ingin tahu kenapa Darren membatalkan semua kegiatannya setelah makan siang besok.

"Ekhm." Jiyo pura-pura berdehem. "Ngomong-ngomong, kenapa kamu membatalkan semua kegiatan setelah makan siang besok? Apa kamu akan mengunjungi Asya lagi?"

"Asya kembali." Jawab Darren seadanya. Bagaimana pun, Jiyo juga sahabat Asya. Dia juga berhak tahu.

"Apa? Asya kembali? Kenapa dia tidak memberitahuku? Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan! Aku akan menelponnya." Jiyo mengeluarkan handphonenya ingin menelpon Asya. Namun, gerak tangannya terhenti saat ia merasakan hawa-hawa tak bersahabat di ruangan itu.

Jiyo menatap Darren. Benar saja. Lelaki itu sedang menatapnya dengan tatapan tak bersahabat. Membuat tenggorokannya terasa kering dan sulit untuk menelan salivanya.

"A-aku tidak akan menelponnya. Aku keluar dulu." Jiyo kembali menundukkan kepalanya pada Darren, lalu dengan cepat berjalan keluar dari ruangan itu.

Jiyo menarik nafasnya saat tiba di ruangannya. Ia duduk di kursi dan mengeluarkan handphonenya. Ia akan menelpon Darrel.

"Hallo," Suara serak terdengar saat panggilan tersambung.

Jiyo sedikit mengernyitkan keningnya. "Kau baru bangun?"

"Bukan urusanmu!"

"Ck. Kau ini." Decak Jiyo. "Ku dengar, Asya akan kembali besok."

"Hmm."

"Dia tidak memberitahuku."

"Ck. Jangankan kau, Darren saja tidak diberitahunya. Bahkan Paman Edo ataupun tante Irene juga tidak. Dia ingin membuat kejutan."

"Kalau begitu, bagaimana Darren bisa tahu?"

"Aku yang memberitahunya. Aku memberitahu Paman dan tente juga. Aku meminta mereka merahasiakannya agar Asya senang. Hanya Darren yang tidak."

"Kenapa?"

"Ck. Kau ini, banyk tanya sekali."

"Ayolah, beritahu aku alasannya."

"Ck. Asya datang bersama seseorang. Jadi, aku membiarkan Darren menjemputnya. Ya, walaupun aku melarangnya, Darren pasti akan tetap menjemput."

"Siapa? Perempuan atau laki-laki?"

"Perempuan."

"Asiiikk, bis..."

"Ku peringatkan! Jangan coba-coba bersikap lembut padanya."

"Kenapa?"

"Aku rasa, dia bukan teman yang baik buat Asya."

"Baiklah. Jangan khawatir."

"Ya sudah. Kembalilah bekerja."

"Aku..." Panggilan terputus membuat ucapan Jiyo menggantung. Dia dengan kesal meletakkan ponselnya di meja.

"Kalian berdua memang bersaudara. Sama-sama ngeselin." Gerutunya.

***

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Jiyo sudah melakukan tugasnya untuk membatalkan semua jadwal Darren setelah makan siang. Tapi, dia sedikit kesal saat Darren masih memberinya pekerjaan yang otomatis menghalanginya untuk ikut menjemput Asya.

Jiyo duduk di kursinya dengan setumpuk dokumen diatas meja yang harus di periksanya.

"Darren benar-benar menyiksaku kali ini." Gumamnya sembari meraih sebuah dokumen.

Sementara Darren, lelaki itu melajukan mobilnya menuju bandara. Setelah beberapa menit, ia pun tiba. Darren memperhatikan jam nya. Sesuai jadwal, pesawat yang di tumpangi Asya akan mendarat 10 menit lagi.

Darren berdiam diri dalam mobilnya. Setelah pesawat benar-benar landing dan penumpangnya turun, Darren keluar mobil dan berjalan menuju lobi. Kacamata hitam yang membingkai wajahnya, menambah ketampanannya. Namun, tak bisa menghilangkan aura dingin dan mendominasinya.

Setiap langkahnya, menarik banyak pasang mata untuk memperhatikannya.

Asya bersama Naomi menyeret koper masing-masing sembari menyusri lobi. Langkah Asya tiba-tiba terhenti. Tatapannya jatuh pada seorang laki-laki bertubuh tegap yang berdiri di depan sana, tak begitu jauh darinya. Tubuhnya menegang sesaat. Meski ada bagian wajahnya yang terhalang kacamata, ia masih mampu mengenalnya dengan baik.

"Darren?" Gumamnya. Membuat Naomi yang juga berhenti dan menatapnya heran, menolehkan kepalanya ke objek yang Asya tatap.

"Asy..." Ucapan Naomi terhenti oleh Asya yang tiba-tiba berjalan meninggalkannya. Ia merasa kesal. Namun, segera ia sembunyikan perasaannya itu dan mengekori Asya.

Asya semakin mempercepat langkahnya saat Darren terlihat begitu dekat. Ia melepaskan kopernya dan menumbruk tubuh lelaki itu. Asya memeluk Darren dengan erat. Begitupun Darren, ia membalasnya tak kalah erat.

"Aku merindukan mu." Ujar Asya. Darren tak membalasnya. Dia tetap diam tanpa melonggarkan pelukannya.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Darren membuat Asya merasa tak enak. Ia hendak melepaskan pelukannya, namun Darren semakin memeluknya erat.

"Aku tahu, kamu pasti marah. Aku nggak ada maksud buat gak kasi tahu kamu. Aku hanya mau beri ke..."

"Aku nggak marah." Ucap Darren langsung memotongnya.

Asya tersenyum dalam pelukan Darren. Sementara di belakangnya, Naomi berdiri sembari menatap Asya dan Darren. Meski ia belum pernah bertemu Darren, tapi dari apa yang Asya ceritakan, ia sudah bisa mengenalinya.

Ku rasa... Sekarang aku lebih menyukai Darren daripada Darrel. Gumamnya dalam hati.

Pamer kemesraan didepan ku. Aku pastikan akan merebut Darren dari kamu. Lanjutnya dalam hati.

Asya melepaskan pelukannya saat ingat untuk memperkenalkan Naomi pada Darren. Ia menatap wajah Darren.

"Aku mau mengenalkan seseorang padamu." Asya menoleh pada Naomi. "Naomi, kemari!"

Gadis yang dipanggil Asya itu berjalan mendekat dan berhenti di samping Asya. Keberadaannya tak membuat Darren menatapnya. Lelaki itu hanya terpaku pada Asya. Tangannya bergerak melepaskan kacamatanya. Seolah benda itu menghalanginya untuk menatap Asya.

Naomi yang melihatnya terkejut. Wajah dingin dan tegas Darren membuat hatinya melemah.

Dia benar-benar sangat tampan. Begitu mirip Darrel. Tapi, dia terlihat sangat dingin dibandingkan Darrel. Dan matanya, berbeda dengan Darren. Jika tidak bisa mendapatkan Darrel, aku harus bisa mendapatkan Darren. Batinnya.

Asya tersenyum pada Naomi yang berdiri di sampingnya. Ia kemudian menatap Darren yang sejak tadi tak pernah melepaskan tatapannya dari nya.

"Kenapa kamu menatapku?" Asya bertanya dengan sedikit tersenyum. Dia lalu meraih tangan Darren. "Perkenalkan. Dia Naomi, dia akan tinggal bersamaku, Mama dan Papa."

"Ayo, pulang!" Bukannya membalas ucapan Asya, Darren malah menggenggam tangan Asya dan mengajaknya pulang.

Asya terkejut dan menatap Naomi. Gadis itu juga balas menatapnya. Ia memperlihatkan senyum palsunya. Meskipun begitu, Asya tetap merasa tidak nyaman. Wajah Naomi memerah. Entah karena malu atau marah, Asya tak dapat menebaknya.

Darren tak peduli dengan interaksi keduanya. Ia meraih koper Asya, dan menarik pelan tangan gadis itu. Membiarkan Naomi sendiri.

"Darren..."

"Jangan membuat kesalahan, Asya. Aku bisa bersikap baik dan juga bisa bersikap buruk." Ujar Darren, dingin.

Terpopuler

Comments

Wislan Thu Wislan

Wislan Thu Wislan

asya da msuh dlam selimut kok nggak tau ya?!

2022-07-22

1

Andi Nurdiana

Andi Nurdiana

Asya nya susah di bilangin...naomi itu ada maksud jahat...yaaa sudah lah....kan bodoh polos beda tipis....cuma ga tau nich si Asya di bodoh nya apa polos

2022-07-17

2

Dian Susantie

Dian Susantie

ternyata Asya miara ular betina.. 😖😖

2022-07-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Ban 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165 (END)
166 Promosi Novel Baru
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Ban 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165 (END)
166
Promosi Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!