Gara baru saja kembali dari kantornya. Keningnya mengerut heran saat Alula tak menyambutnya pulang. Ia melangkah menuju dapur, berharap istrinya ada disana.
"Sayang..." Panggilnya saat di dapur. Tapi, dia tidak menemukan siapa-siapa selain pelayan.
"Dimana nyonya?" Tanyanya pada seorang pelayan.
"Nyonya di kamar tuan. Katanya, dia lelah setelah memasak cukup banyak." Ujar pelayan tersebut dengan polosnya. Membuat beberapa pelayan lain yang ada disana, melotot padanya.
Gara yang mendengarnya melotot garang ke arah pelayan tersebut. "Kalian membiarkan istriku memasak?! Apa yang kalian kerjakan?! Hah?! Kalian sebanyak ini, apa tidak ada satupun yang bisa memasak?! Jika istriku yang memasak, untuk apa kalian disini?!" Ujar Gara penuh emosi.
Alisha yang mendengar keributan di dapur berjalan cepat ke ruangan itu. Ia melihat ayahnya sedang berdiri dan memarahi para pelayan.
"Ayah, kenapa marah-marah?" Gadis kecil yang mulai beranjak menjadi remaja cantik ini meraih lengan Ayahnya.
Gara berbalik menatap putrinya. Seketika, hilang sudah rasa marahnya. Ia kemudian memeluk putrinya dan mengecup kening anak itu.
"Ayah gak marah-marah." Ujarnya, mengecup lagi puncak kepala putrinya.
Ck. Bukannya barusan marah-marah sama pelayan-pelayan ini. Lihatlah bagaimana pucatnya mereka. Ayaaah...ayah. Batinnya.
"Dimana Ibumu?" Gara melepaskan pelukannya, dan menatap sang putri.
"Aku baru saja dari ruang baca. Tapi, aku melihat Ibu memasuki kamar Kak Darrel tadi. Lalu Ibu ke kamar Kak Darren."
"Ya sudah. Kamu lanjut bacanya. Ayah mau ketemu Ibu dulu." Anak itu hanya mengangguk.
Setelah Gara pergi, ia menatap satu persatu pelayan yang mulai bernafas lega. "Aku tidak bisa terus membantu kalian. Semua yang berkaitan dengan Ayah, terutama soal Ibu, jangan kalian menyinggungnya. Ini baru titik kecil kemarahan Ayah. Jangan sampai amarahnya meledak. Jika itu sampai terjadi, berdoalah untuk keselamatan kalian."
"Maafkan aku nona muda. Aku belum terbiasa."
"Jangan meminta maaf padaku. Aku tidak marah padamu. Aku tahu, kamu pelayan baru. Lain kali, jangan sembarang berbicara. Tanyakan dulu pada yang lain. Okey?"
"Siap nona muda."
Setelah mengatakan itu, Alisha bergegas kembali ke ruang baca.
Sementara di lantai atas, Gara mendorong pelan pintu kamar Darren. Bisa dilihatnya, Alula sedang tertidur di sofa dengan sebuah foto dalam pelukannya. Gara masuk dan berjongkok di sisi sofa.
Ia mengusap pelan kepala Alula, lalu mengecup keningnya. "Kamu sangat merindukan mereka. Jika pekerjaanku tidak begitu sibuk, kita akan mengunjungi mereka. Tidak, kita akan mengunjungi Darren. Anak itu selalu menolak untuk kita kunjungi. Sangat berbeda dengan Darrel." Ujarnya, maraih pelan foto si kembar yang dipeluk Alula.
Gerakan tangan Gara membuat Alula terbangun. Ia mengerjab pelan.
"Sayang," Gumamnya pelan.
"Kenapa tidur disini? Ayo, tidur di kamar kita."
"Tidak. Ayo, kamu ganti baju dulu. Setelah itu, kita makan."
"Yakin gak ngantuk lagi?"
"Iya."
"Ya udah. Ayo, bantu aku ganti baju." Ujar Gara yang beranjak bagun dan langsung menggendong Alula.
"Eh, apa yang kamu lakukan? Ayo, turunkan aku."
"Sayang, walaupun usiaku sudah mulai tua, aku masih kuat menggendongmu." Ujar Gara, lalu membawa Alula ke kamar mereka.
Setelah beberapa menit berganti baju, Alula dan Gara turun. Tapi, belum sempat kaki mereka menginjak tangga terakhir, deru mobil memasuki halaman rumah terdengar.
"Apa kamu menyuruh sekretaris Kenan kemari, sayang?"
"Tidak."
Alisha yang baru muncul dari ruang belajar mengernyit. Ia menatap kedua orang tuanya yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Siapa, Bu?"
"Ibu juga gak tahu. Tapi, Ibu merasakan sesuatu..." Belum sempat Alula menyelesaikan ucapannya, bel rumah berbunyi. Seorang pelayan yang hendak membuka pintu ditahan Alula.
"Biar saya saja." Ujarnya pada pelayan itu.
"Sayang, biarkan pelayan yang membukanya."
"Tidak apa-apa, biar aku yang membukanya."
"Tidak. Bagaimana jika itu penjahat? Biar aku saja."
"Sayang, keamanan rumah ini begitu ketat. Mana mungkin bisa dibobol penjahat."
Melihat kedua orang tuanya sedang berdebat masalah sepele, Alisha dengan cueknya menuju pintu dan membukanya.
"Cari si... Kak Darren!" Pekiknya dan langsung memeluk Darren. Alula dan Gara yang mendengarnya langsung menghentikan perdebatan kecil mereka.
"Darren?" Keduanya bergumam bersamaan. Setelah beberapa detik, mereka melangkah cepat menuju pintu.
Mata Alula memerah saat melihat seorang yang berdiri di depannya, dan sedang di peluk erat oleh Alisha.
"Darren," Gumamnya dan langsung memeluk Darren. Alisha yang sudah melepas pelukannya tersenyum.
"Ibu," Ujar anak itu, memeluk Ibunya.
"Ibu sangat merindukanmu, nak."
"Aku juga, Bu." Balasnya. Tubuhnya yang tinggi membuat Alula mendongak menatapnya. Wanita itu maraih wajah putranya dan menciumnya dengan penuh sayang.
Darren hanya terdiam dan sedikit menunduk, agar Ibunya bisa menjangkaunya. Setelah mendapatkan ciuman dari Alula, Darren menatap sang Ayah.
"Ay..." Ucapannya terpotong saat sang Ayah langsung menariknya dalam pelukan.
"Anak nakal. Aku pikir Darrel lebih nakal darimu. Ternyata aku salah. Kamu lebih nakal darinya. Bagaimana bisa kamu selalu menolak untuk kami kunjungi? Dan sekarang, kamu diam-diam pulang tanpa memberitahu kami." Ujar Gara, seolah sedang marah pada putranya.
"Paman, jika memberitahu kalian, itu bukan namanya pulang diam-diam." Timpal Jiyo yang sejak tadi diabaikan oleh mereka.
Suara Jiyo membuat Alisha dan Alula tersadar jika dia juga di tempat itu sejak tadi. Sementara Gara, ia hanya menatap Jiyo sekilas. Jika Jiyo berbicara seperti itu sebelum ia memeluk Darren tadi, sudah ia pastikan akan menyentil kening anak itu.
"Jiyo? Maaf tante tidak memperhatikanmu."
"Iya, Kak Jiyo. Maaf, Alisha juga gak sadar Kak Jiyo ada disini juga, hehehe..."
"Gak papa tante, Alisha."
"Ya udah. Ayo, masuk. Kita makan dulu. Ayo, Jiyo."
"Iya, tante. Tahu aja kalau aku lagi lapar." Ujarnya tanpa malu-malu.
***
Hari-hari terus berganti. Setelah seminggu Darren kembali, Gara membawanya ke perushaan. Tapi, bukan untuk menggantikannya menjadi seorang CEO Grisam Group. Melainkan menempatkannya sebagai manajer.
Itulah yang diminta Darren. Ia ingin menjalani masa percobaan terlebih dahulu, sebelum mengambil alih perusahaan.
"Aku dengar, akan ada manager baru di divisi kita." Ujar salah satu karyawan.
"Benarkah? Manager yang lama?"
"Kamu belum tahu kalau dia dipecat?"
"Dipecat? Kenapa? Bukankah dia sangat tampan?"
"Ketampanan tidak menjamin dia untuk tidak berbuat jahat. Dia menggelapkan uang perushaan. Ya, walaupun jumlahnya sangat kecil untuk perushaan sebesar ini."
"Grisam Group memang tidak pernah bermain-main dengan masalah."
"Namanya masalah, mau besar atau kecil, tetap masalah. Harus dibersihkan."
Saat sedang berbincang-bincang, tiba-tiba beberapa karyawan lain berlari, kemudian berdiri sejajar dengan rapih. Kedua karyawan wanita yang sedang bergosip tadi pun ikut berbaris.
"Ya Tuhan, siapa dia yang berjalan bersama tuan dan sekretarisnya? Dia begitu tampan."
"Ya, dia sangat tampan. Mimpi apa aku semalam? Bisa bertemu tiga orang tampan berjalan bersama."
Bisik-bisik pujian terus terdengar. Saat Gara bersama sekretaris Kenan dan Darren berhenti, bisik-bisik itu pun tak terdengar lagi.
"Perkenalkan, dia manajer baru kalian." Ujar Gara.
"Saya, Darren Alvaro. Senang bekerja sama dengan kalian." Ujarnya datar dan dingin.
Namun, karakternya ini membuat karyawan wanita terus menggigit bagian dalam bibir mereka. Setelah sesi perkenalan, Darren menuju ruangannya. Begitupun Gara dan sekeretaris Kenan.
"Menurutku, tuan dan manajer Darren sangat mirip. Apa dia putranya tuan, ya?"
"Aku juga merasa begitu. Tapi, keluarga tuan begitu tertutup. Tidak banyak yang mengenali istri dan anak-anak tuan. Bisa jadi, dia anak tuan. Bisa jadi juga, dia hanya keponakan atau orang lain yang kebetulan mirip tuan."
"Ck. Kalian ini bicara apa. Nikmati saja saat ini. Suatu hari pasti akan ketahuan siapa manajer Darren sebenarnya. Yang jelas aku sangat bahagia manajer Darren berada di divisi kita."
"Bagaimana dengan manajer sebelumnya yang terus-terusan kau puji?"
"Ck. Dia sudah ku buang. Lagi pula, ketampanannya tidak ada apa-apanya dibandingkan manajer Darren."
"Ck. Dasar!" Ujar karyawan-karyawan wanita yang ada di tempat itu untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Wislan Thu Wislan
wah tdk jauh bda ya tmpanuya?😍😍😍
2022-07-22
2