Bab 4

Deru mobil yang berhenti di depan rumah membuat Alisha berlari ke arah pintu. Ia yakin, itu pasti Darren yang baru pulang dari mengunjungi Asya. Alula dan Gara yang sedang duduk di ruang tengah menggeleng melihat tingkah putri mereka. Alisha selalu seperti ini. Alisha membuka pintu dan langsung berlari menghampiri mobil Darren.

Lelaki itu baru saja selangkah menjauh dari mobilnya. Melihat Alisha yang berlari ke arahnya, ia menghentikan langkahnya. Berdiri tegap, menanti adiknya yang sudah ia tebak, akan memeluknya.

"Kak," Alisha memeluk erat tubuh Darren, yang juga dibalas olehnya. Darren mengusap pelan rambut Alisha.

Jiyo yang berada tak jauh dari Darren menatap Alisha. Mulutnya selalu tidak tahan mengganggu satu-satunya putri Gara itu.

"Alisha. Kamu nggak mau peluk Kak Jiyo?"

Ucapannya langsung mendapat tatapan tajam Darren. Sementara Alisha, ia mengarahkan pandangannya pada Jiyo. "Enggak!" Jawabnya, lalu dengan cepat mengalihkan tatapannya pada Darren.

"Kak, gimana keadaan Kak Asya? Dia baik-baik saja kan?"

"Asya baik-baik saja."

"Kenapa Kakak gak angkat telpon Alisha sama Ibu semalam? Kami sangat khawatir saat Kak Jiyo bilang Kakak pergi tiba-tiba."

"Alisha, kita masuk dulu, ya?" Anak itu mengangguk. Ia sadar, ia bertanya di saat yang tidak tepat.

"Aku akan pulang. Sampaikan salamku pada Paman dan tante." Ucap Jiyo, lalu memasuki kembali mobilnya.

Setelah Jiyo pergi, Darren dan Alisha memasuki rumah. Keduanya berjalan ke arah Gara dan Alula. Darren duduk di sebuah sofa kosong. Sementara Alisha, gadis itu sudah duduk menempel pada Ibunya.

"Bagaimana keadaan mereka?" Gara bertanya terlebih dulu. Ia yakin, putranya bukan hanya mengunjungi Asya. Dia pasti menyempatkan waktunya mengunjungi Darrel.

"Mereka baik. Gak ada yang perlu di khawatirkan." Jawab Darren. Tampangnya sangat datar tanpa ekspresi.

Meskipun wajah Gara begitu serius bertanya pada putranya, tidak dengan Alula dan Alisha. Ibu dan anak itu saling melempar senyum lalu memandang Darren.

"Ibu pikir, terjadi apa-apa pada Asya atau Darren. Kamu terburu-buru pergi seperti itu."

"Bu, Kak Darren kan selalu begitu jika mendapatkan pesan dari Kak Asya." Timpal Alisha.

Darren menatap kedua perempuan itu. Tatapannya melembut dengan segaris senyum di bibirnya. "Aku akan ke kamar." Ujarnya lalu berdiri, melangkah menuju kamar.

Dia tidak ingin menanggapi Ibu dan adiknya. Jika ia melakukannya, sudah pasti ia mendapatkan rentetan pertanyaan.

Alula dan Alisha yang melihatnya terkekeh kecil. Mereka tahu, Darren menghindari mereka. Anak itu selalu melakukan hal yang sama setiap kali pulang dari mengunjungi Asya.

Gara yang sejak tadi terdiam, terus menatap Darren hingga anak itu menaiki tangga. Ia lalu menatap Alula dan Alisha yang terlihat terus tersenyum.

"Aku jadi khawatir." Ujar Gara tiba-tiba. Meskipun ia berkata khawatir, ekspresinya yang tenang tidak menunjukkan kekhawatiran sedikitpun. Hal itu membuat Alisha dan Alula mengernyitkan kening mereka.

"Ayah, Ayah mengatakan ayah khawatir. Tapi, ekspresi Ayah gak sedikitpun menunjukkan jika Ayah sedang khawatir."

"Nak, hati dan wajah itu bisa saja tidak sejalan." Ujar Gara.

"Kamu khawatir tentang apa?" Alula menatap suaminya.

"Aku khawatir, Darren melakukan semua ini hanya karena dia menganggap Asya seperti Alisha. Bukan menganggap Asya seperti seorang laki-laki pada perempuan. Dia sangat sulit di tebak. Aku khawatir Asya akan terluka."

Alula terdiam, begitupun Alisha. Keduanya hanya menatap Gara dalam diam. Memikirkan ucapan Gara, keduanya jadi ikut merasa khawatir.

***

Darren sudah rapih dengan stelan kantornya. Grisam Group sudah Gara percayakan pada putranya itu. Saat ini, dia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama sang istri. Meskipun kadang-kadang ia akan mengunjungi perusahaan itu dan terlibat dalam beberapa urusan disana.

Alisha berlari dari arah dapur dan langsung menyalimi tangan Alula dan Gara. Ia bangun kesiangan dan harus begitu buru-buru ke sekolah.

"Ayah, Ibu, Alisha berangkat dulu." Anak itu berlari. Belum sempat ia mencapai pintu, suara Alula terdengar.

"Bekalnya, sayang." Teriakan Alula tak membuatnya berhenti. Anak itu membalas sambil berlari keluar.

"Udah aku bawa." Balasnya.

Darren yang memang berdiri di tempat itu sejak tadi hanya menatap adiknya yang super ceria itu. Tangannya terulur mencium tangan Gara. Kemudian mencium tangan Alula. Baru saja ia melepaskan tangan Alula, Alisha kembali muncul.

"Kak Darren! Ayo, cepetan! Lisha udah telat. Nanti gak dibolehin masuk." Teriaknya dari ambang pintu.

Darren berjalan ke arahnya, lalu merangkul gadis itu. "Ayo!" Menuntun Alisha menuju mobilnya.

Darren menoleh sebentar pada Alisha, lalu mengusap kepalanya lembut. Sambil tetap fokus menyetir.

"Besok jangan kesiangan lagi." Ujarnya lembut, namun tersirat ketegasan didalamnya.

"Iya, Alisha janji." Ujarnya.

Setelah beberapa menit, mobil tiba di sekolah. SMA tempat dimana Darren dan Darrel juga Asya dan Jiyo bersekolah. Alisha membuka pintu mobil dan bergegas turun. Tapi tak lama, ia kembali mengetuk kaca mobil Darren. Membuat lelaki itu menurunkan kaca mobilnya.

"Hehehe... Alisha lupa pamit." Cengirnya sambil mengulurkan tangannya yang dibalas oleh Darren. Anak itu mencium tangan Darren.

"Belajar yang rajin." Ujarnya.

"Iya, Kak." Balasnya. "Emm... Ngomong-ngomong, Kakak nggak kasi Alisha uang jajan?"

Darren tak menunjukkan ekspresi apa-apa. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan dompet. Tidak banyak uang tunai, hanya beberapa lembar seratus ribu, juga beberapa kartu kredit miliknya.

"Cuman segini uang cash nya. Cukup buat jajan?"

"Semua ini buat Alisha?"

"Hmm.."

"Alisha cuman butuh 3 lembar. Udah di kasi Ayah juga tadi."

Darren mengangguk, tanpa bertanya banyak untuk apa uang-uang itu. Dia tahu, bagaimana adiknya. Dia tidak akan meminta uang melebihi uang jajannya jika dia tidak benar-benar membutuhkannya.

"Ya sudah, Kakak ke kantor dulu."

"Iya. Hati-hati, Kak." Alisha melambaikan tangannya pada Darren. Setelah mobil Darren menjauh, dua orang siswi langsung menghampirinya.

"Alisha, yang anter kamu tadi siapa?"

"Iya. Siapa tadi? Ganteng banget."

"Kakak aku."

Dua gadis yang berdiri di samping kiri kanan Alisha melotot mendengar jawaban Alisha. Jadi, selama ini yang Alisha bilang Kakaknya yang selalu mengantarnya adalah orang setampan ini.

"Ya Tuhan, kenapa kamu baru bilang sekarang? Jika tahu dari dulu, aku akan datang lebih pagi dari kamu dan terus berdiri di depan gerbang menunggumu."

"Ya. Aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku akan tersenyum sepanjang dia berada disini."

"Ck. Sudahlah. Percuma saja. Kakak ku sangat dingin dan jarang tersenyum. Terutama pada wanita, apalagi gadis kecil seperti kalian. Dia mengantarku saja gak sampai turun dari mobil. Turunin kaca mobil juga enggak. Hidupnya dia isi dengan pekerjaan. Gak ada yang lain."

Kecuali keluarga kecil kami dan Kak Asya. Lanjut Alisha dalam hati.

Memikirkan Asya, dia jadi rindu dengan perempuan cantik itu.

"Yah..." Kedua teman Alisha mendesah kecewa.

"Sudah. Ayo, masuk! Bentar lagi bel." Ujar Alisha melenggang terlebih dahulu.

***

Darren tiba di kantor bertepatan dengan Jiyo yang keluar dari kantor. Laki-laki itu berjalan ke arahnya.

"Selamat pagi, tuan muda."

"Hmm.." Balas Darren lalu melangkah memasuki kantor. Jiyo juga mengikutinya. Sebenarnya, lelaki itu hendak ke cafe yang tak jauh dari perusahaan. Karena bertemu Darren, ia membatalkan niatnya.

Darren melepaskan jas yang dikenakannya dan menggantungnya di kursi. Ia meraih sebuah dokumen dan membacanya. Sementara Jiyo, dia masih berdiri di ruangan itu.

"Kembali lah bekerja!" Ujar Darren tanpa melihatnya.

Jiyo tertegun mendengarnya. "Aku mau minta izin ke cafe depan perusahaan." Ujarnya lancar. Sebenarnya dia tiba-tiba merasa gugup meminta izin pada Darren. Mungkin karena laki-laki itu terlihat lebih dingin dari hari-hari kemarin.

Darren mendongak menatapnya. Keningnya yang mengerut membuat Jiyo paham dan langsung menjelaskan alasannya.

"Aku godain anak gadis tetangga sampai nangis. Aku dihukum Mama gak dikasi sarapan pagi. Gara-gara takut telat juga, aku buru-buru gak sempat pesan makanan." Jelasnya.

Darren lalu kembali menunduk membaca berkas yang ada di tangannya. "Pergilah!"

Senyum mengembang di wajah Jiyo. Ia sedikit menunduk mengucapkan terima kasih. Tapi, sebelum ia benar-benar melewati pintu, ia berhenti dan menoleh.

"Ren. Kamu gak mau beli juga? Sekalian aja. Biar..." Ucapan Jiyo terhenti saat Darren melemparkan tatapan tajam ke arahnya. Ia meneguk ludahnya kasar. "Gak jadi. Aku pergi dulu." Ujarnya, dengan cepat menarik pintu ruangan Darren dan keluar.

Rasanya sangat lega berada di luar ruangan Darren. Jiyo mengusap-usap dadanya, sembari berjalan menuju lift.

Terpopuler

Comments

Wislan Thu Wislan

Wislan Thu Wislan

kok cmn sekitaran mereka ya mna yng lainya dong?

2022-07-22

1

Evelyn

Evelyn

dasar kulkas

2022-07-05

1

Hanna Humairah

Hanna Humairah

lanjut thor

2022-07-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Ban 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165 (END)
166 Promosi Novel Baru
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Ban 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165 (END)
166
Promosi Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!