Bab 6

Darren dan Jiyo tiba dari perjalanan binis mereka tepat pukul satu siang. Keduanya menaiki mobil jemputan masing-masing menuju rumah.

Darren turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah sembari menenteng pesanan Alisha.

Alula yang sedang mengambil minum di dapur, bergegas menuju pintu. Ia sudah menduganya, jika itu adalah Darren.

Pintu terbuka, membuat Alula tersenyum. "Nak," Sapanya, saat melihat Darren.

"Ibu," Anak itu menunduk dan mencium tangan Ibunya.

"Apa itu?" Pandangan Alula mengarah pada barang yang dibawa Darren.

"Pesanan Alisha." Alula mengangguk mendengar jawaban putranya.

"Ayo, Ibu sudah masakin makanan kesukaan kamu." Darren hanya mengangguk patuh mendengar ucapan Alula. Kebahagiaan Alula adalah hal terpenting.

Darren mengedarkan pandangannya, memerhatikan ruangan itu. Keningnya mengerut saat tak mendapati Ayahnya.

"Ayahmu sedang di kantor. Katanya, ia akan menghendel perusahaan saat kamu melakukan perjalanan bisnis." Ujar Alula, seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Darren.

"Ibu baru saja pulang mengatar makan siang Ayahmu."

Darren terdiam, lalu menatap jam yang melingkar di tangannya. Ia lalu menatap Ibunya. "Ibu sudah makan?"

"Sedikit."

"Ayo, ku temani Ibu makan."

"Kamu belum makan?"

"Setelah menjemput Alisha, aku akan makan."

"Kalau begitu, jemput adikmu dulu. Ibu akan menunggu kalian."

"Lambung Ibu akan bermasalah."

"Tidak akan. Ibu akan menunggu kalian."

"Baiklah." Darren menyerahkan pesanan Alisha pada Alula, lalu bergegas menuju kamarnya. Ia keluar sambil membawa kunci mobilnya. "Aku pergu dulu." Ujarnya, keluar dan melajukan mobilnya menuju sekolah.

***

Alisha dan murid lainnya masih menyimak apa yang di ajarkan oleh guru. Hingga bel pulang berbunyi, membuat semua siswa mulai berkemas untuk pulang.

Alisha juga memasukkan alat tulisnya dalam tas. Namun, saat hendak berdiri, ia merasakan pergelangan kaki kirinya begitu sakit.

"Shh..." Alisha berusaha menahan sakitnya dan berdiri. Kedua temannya, Nadia dan Yana mendekat dengan raut khawatir.

"Biar kita bantu." Nadia berucap sambil memegang tangan Alisha. Sementara Yana, gadis itu memegang tas milik Alisha. Namun, belum sempat ketiga gadis tersebut melangkah, terdengar suara dingin dan datar di belakang mereka.

"Biar gue yang bantu dia." Nadia dan Yana terlihat menahan nafas mereka. Tidak ada diantara mereka bertiga yang bergerak.

Dia Axel, sorang siswa dengan paras tampan namun dingin. Tidak suka diusik dan di anggap tak berperasaan. Senior di sekolah pun tidak berani mengusiknya.

Axel berjalan mendekat dan berdiri di depan ketiga gadis tersebut. Dia yang membuat kaki Alisha terkilir. Dia yang harus bertanggung jawab.

"Lo berdua pergi!"

Nadia dan Yana saling menatap. Kemudian mereka menatap Alisha. Meskipun Alisha menggeleng, Yana dan Nadia tidak bisa berbuat apa-apa. Axel membuat mereka takut.

"I-ini, tas Alisha." Yana menyerahkan tas Alisha pada Axel. Kemudian keduanya berpamit pergi.

Alisha memerhatikan kedua temannya yang mulai menjauh. Saat Axel hendak membantunya berjalan, ia menepisnya dengan pelan.

"Aku masih bisa jalan sendiri." Ucapnya lembut, meraih tas dari tangan Axel dan berjalan sambil bertumpu pada kaki kanannya dan memegengi meja kursi. Axel tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengikuti Alisha dari belakang.

Alisha memang keras kepala. Saat tiba di luar kelas, dia berjalan sambil tangannya bertumpu pada dinding. Axel yang mulai tidak sabar, kembali berucap.

"Biar gue bawain tas lo." Tangannya terulur meraih tas Alisha. Belum sempat tas itu terlepas dari tangan Alisha, tangan Axel ditahan seseorang.

Keduanya sama-sama menoleh. "Kak Darren?" Ucap Alisha, pelan. Sementara Axel, ia hanya menatap Darren. Kedua laki-laki yang sama-sama memiliki wajah dingin itu saling melempar tatapan tajam. Namun, tak berlangsung lama saat Alisha bersuara.

"Kak," Darren langsung memutuskan kontak matanya dengan Axel dan menatap adiknya. Tatapannya jatuh pada kaki kiri Alisha.

"Kenapa?" Ia bertanya sambil menatap kaki Alisha.

"Gue gak sengaja nabrak dia. Kakinya terkilir." Jelas Axel. Darren tak menanggapinya dan langsung menggendong Alisha. Meninggalkan Axel yang masih terus menatap mereka.

Beberapa siswa dan siswi yang masih berada di sekolah dibuat terpaku melihat Alisha digendong pria tampan. Mereka sudah dihebohkan dengan kedatangan lelaki itu tadi. Dan mereka kembali dibuat terkejut saat dia menggendong Alisha dan membawanya memasuki mobil.

Nadia dan Yana yang belum meninggalkan sekolah, terdiam mematung menatap Alisha yang di gendong Darren. Hari ini adalah hari keberuntungan mereka. Dimana mereka bisa berdiri dekat Darren dan berbicara dengannya.

"Kakak Alisha sangat tampan." Ucap Yana.

"Ya. Aku rela nggak lanjut sekolah, kalau dia mau menikahiku." Timpal Nadia.

"Ck. Halu mu berlebihan." Ucap Yana, membuat Nadia cemberut. "Oh ya, gimana sama Axel? Jangan-jangan dimarahi kakak Alisha."

"Ku rasa tidak. Kakak Alisha bukan tipe yang banyak bicara. Tapi, dia tipe orang yang menunjukkan tindakan."

"Sok tahu kamu." Cibir Yana. Nabila hanya acuh.

Setelah mobil Darren menjauh, Axel keluar gerbang dengan mengendarai motornya. Aura dinginnya masih melekat meski tertutup helm.

"Alisah berada diantara dua laki-laki dingin." Ungkap Nabila, setelah Axel melewati mereka.

"Ya, kamu benar. Axel dan Kakak Alisha nggak jauh beda. Sama-sama dingin."

Kedua gadis itu lalu berpisah saat jemputan masing-masing datang.

Didalam mobil, Darren maupun Alisha hanya terdiam. Alisha menoleh pada Kakaknya. Tempramen Darren seperti Ayahnya. Axel tidak bersalah atas terkilirnya kakinya. Ia tidak tahu, apa yang akan Darren lakukan pada Axel nanti. Memikirkan itu, membuatnya gelisah.

Darren menangkap kegelisahan di wajah adiknya. Ia mengulurkan tangannya dan mengusap rambutnya pelan. Matanya masih fokus pada jalanan.

"Ada apa?" Tanyanya, sedikit menoleh pada Alisha.

"Eemm... Axel nggak salah." Ujarnya, namun tak ada tanggapan dari Darren.

"Alisha tadi main kejar-kejaran sama teman-teman. Alisha yang gak sengaja nabrak Axel. Badan Axel keras, jadi Alisha sendiri yang jatoh. Dan kaki Alisha terkilir." Jelasnya, sedikit memelankan suaranya di kalimat terakhir.

Masih tidak ada respon dari Darren. "Teman-teman udah nawarin buat anterin Alisha ke UKS. Tapi, Alisha nggak mau. Alisha nggak suka ada di UKS." Ia meraih pelan lengan Darren. "Kakak jangan marah, ya? Jangan marah sama Alisha. Sama Axel juga." Matanya berkaca-kaca, hendak menangis.

Darren sudah bisa menebak. Alisha pasti akan menangis. Ia menghela nafas dan menepikan mobilnya. Ia memeluk gadis itu.

"Kakak nggak marah." Ucapnya. "Kamu takut sama Axel?"

Alisha mengangguk pelan. "Sedikit." Jawabnya. Ia lalu mendongak menatap Darren. "Kakak janjikan gak gangguin Axel?"

"Janji." Jawab Darren tanpa berpikir panjang.

Alisha melonggarkan pelukan mereka. Ia menatap Darren. "Sekarang, masalahnya Ibu sama Ayah. Mereka pasti khawatir lihat Alisha kayak gini."

"Kita obatin kaki kamu dulu. Setelah itu, pulang." Alisha mengiyakan. Darren kembali melajukan mobilnya.

Tiba-tiba, hp Alisha bergetar. Ia mengeluarkannya dari saku. Ternyata itu Darrel yang melakukan panggilan vidio.

"Hallo, bungsu." Sapanya dari seberang sana.

Matanya tiba-tiba kembali berkaca-kaca. Bukan karena dia cengeng. Tapi, dia benar-benar merasa sakit. Darrel yang melihatnya menjadi sedikit panik. Sementara Darren yang berada di samping Alisha, hanya memasang tampang datarnya.

"Eeh, kenapa mau nangis gitu?"

"Kakak, kaki Alisha sakit." Adunya.

"Kenapa?"

"Alisha jatoh terus terkilir kakinya."

"Astagaaa... Gimana sekarang?"

"Masih sakit."

"Kamu sama siapa sekarang?"

"Kak Darren." Alisha mengarahkan hp nya ke arah Darren yang sedang menyetir.

"Darren." Panggil Darrel.

"Hmm..."

"Buka sepatu Alisha. Jangan dipakai."

"Sudah." Balas Darren, karena ia sudah melepaskan sepatu Alisha saat mendudukkan Alisha di kursi mobil tadi.

"Bawa Alisha ke jalan XX. Tanya saja rumah Bu Arsi. Dia tukang urut. Aku jamin, kaki Alisha pasti sembuh. Aku pernah bawa Aurel kesana dulu. Kakinya juga terkilir dan langsung sebuh pas di urut."

"Oke." Balas Darren.

Alisha kembali mengarahkan hp wajahnya. Darrel tersenyum pada adiknya. "Jangan nangis, ya? Gak akan sakit lagi kalau udah di urut."

"Iya, kak."

"Ya udah. Kakak tutup dulu."

"Loh, kok tutup? Kakak ngapain telpon?"

"Enggak kenapa-kenapa. Cuman kangen sama kamu."

"Ish, Kak Darrel. Ya udah, tutup gih."

"Oke."

Panggilan vidio itu berhenti. Alisha kembali menyimpan handphonenya. Kali ini, ia menyimpannya dalam tas. Darren meliriknya sebentar.

"Kirim pesan pada Ibu. Bilang saja kita pulang sedikit telat. Minta Ibu untuk makan lebih dulu. Gak perlu menunggu kita."

Alisha mengangguk. Ia tahu, Darren tidak ingin Ibu mereka khawatir. Dia juga tidak ingin Ibunya khawatir dan terus menunggu mereka untuk makan siang. Itu tidak baik untuk lambung Alula.

Terpopuler

Comments

Wislan Thu Wislan

Wislan Thu Wislan

wah jngan"jodohnya sma si Axel tu si alishanya

2022-07-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Ban 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165 (END)
166 Promosi Novel Baru
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Ban 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165 (END)
166
Promosi Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!