Bab 3

Beberapa tahun berlalu. Darren sudah menggantikan posisi Ayahnya dan memimpin perushaan. Tak sedikit karyawan perusahaan yang terkejut saat mengetahui identitas Darren yang sebenarnya. Dan sebagian tidak terkejut karena sudah menebaknya dari awal. Kemiripan mereka membuat sebagian karyawan mampu menebaknya. Meskipun tidak ada klarifikasi dari Gara.

Darren memarkirkan mobilnya di parkiran perusahaan, lalu memasukinya. Auranya yang begitu kuat menarik setiap karyawan untuk menatapnya. Tapi, hanya beberapa detik. Setelah itu semuanya kembali menunduk hormat menyapanya.

"Selamat pagi, tuan muda." Sapa setiap karyawan. Dan seperti biasa, dia hanya mendengarnya tanpa menjawab. Tidak masalah untuk karyawan lama. Tapi, karyawan baru akan mengatainya sombong.

Pintu lift tertutup lalu bergerak menuju lantai teratas gedung perusahaan itu. Darren keluar setelah lift berhenti.

"Selamat pagi, tuan muda." Sapa Jiyo, sahabat sekaligus sekretaris Darren.

"Hmm..." Ia membalas dengan deheman. Sesuatu yang sangat jarang Jiyo dengar.

"Hari ini ada rapat jam 8 pagi. Setelah itu, ada pertemuan dengan klien di restoran B jam 3 sore."

Darren mengangguk. Ia menatap jam yang melingkar di pergelangannya. Masih 40 menit lagi rapatnya di mulai. Jiyo berpamit kembali ke ruangannya.

Darren memutuskan untuk memeriksa beberapa dokumen yang belum sempat ia periksa kemarin. Tiba-tiba hpnya mendapat notifikasi pesan dari Darrel.

Darrel

Aku sudah menemukan pelaku penggelapan uang perusahaan Ayah yang ada disini. Bagaimana menurutmu? Ku bawa ke kantor polisi, atau ku adili sendiri saja?

Darren menyunggingkan sedikit senyumnya. Senyum yang membuat setiap orang yang melihatnya akan merasa cemas.

^^^Darren ^^^

^^^Lakukan yang kamu mau. ^^^

Setelah mengirimkan pesannya, Darren kembali memeriksa dokumennya. Saat hampir jam 8, dia bersama Jiyo menuju ruang rapat.

Kehadirannya dan Jiyo di ruang rapat, membuat suasana ruangan tersebut terasa begitu mencekam. Setiap orang yang ada di tempat itu merasa seolah sulit bernafas.

"Kita mulai rapatnya." Ujarnya dingin, membuat orang-orang itu meneguk ludah.

Darren terlihat lebih kejam dari Paman Gara. Batin Jiyo.

Satu persatu peserta rapat memberikan pendapat dan ide mereka. Beban di wajah mereka langsung hilang saat rapat berakhir.

Darren berjalan keluar diikuti Jiyo dibelakangnya. Seketika, hawa dingin dalam ruagan rapat menghilang, dan digantikan hembusan nafas lega.

Jiyo mengikuti Darren hingga ke ruangannya. "Hampir waktunya makan siang. Apa tuan muda mau ku pesankan makanan?"

"Ya." Satu kata yang keluar dari mulut Darren bersamaan dengan getaran hpnya. Lagi-lagi getaran yang bersumber dari notifikasi pesan.

Aku kangen

Darren langsung memasukkan kembali hpnya dan menyambar kunci mobilnya. Ia kemudian berjalan menuju pintu.

"Batalkan pertemuan sore ini." Ujarnya pada Jiyo yang masih berdiri.

"T-tap..."

"Lakukan saja!" Darren menarik gagang pintu ruangannya.

"Bagaimana dengan makanannya?"

Tidak ada lagi jawaban. Yang terdengar oleh Jiyo hanya dentuman pelan pintu yang tertutup.

"Bodoh! Pertemuan dengan klien saja, Darren gak peduli. Apa lagi urusan makanan?" Gumam Jiyo.

***

Ketukan pintu apartemennya membuat kening seorang gadis mengerut. Ia tidak meminta siapapun datang atau memesan apapun. Lagipula, ini sudah cukup larut.

Dia dengan sedikit keberaniannya bergegas menuju pintu apartemennya. Ia lalu membukanya dan menemukan seseorang yang beberapa jam lalu dikirim pesan olehnya.

"Darren," Ujarnya pelan dan langsung memeluknya. Lelaki itu juga balas memeluknya.

"Gimana? Udah gak kangen kan?" Tanyanya, lembut.

Gadis itu melonggarkan pelukannya, lalu mendongak menatap Darren. Ia kemudian tersenyum. "Masih." Ujarnya, lalu kembali memeluk erat Darren.

Darren tidak memprotesnya. Ia hanya berdiri dan membiarkan gadis itu memeluknya. Tidak peduli jika mereka masih berada di depan pintu unit apartemen milik gadis itu.

"Sekarang sudah cukup. Ayo, masuk!"

Darren hanya mengangguk dan mengikuti gadis itu memasuki apartemennya. Sudah tidak asing baginya apartemen ini. Dia sudah beberapa kali melakukan penerbangan mendadak hanya untuk mengunjungi apartemen tersebut. Dan itu semua hanya karena sebuah pesan yang sama dengan pesan yang di dapatkannya tadi.

Keduanya duduk di sofa ruang tamu. Tak lama, gadis itu bergegas bangun, namun dihentikan oleh Darren.

"Mau kemana?"

"Asya mau ke dapur. Darren pasti lapar kan? Asya mau maskin Darren makanan dulu."

Ya, gadis yang di datangi Darren hanya karena sebuah pesan itu adalah Asya. Satu-satunya gadis yang bisa mengusik Darren selain Alisha.

Darren menarik Asya hingga gadis itu kembali terduduk. Dia kemudian memeluknya erat. "Aku nggak lapar." Ujarnya.

"Tetap disini. Aku disini untuk menghilangkan rasa rindumu. Bukan memintamu memasakkan aku makanan." Lanjutnya, masih dengan suara yang datar. Namun, mampu membuat Asya tersenyum.

"Makasih." Ucapnya.

Suasana menjadi hening sejenak. Hingga tiba-tiba, Asya mulai membuka suara.

"Darren,"

"Hmm?"

"Darren bolos kerja lagi, ya?"

"Hmm." Dehemnya dengan tangan yang masih setia mengusap rambut Asya.

"Asya tau, perusahaan itu milik Paman yang nantinya akan jadi milik Darren sama Darrel. Tapi, gak baik ninggalin pekerjaan hanya karena hal kecil. Asya cuman mau vidio call-an aja sama Darren. Asya udah kirim pesannya setelah pesan pertama."

"Tidurlah!" Hanya itu yang dibalas Darren. Ia tidak menanggapi apa yang Asya ucapkan.

"Tapi kan, kasian Jiyo urusin semuanya sendiri."

Mendengar nama Jiyo disebut, Darren semakin mengeratkan pelukannya pada Asya. "Jangan menyebut laki-laki lain saat bersamaku." Ujarnya dingin. "Tidurlah." Ucapnya lagi.

Namun, Asya sedikit keras kepala. Gadis itu tidak menurut untuk segera tidur.

"Kalau nggak suka membicarakan laki-laki lain, bagaimana kita membicarakan seorang perempuan saja? Asya mau kenalin Darren sama teman kuliah Asya."

"Aku tidak tertarik."

Asya menarik nafasnya. Ia kemudian mendongak menatap Darren. "Kalau nanti Darren punya pacar, Darren gak bakal putusin hubungan persahabatan kita kan?"

"Apa yang kamu pikirkan?" Darren menatap lekat wajah Asya.

"Enggak. Hanya saja..."

"Kamu akan tetap jadi sahabatku." Ujarnya, tegas.

Asya tersenyum mendengarnya. Dia tidak berharap lebih tentang hubungannya dengan Darren. Darren mau menerimanya menjadi sahabat saja sudah cukup baginya. Walaupun ada rasa untuk Darren, ia berusaha untuk tetap menyembunyikan nya.

"Tidurlah! Sudah selarut ini. Tidak baik begadang." Ujar Darren, yang mendapat anggukkan dari Asya.

Gadis itu perlahan-lahan terlelap dalam pelukan Darren. Hingga pada akhirnya, ia terlelap sepenuhnya. Darren tersenyum kecil lalu menggendongnya menuju kamar Asya.

Setelah membaringkan dan menyelimutinya, Darren bergegas menuju salah satu kamar apartemen Asya dan beristirahat disana.

Darren menyalakan handphonenya yang sengaja di matikannya sebelum menaiki jet pribadi.

1 panggilan tak terjawab dari Darrel

10 panggilan tak terjawab dari Ibunya.

5 panggilan tak terjawab dari Alisha.

8 panggilan tak terjawab dari Jiyo.

2 chat dari Alula.

2 chat dari Alisha.

1 chat dari Asya.

"Mengenai hal ini, Ayah yang paling paham apa yang ku lakukan." Gumamnya sambil melihat layar handphonenya.

Dia kemudian membaca pesan dari Ibunya dan Alisha.

Ibu

Darren, nak. Kamu menemui Asya?

Apa dia sakit?

Alisha

Kak, kenapa tiba-tiba pergi? Apa Kak Asya sakit?

Kabari kami terus keadaannya.

Darren sedikit tersenyum membaca isi chat Ibu dan adiknya. Sepertinya, Ibu dan adiknya sudah mulai mengerti akan kepergian tiba-tibanya.

"Pasti Jiyo yang membuat semuanya heboh." Gumamnya.

Ia kemudian teringat dengan ucapan Asya. Segera dia membuka isi pesan dari Asya. Ternyata benar. Gadis itu melarangnya mengunjunginya dan hanya memintanya melakukan panggilan vidio.

Lagi-lagi Darren menyunggingkan senyum tipis. Ia berpikir, apakah ini benar-benar karena Asya rindu padanya, atau dia yang merindukan Asya?

Dia kemudian menepis pikiran itu. Lalu ia mendial nomor Darrel, menelponnya.

"Hallo," Sapa Darrel dari seberang sana.

"Hallo. Bagaimana?"

"Sudah ku bereskan." Ujar Darrel. "Aku tahu, kamu di negara ini. Berkunjunglah kemari untuk melihatnya nanti."

"Hmm..."

"Ya sudah. Aku akan matikan telponnya. Ingat! Kamu hanya berdua dengan Asya. Jangan macam-macam. Jika ter..."

Panggilan langsung dimatikan sepihak oleh Darren. Membuat Darrel menahan kesal atas perlakuan Kakak kembarnya itu.

Untung saja aku merasa memarahi diri sendiri saat aku memarahinya. Jika tidak, aku akan memarahinya hingga gendang telinganya pecah. Kesal Darrel.

Terpopuler

Comments

Wislan Thu Wislan

Wislan Thu Wislan

🤣🤣🤣🤣bgtulah sifat tdk jauh dri ayahnya?🤣🤣🤣

2022-07-22

2

nafisahh❤️❤️❤️

nafisahh❤️❤️❤️

lanjut thor

2022-07-05

2

Vhy Silpiani

Vhy Silpiani

lanjut

2022-07-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Ban 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165 (END)
166 Promosi Novel Baru
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Ban 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165 (END)
166
Promosi Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!