Bab 13

Ruangan hening terasa begitu mencekam bagi Jiyo. Sudah hampir setengah jam dia berdiri di ruangan itu. Tapi Darren, dia tidak sedikitpun bersuara ataupun menatap Jiyo.

"Ekhm..." Jiyo berdehem, mencoba menarik Darren melihatnya.

Apakah dia sedang menghukumku? Dia sengaja membuatku berdiri disini.

Jiyo menarik nafasnya. Dia benar-benar tidak sabar lagi dengan perilaku Darren ini. Kakinya sudah sangat lelah berdiri sejak tadi. Persetan jika ini sudah jam kantor.

"Maaf, tuan. Bisakah aku duduk? Aku sudah berdiri sejak tadi." Ucap Jiyo.

"Tidak!"

Jiyo menghela nafasnya. Darren sungguh tega memperlakukannya seperti itu.

"Ayolah, Ren! Aku nggak tahu kesalahanku dimana. Kenapa kau seolah sedang menghukumku sekarang?" Hilang sudah panggilan tuan dari mulut Jiyo. Dia benar-benar tidak tahan lagi.

"Siapa lagi yang bersamamu di cafe itu selain Asya?"

Jiyo memutar bola matanya. Sekarang ia tahu, penyebab ia berdiri selama itu di hadapan Darren.

Ternyata kau sedang cemburu. Cih! Menyebalkan sekali. Batin Jiyo.

"Kau sedang memakiku?" Pertanyaan Darren membuat Jiyo membulatkan matanya. Dia langsung mengangkat tangannya sambil melambaikannya ke arah Darren.

"Tidak-tidak!" Ujarnya dengan panik. "Tidak ada yang lain selain aku dan Asya, juga pengunjung cafe."

Mata Darren menatapnya. Membuatnya meneguk ludah.

Benarkan yang ku katakan? Apa aku salah menyebutkan pengunjung cafe? Mereka benar-benar ada disana. Batin Jiyo.

"Kalau begitu, kau berdiri saja sampai waktu bertemu klien tiba." Ucap Darren tanpa belas kasih.

Hah? Apa dia gila? Butuh waktu dua jam lagi untuk menemui klien. Apa aku harus berdiri selama itu?

"Darren! Apa kau sedang cemburu?"

"Tutup mulutmu! Aku tidak cemburu."

Ck. Susah kalau berbicara dengan orang yang tidak paham dengan perasaannya sendiri.

Satu jam berlalu. Jiyo bernafas lega saat Darren menyuruhnya duduk. Ia dengan cepat menyandarkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Kau benar-benar, Darren! Kakiku sampai gemetaran." Gumam Jiyo, pelan. Laki-laki itu menatap kakinya.

Darren hanya acuh mendengar gumaman Jiyo. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi yang didudukinya.

Jika bukan atasanku, sudah ku pukul kepalamu itu. Batin Jiyo.

***

Darren bersama Jiyo berjalan memasuki hotel ER sesuai dengan janjinya bersama klien. Seorang gadis cantik langsung menghampiri Darren dan Jiyo saat kedua orang itu berada di lobi hotel.

"Selamat datang, tuan." Ujarnya, sambil membungkukkan sedikit badannya. Pakaiannya yang agak terbuka membuat bagian dadanya sedikit terlihat.

Cih. Apa dia sedang berusaha menggoda Darren? Gumam Jiyo dalam hati.

"Terima kasih atas sabutannya, nona." Ucap Jiyo, menunjukkan senyumnya. Sementara Darren, aura dinginnya semakin dingin saat menghadapi perempuan tersebut.

"Perkenalkan tuan, saya Rina, sekretaris tuan Wisnu." Sekretaris itu mengulurkan tangannya.

"Tunjukkan tempatnya!" Suara Darren yang dingin itu membuat Rina menurunkan tangannya dan cemberut. Namun, ia segera mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum.

"Mari, tuan! Ikut saya."

Sial! Tidak pernah ada yang menolak pesonaku saat aku merayu. Tapi, tuan Darren ini benar-benar seperti rumor yang beredar. Tidak tersentuh sama sekali oleh wanita.

Jiyo yang berjalan di samping Darren mengulum senyum. Ia begitu senang melihat ekspresi sekretaris tuan Wisnu itu. Sungguh Darren memang pandai membungkam wanita yang mendekatinya.

Setelah lift berhenti, Rina bersama Darren dan Jiyo keluar dan langsung menuju kamar yang ditunjuk Rina.

"Silakan masuk tuan, sekretaris Jiyo. Tuan Wisnu sudah menunggu."

Darren dan Jiyo masuk dan langsung disambut oleh klien mereka, Wisnu. Dia seorang lelaki paruh baya. Pembawaannya begitu berkarisma. Menunjukkan bahwa dirinya adalah pemimpin yang baik dan bertanggung jawab. Tapi, saat melihat Darren, dia dengan susah meneguk ludahnya. Aura kepemimpinan pemuda di depannya itu begitu kuat. Membuatnya merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan Darren.

Mereka memulai membicarakan tentang kerja sama mereka yang akan berlangsung beberapa bulan lagi. Darren hanya menanggapi beberapa kata dari Wisnu. Selainnya, ia memilih untuk mendengarkan penjelasan Wisnu. Tapi, saat Rina angkat bicara, ekspresinya langsung berubah tak suka.

Wisnu yang memperhatikannya bisa merasakan ketidaksukaan Darren pada sekretaris barunya yang baru bekerja sebulan ini.

Setelah semuanya selesai dibicarakan, Darren dan Jiyo berpamit pulang.

"Terima kasih tuan Darren, atas kepercayaan anda pada perusahaan kami."

"Ya. Semoga semuanya berjalan lancar." Ujar Darren, membalas uluran tangan orang tua itu. Setelah melepaskannya, ia kembali berucap. "Lain kali, jangan bawa sekretarismu itu."

Wajah Wisnu langsung memucat. Darren mengatakannya dengan wajah dingin menyeramkan. Untung saja dia tidak membatalkan kerja sama mereka. Jika itu terjadi, dia tidak tahu bagaimana menghadapi masalah itu.

Jiyo menatap ke arah Rina yang menunduk. Ia tersenyum sinis. Kemudian, ia menatap Wisnu yang masih menatap Darren yang berjalan terlebih dulu dengan wajah pucatnya.

"Tuan sedang dalam suasana hati tidak baik hari ini. Tapi, keberuntungan sedang berpihak padamu. Dia sudah berusaha menggoda tuan dari awal bertemu tadi. Jika anda tidak ingin perusahaan anda terancam, hilangkan saja orang sepertinya dari perusahaanmu." Ujar Jiyo. Laki-laki itu sedikit membungkukan badannya pada Wisnu, lalu berpamit pergi.

***

Darren menatap mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Dia mengenali dua mobil itu. Sudah cukup lama sejak ia pulang, mereka tidak pernah berkunjung.

Darren mendorong pelan pintu rumahnya. Saat ia memasuki ruang keluarga, dua orang anak laki-laki berusia 12 tahun dan 9 tahun, dan seorang gadis kecil berusia 3 tahun berlari ke arahnya.

"Kak Darreeeen...!!" Teriak mereka bersamaan. Namun, suara gadis kecil itu tenggelam oleh suara kedua anak laki-laki tersebut.

Wajah dingin Darren perlahan melembut. Tangannya meraih gadis kecil itu dalam gendongannya. Ia lalu mengusap kepala kedua anak lelaki itu.

"Kak Dallen kelja?" Tanya gadis kecil itu. Namanya Lala, anak kedua Gio dan Ana.

"Ya." Balas Darren. Mendengar Lala yang tidak bisa menyebut huruf R, membuatnya ingat pada Darrel saat kecil dulu.

"Kak Darren pasti lelah sepulang kerja. Biar aku pijatkan." Ucap anak laki-laki berusia 12 tahun. Dia Dafa, anak pertama Gio dan Ana.

"Aku juga mau memijat Kak Darren." Sambung anak yang berusia 9 tahun. Roy, putra Viko dan Vera.

"Ayo, kita duduk dulu." Darren mengajak mereka bergabung dengan yang lainnya. Di sofa, sudah duduk kedua orang tuanya, kedua pamannya beserta istri masing-masing dan juga adik cantiknya, Alisha.

Darren duduk sembari memangku Lala. Sementara Dafa dan Roy berada di kedua sisinya.

"Kak, aku pijatin, ya?" Ucap Dafa.

"Aku juga." Timpal Roy. Kedua anak itu memijat Darren tanpa menunggu persetujuannya. Semua menahan senyum. Mereka tahu, bagaimana Darren. Jika bukan adik-adiknya, sudah pasti ia akan begitu marah saat mereka melakukan sesuatu, terutama berkaitan dengan fisiknya tanpa persetujuannya.

"Darren, perlu kamu tahu. Kedua bocah itu sedang merayumu. Mereka ingin menagih janjimu." Ujar Gio. Tangannya lalu terulur, menyuruh Lala mendekat.

"Sini, sayang, sama Ayah! Kasian Kak Darren, capek pulang kerja."

Lala bergegas turun dari pangkuan Darren, dan langsung menuju Ayahnya. Darren menatap Dafa dan Roy yang menyengir ke arahnya. Meskipun Darren melembut, kesan dinginnya masih begitu terasa. Tapi, Dafa maupun Roy tak merasa takut sedikitpun.

"Apa janji Kakak?" Darren bertanya langsung pada intinya.

"Kakak bilang akan membelikanku sepeda. Aku sudah menemukan sepeda yang cocok untukku." Ucap Dafa.

"Aku juga, Kak. Kakak bilang akan membelikanku vidio game terbaru."

"Ya, besok akan Kakak suruh orang membawakannya untuk kalian."

"Terima kasih, Kak." Ucap kedua anak itu bersamaan.

"Paman dengar, Asya sudah kembali. Bagaimana keadaannya?" Tanya Viko, membuat Darren beralih menatapnya. Di sisi Viko, ada Vera. Wanita itu menyentuh pelan lengan suaminya. Dia tahu, pertanyaan Viko akan berakhir dengan menggoda Darren. Jujur saja, Darren yang kesal, membuatnya gemetaran melihat wajah dingin anak itu.

"Dia baik."

"Apakah dia semakin cantik?" Tambah Gio.

"Sudah pasti dia semakin cantik. Iyakan, Darren?" Timpal Ana.

Vera hanya bisa menarik nafasnya. Kedua Kakak iparnya dan suaminya, jika soal menggoda Darren, mereka sangat kompak.

"Sayang, Kakak. Berhentilah menggoda Darren. Biarkan dia istirahat." Ucap Vera.

"Tidak masalah, aunty. Asya memang semakin cantik." Aku Darren. Ucapannya membuat semua orang tersenyum. Kecuali si Lala. Anak itu sibuk memainkan kancing baju Gio.

"Kalau begitu, kapan kalian akan resmi menjadi pasangan kekasih?" Pertanyaan Gio membuat ruangan itu menjadi hening. Semua terdiam menunggu apa yang akan Darren katakan.

"Dia hanya sahabatku tidak ada perasaan lebih." Ucapnya, lalu bergegas menuju kamarnya.

"Huuhh... Itu yang aku khawatirkan." Ucap Gara pelan.

"Dia hanya belum menyadari perasaannya." Ucap Gio.

"Ya. Suatu saat nanti, dia akan menyadarinya. Lagipula, dia masih begitu muda." Timpal Viko.

"Bukan Darren yang aku khawatirkan. Tapi, Asya."

Gio dan Viko terdiam. Ucapan Gara benar. Yang paling terluka di situasi seperti ini adalah Asya.

Terpopuler

Comments

🤩😘wiexelsvan😘🤩

🤩😘wiexelsvan😘🤩

hadeccchhh ternyata bang darren juga blm bs menyadari perasaan cinta nya sendiri,,,dasar bang darren cwo kulkas 10 pintu,,,sini q bantuin buka pintunya satu" biar meleleh isi hatimu bang 😍😍😘😘

2023-02-18

2

Wislan Thu Wislan

Wislan Thu Wislan

huuuh dsar si Daren nggak da pekanya?

2022-07-22

1

Evelyn

Evelyn

dasar Darren gak sadar perasaan sendiri

2022-07-17

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Ban 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165 (END)
166 Promosi Novel Baru
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Ban 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165 (END)
166
Promosi Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!