Pagi menyapa bumi yang masih basah karena embun- embun masih setia menempel di dedaunan.
perlahan namun pasti matahari mulai naik memancarkan cahaya nya, yang menerangi seluruh alam.
hari ini Hermanto berniat mencari keberadaan anak dan istrinya, ia juga sudah mengambil cuti untuk tiga hari kedepannya.
pertama ia ingin mengunjungi Abang Dani yaitu saudara tertua istrinya yang berada dikota A.
jarak kampung tempat tinggal Hermanto dengan kota A adalah tiga jam perjalanan.
sebelum berangkat Hermanto sarapan karena ia enggan untuk singgah dijalan pasti akan memakan waktu lebih lama pikir nya.
setelah selesai sarapan ia pun menaiki motornya, sebelum mengendarai motor itu Hermanto memanjatkan doa terlebih dahulu agar pencarian nya berbuah hasil.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
sementara itu dikediaman Lina
'' ibu aku mau sekolah ditempat yang lama saja aku tidak mau sekolah disini, aku tidak mengenal mereka '' ucap Adi merengek
'' Adi kami jangan seperti ini nak, kamu ga kasian sama ibu, adik mu menangis kamu juga seperti ini, ibu lelah nak '' ucap Lina meminta pengertian pada anak tertua nya itu
'' kalo begitu ibu antar saja Adi kerumah ayah, Adi ga mau sekolah disini '' ucap Adi merajuk, karena ia masih belum bisa menerima lingkungan baru, tempat tinggal nya sekarang
Lina terdiam, selama ini ketiga anaknya memang lebih dekat dengan sang ayah, namun Lina juga tidak menyangka jika akan menjadi seperti ini.
ia merasa anak-anak nya hanya sayang kepada ayah nya saja.
'' Adi kami kenapa bicara seperti itu nak, kamu tidak sayang dengan ibu?? '' tanya Lina dengan mata berkaca-kaca
melihat raut wajah ibunya yang sedih Adi terdiam, bukannya ia tidak sayang pada sang ibu, tetapi ia hanya belum siap untuk sekolah ditempat yang baru.
kenapa ibunya tidak mau mengerti Adi.
keduanya diam sejenak, akhirnya Adi pun buka suara '' Adi sayang ibu, tapi Adi tidak mau sekolah disini '' ucap Adi kembali
mendengar jawaban anaknya Lina menghela nafas panjang dengan berat hati ia membawa Adi kembali pulang kerumahnya dan memikirkan cara lain untuk sekolah anaknya nanti.
Lina menaiki ojek untuk sampai dirumahnya memakan waktu lima belas menit.
Lina sengaja meninggalkan Yoan dan Alisa dirumahnya dengan bik sari agar nanti saat mendaftar kan Adi tidak terganggu.
'' ini ongkos nya pak, terimakasih '' sebut Lina saat ia sudah sampai didepan rumah nya
'' sama-sama neng '' sahut pak ojek tersebut
Lina membawa Adi masuk kedalam rumah, ia sedikit tergesa karena mendengar suara tangisan Alisa.
'' bik... Alisa kenapa ??'' tanya nya khawatir
'' neng Alisa panas buk, dia selalu memanggil ayah nya dari tadi '' ucap bik sari
'' astagfirullah kenapa jadi begini nak,?? tadi saat ibu pergi kamu baik-baik saja '' ucap Lina sambil meraba dahi Alisa
'' bik ayo kita bawa ke puskesmas '' ajak lina
'' tapi Yoan dan Adi tidak ada yang menemani buk '' seru bik sari
'' aduh kenapa aku sampai lupa begini '' ucap Lina
'' ya sudah bibik temani mereka, saya akan pergi sendiri ''
'' Adi, Yoan kamu nurut sama bibik ya, jangan nakal '' pesan Lina sebelum pergi
'' baik bu... '' sahut keduanya
Lina pun meninggalkan rumah nya sambil menggendong Alisa.
Alisa terus saja memanggil ayah nya, Lina panik karena tangan dan kaki anaknya mulai dingin.
'' aduh mana lagi ojeknya kok belum datang '' kata Lina gelisah
'' ya Allah kenapa jadi begini, apa aku harus hubungi bang Hermanto '' batin nya bingung
ojek yang ditunggu pun tiba, Lina langsung aja menaiki nya dan meminta diantar ke klinik terdekat agar anaknya mendapat perawatan lebih cepat.
...----------------...
'' aduh ibuk, anak ibuk panas nya tinggi sekali '' ucap Bu bidan yang menangani Alisa
'' tolong bantu saya buk bidan, '' hanya itu yang mampu Lina ucap kan
'' dimana ayah nya, kenapa tidak diajak, kasian dia selalu memanggil ayah nya '' ujar buk bidan
'' nanti saya akan hubungi suami saya buk bidan, beliau sedang bekerja'' ucap Lina beralasan
'' hemmm baiklah, kami akan tangani dulu anak ibuk, ibuk tunggu disini dulu ya '' sebut perawat yang membantu bidan tersebut.
'' baiklah'' jawab Lina pasrah
......................
sementara itu Hermanto telah sampai dikediaman Dani saudara tertua Lina. '' ada apa kamu kemari? dan dimana Lina juga anak-anak mu '' tanya Dani
Hermanto terkejut mendengar pertanyaan Abang ipar nya itu, jika ia bertanya tentang Lina sudah bisa Hermanto pastikan bahwa Lina tidak ada disini.
'' tidak ada bang kebetulan aku dari rumah teman, memenuhi undangan. jadi aku sekalian mampir'' ucap Hermanto berbohong
'' oo begitu, ayo diminum kopi nya '' sebut Dani
'' baik bang terimakasih '' ucap nya lalu meminum kopi yang sudah disuguhkan oleh Neni istri dari kakak iparnya.
hubungan mereka memang tidak dekat, mungkin karena ekonomi Hermanto jauh dibawah mereka sehingga mereka pun selalu memandang sebelah mata kepada adik ipar nya itu.
karena itu juga Hermanto enggan bercerita masalah keluarga nya.
'' oh ya ngomong-ngomong apa rumah kalian sudah siap, terkahir bertemu Lina dia bilang akan membangun rumah, padahal aku sudah katakan tidak usah bangun rumah dulu, lebih baik uang nya diambil untuk modal usaha saja, tapi dia tidak mau mendengar kan aku makanya kehidupan kalian tidak berubah.
dari dulu pas-pasan terus, kamu lihat aku dan kakak mu sudah punya mobil rumah bagus dan usaha kami juga lancar '' ucap nya entah memberikan nasehat atau lebih tepatnya menyombongkan diri hanya di lah yang mengetahui nya.
'' tidak apa bang, anak-anak masih sangat kecil, ia membutuhkan lina, sementara aku kan Abang tau sendiri jadwal kerja ku tidak menentu'' jawab Hermanto seadanya ia tidak pernah merasa tersinggung dengan ucapan Abang ipar nya itu, karena menurutnya semua orang memiliki pemikiran masing-masing.
'' jadi hal ini yang membuat Lina belakangan ini sering meminta mu ucap mengizinkan nya membuka usaha, maafkan aku Lina aku tidak tahu jika kamu mendapat tekanan seperti ini dari Abang mu '' batin Hermanto
'' ah... anak-anak kan bisa diasuh oleh pembantu, kamu saja yang membuat dirimu repot '' ujar Dani kembali
Hermanto hanya tersenyum menyahuti ucapan Abang ipar nya itu.
'' aku justru lebih senang, jika kami sendiri yang mengurus anak-anak bang. dan tidak merasa direpotkan oleh mereka '' ucap Hermanto
'' hah... ya sudah lah terserah kalian, kalian memang lebih betah juga hidup susah '' ejk Dani
merasa pembicaraan mereka sudah membuat Hermanto tak nyaman, Hermanto pun berniat untuk pamit pada Abang ipar nya itu.
kebetulan adzan Dzuhur berkumandang Hermanto bisa pergi tanpa menyakiti Abang ipar nya itu.
'' Alhamdulillah sudah adzan bang, ayo kita ke mesjid bang '' ajak Hermanto
'' kamu duluan saja, aku menyusul nanti '' sahut Dani acuh
'' hemm baiklah bang, kalo begitu aku sekalian pamit, karena aku akan mampir juga dirumah kak Leli, takut nya kemalaman bang '' sebut Hermanto sambil menyalami Abang ipar nya
'' hemmm baiklah, sampai kan salam ku pada Lina dan anak-anak '' seru Dani
'' baik bang, aku pamit ya bang '' ucap Dani dan mengucapkan salam
dari dalam rumah istri dani hanya mengintip kepergian adik ipar nya itu tanpa berniat menghampiri mereka.
'' untuk apa ia datang, apa mereka mau pinjam uang '' batin nya menatap cemooh pada Hermanto
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments