Baruna terdiam seribu bahasa. Dia hanya bisa menatap lekat mata Floretta yang juga ikut menatapnya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Flo, wanita yang terlihat berpenampilan sangat polos di matanya itu ternyata adalah penari seksi bertopeng yang menjadi idola di nightclub tempatnya biasa nongkrong bersama kawan-kawannya.
Setelah mengetahui semua hal itu, berbagai tanya kini muncul memenuhi hatinya.
"Kenapa kamu ..." Baruna menggelengkan kepalanya.
"Aku terpaksa melakukan semua ini, Baruna!" ucap Flo, memotong pertanyaan Baruna. Dia sudah langsung tahu, akan kemana arah pertanyaan Baruna kepadanya.
Flo menundukkan wajahnya, tiba-tiba ada rona kesedihan tersirat dari wajahnya.
Baruna kembali hanya diam dan menatap wajah Flo dengan tatapan penuh tanda tanya. Namun, tatkala melihat wajah itu berubah sendu, Baruna tidak lagi ingin bertanya apapun. Dari raut wajah Flo saat itu, jelas menunjukkan rasa tertekan. Sudah pasti, profesinya sebagai seorang penari seksi di klub malam itu, dilakukannya dengan sangat terpaksa.
"Baruna, ayo! Kita harus segera pergi dari sini, sebelum orang-orang itu mengejar kita!" Terdengar lagi suara teriakan Jeffrey, memanggilnya dari dalam mobil yang dikendarainya bersama Tobias. Mobil itu melesat cepat mendekat ke arahnya.
Baruna segera menoleh ke arah jalan dan menaikkan tangannya untuk menutupi matanya yang seketika silau oleh sorot lampu mobil Tobias, yang mengarah tepat ke posisinya saat itu.
"Pakai lagi topengmu, Flo!" perintah Baruna kepada Flo, karena dia tidak ingin Jeffrey dan Tobias melihat wajah asli Flo.
Tanpa membantah, Flo bergegas memakai kembali topengnya.
Baruna lalu menarik tangan Flo mengajaknya ikut masuk ke dalam mobil Tobias. Mobil itu pun kembali melaju cepat meninggalkan tempat itu.
"Hei, kamu sexy dancer yang di club itu kan?" tanya Jeffrey kepada Flo, saat mereka semua ada di dalam satu mobil yang kini tengah melaju kencang di jalan kota.
Flo hanya menundukkan kepalanya dan tidak menjawab pertanyaan Jeffrey.
"Kenapa kamu lari dari pria tadi? Kalau aku perhatikan laki-laki itu pasti banyak uang kan?" Karena Flo tidak menjawab pertanyaannya, Jeffrey kembali melanjutkan bertanya.
Seperti desas-desus yang pernah mereka dengar di club itu, Jeffrey tahu kalau Flo dikabarkan bersedia menjual kegadisannya dengan harga yang sangat tinggi. Di pikiran Jeffrey, pria tambun yang tadi ingin menangkap Flo pastinya sudah membayarnya sangat mahal.
Lagi-lagi Flo hanya terdiam, dia bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan Jeffrey. Karena apabila dia menjawab, Jeffrey pasti akan kembali bertanya macam-macam kepadanya.
"Diam kamu, Jeff! Jangan tanya macam-macam dulu kepadanya, dia masih shock dengan kejadian tadi!" sergah Baruna. "Antarkan saja kami ke villaku sekarang!" perintah Baruna. Menyadari Flo yang hanya diam tidak menjawab, dia segera mengalihkan semua pertanyaan Jeffrey.
.
Saat tiba di entrance villa yang disewanya, Baruna segera membawa Flo turun dari mobil.
"Selamat bersenang-senang, Bar! Setelah kamu bosan, boleh lah bagi-bagi sama kita," bisik Jeffrey menyeringai.
Baruna tidak menjawab, dia hanya mencebikkan bibirnya dan mengarahkan tatapan tajamnya kepada Jeffrey sambil menarik tangan Flo, membawanya bergegas masuk ke dalam villanya.
Tanpa rasa ragu, Flo bersedia ikut masuk ke villa itu. Entah mengapa, tidak ada takut yang dirasakannya terhadap Baruna. Walau dia tahu Baruna tinggal sendiri di villanya, tetapi Flo tidak sedikitpun khawatir kalau Baruna bisa saja melakukan hal yang tidak baik terhadapnya.
Sampai di villa itu, Flo langsung duduk di sofa living room seraya melepaskan topengnya.
"Minum dulu, Flo!" Baruna menyodorkan sebotol air mineral kepada Flo. Dengan segera, Flo meraih botol air itu dari tangan Baruna dan meneguknya sampai habis. Semua hal yang terjadi terhadapnya tadi, sudah membuat tenggorokannya sangat kering.
"Terima kasih banyak, Baruna. Kamu sudah menolongku untuk yang kedua kalinya," ucap Flo merasa berhutang budi karena Baruna sudah menyelamatkannya dari pria yang ingin menangkapnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Flo?" tanya Baruna. Sesungguhnya dia sangat penasaran dengan sosok wanita yang kini ada di hadapannya itu, banyak hal yang ingin diketahuinya dari seorang Floretta. Baruna lalu ikut duduk di sofa di hadapan Flo sambil menatap wajahnya.
"Kamu sudah tahu tentang diriku, Bar. Setelah kamu tahu siapa aku dan apa pekerjaanku yang sebenarnya, aku yakin kamu sudah tidak akan mau lagi berteman denganku." Flo menundukkan wajahnya tidak berani membalas tatapan Baruna. Dia tahu Baruna pasti akan memandangnya sebelah mata, setelah mengetahui profesinya sebagai seorang wanita malam yang rela mempertontonkan auratnya kepada banyak orang hanya untuk mendapatkan sejumlah rupiah.
"Apa aku ada mengatakan hal seperti itu, Flo?" bantah Baruna.
"Aku tahu, pekerjaanku ini memang sangat hina, Baruna. Sudah pasti semua orang akan memandang rendah terhadapku."
"Itu menurutmu saja, Flo. Aku sama sekali tidak ada menganggapmu seperti itu."
"Aku butuh banyak uang untuk biaya hidupku, Bar. karena itulah aku terpaksa melakukan pekerjaan ini," terang Flo sambil terus menundukkan kepalanya. Tiba-tiba saja ada genangan air mata di sudut matanya.
"Butuh uang?" Baruna menautkan kedua ujung alisnya.
Baruna lalu memegang pundak Flo dan mengangkat dagunya serta menatap mata biru milik Flo yang kini tampak basah oleh air matanya.
"Pekerjaan itu sangat beresiko untuk seorang gadis secantik kamu, Flo. Sebaiknya mulai hari ini kamu berhenti menjadi penari di club itu!" tegas Baruna. Ada rasa tidak terima di hatinya apabila Flo harus menjadi seorang penari erotis. Apalagi dia kini tahu kalau pekerjaan itu dilakukan Flo, dengan sangat terpaksa.
"Kalau aku tidak bekerja di club itu, lalu aku mesti kerja dimana, Bar?" Flo kembali menitikkan air mata. Keterpaksaan itu semakin jelas nampak di raut wajahnya.
"Aku hanya lulusan SMA. Aku sudah pernah melamar banyak pekerjaan, tapi tidak ada perusahaan yang mau menerima seorang yang tidak punya pengalaman seperti aku," lanjut Flo, membeberkan semua kisahnya.
"Aku hidup sebatang kara, Bar. Aku tidak punya keluarga. Papaku sudah lama tiada dan mamaku sudah meninggalkan aku dan kakakku semenjak aku masih sangat kecil."
"Lalu, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Diaz? Kenapa kamu tidak mau tinggal bersamanya dan kamu selalu bilang dia adalah orang yang jahat?" tanya Baruna. Merasakan Flo sudah mulai mau menceritakan tentang dirinya, Baruna mencoba mengorek banyak hal dari Flo.
"Hidup kakakku itu sangat keras, Bar. Dia adalah pimpinan komplotan penjahat dan pembuat onar. Dia mendapatkan banyak uang dengan cara yang tidak halal. Karena itulah aku tidak mau tinggal bersamanya," beber Flo.
"Komplotan penjahat?" Lagi-lagi Baruna mengerutkan keningnya serta membulatkan matanya.
"Iya, Baruna. Aku dan Kak Diaz dulu sama-sama hidup terlunta-lunta, kami tidak punya siapa-siapa. Karena itulah kami terbiasa hidup keras di jalanan. Dulu saat kami masih hidup susah seperti itu, Kak Diaz begitu menyayangiku. Tapi setelah dibutakan oleh uang, kakakku itu menjadi sangat ambisius. Dia bahkan tega berniat menjualku kepada orang yang akan memberinya banyak harta dan kekuasaan!"
Flo menghela nafas dalam-dalam, air mata semakin tidak tertahankan mengalir di pipinya. Semua kepahitan yang diceritakannya kepada Baruna, membuatnya terlihat sangat sedih.
Baruna mengusap wajahnya. Mendengar pengakuan jujur Flo, hatinya menjadi terenyuh. Dia menyadari bahwa kehidupan Flo sangat keras, sehingga memaksanya melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak pernah dia inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Don't Ask Myname
Baruna bantu Flo...
jadikan dia kekasihmu 😍😍😍
2022-08-07
0
Hanifa Wilda Amrullah
kasian flo, tp ttp tegar berjuang sendiri demi kehidupan. pen nangis aq
2022-08-03
1
Aditha S
next Flo jodoh sama Baruna
2022-07-24
1