Baruna menghela nafas perlahan dan kembali menatap mata biru milik Flo lebih lekat.
"Tadi di club itu, aku tidak sengaja mendengar transaksi antara seorang wanita bersama pria yang ingin menangkapmu tadi, Flo. Selama ini aku juga sering dengar rumors kalau kamu akan ..." Baruna menghentikan ucapannya. Ketika melihat Flo yang kembali menundukkan wajahnya, Baruna memilih mengurungkan niatnya menanyakan sesuatu yang masih mengganjal di benaknya tentang Floretta.
"Aku tahu, Baruna. Bukan hanya kamu, semua orang pasti menyangkakan itu padaku," balas Flo dengan cepat memotong kalimat pertanyaan Baruna yang belum diselesaikannya. Perlahan Flo mengangkat wajahnya dan ikut menatap Baruna.
"Kalaupun aku bilang bahwa semua itu tidak benar, aku yakin kamu nggak akan percaya padaku, Bar." Flo menggelengkan kepalanya. Ucapannya kali ini menyiratkan banyak arti.
"Apa maksud kamu berbicara seperti itu, Flo? Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Baruna, penuh rasa ingin tahu.
"Aku berani menjalani pekerjaan itu, jadi aku juga harus siap dengan semua resikonya, Baruna." Air mata terus berlinang di mata Flo. Rasa tertekan itu semakin jelas terlihat dari raut wajahnya.
"Aku memang butuh biaya hidup, tapi aku sama sekali tidak berniat menjual kesucianku demi mendapatkan banyak uang, Baruna. Walau pekerjaanku hina, tapi aku tidak ingin menghinakan diriku serendah itu, Bar!" ungkap Flo dengan nada jengah.
"Semua itu lah yang sudah menimbulkan kesalahpahaman selama ini. Aku baru tahu kalau ternyata di luar sepengetahuanku, seorang mucikari di club itu sudah menjebakku. Dia sengaja mempromosikan kalau aku akan menjual kegadisanku. Tujuan mucikari itu melakukan semua ini hanya untuk mendapatkan keuntungan sendiri," beber Flo semakin terisak. Ada rasa kesal dan kecewa di hatinya, karena sudah merasa dibohongi oleh orang yang mempekerjakannya di club itu.
Baruna terus menatap wajah cantik di hadapannya dengan penuh perasaan. Penderitaan, hanya itu yang dapat dia rasakan dari semua yang diceritakan Flo kepadanya.
"Aku mengerti perasaanmu, Flo." Baruna perlahan mengusap air mata di pipi Flo dengan telapak tangannya.
"Aku juga sangat percaya padamu, Flo. Aku tahu kamu melakukan semuanya dengan sangat terpaksa. Karena itu, sekali lagi aku tegaskan padamu, tinggalkan pekerjaan itu. Kau tidak pantas bekerja di tempat itu lagi, Flo! Carilah pekerjaan yang jauh lebih layak tanpa harus merendahkan harga dirimu lagi!" tegas Baruna terus berusaha meyakinkan Flo agar tidak lagi bekerja di club itu.
"Pekerjaan apa, Baruna? Apa yang bisa dikerjakan oleh seorang wanita yang hanya berpendidikan rendah dan tidak berpengalaman seperti diriku?" Flo tampak ragu.
"Apa saja. Yang penting tidak bekerja sebagai penari di club itu lagi," sahut Baruna penuh penekanan. Tentu saja karena dia juga sangat yakin akan bisa mencarikan pekerjaan yang lebih layak untuk Flo.
Flo terdiam tanpa ingin menolak semua yang ditegaskan Baruna kepadanya.
Baruna tersenyum, untuk sesaat dia dan Flo saling menatap. Walau tidak ada kata terucap dari bibir mereka, tetapi seakan keempat mata mereka sedang berbicara. Seolah ada perasaan yang berbeda saat itu mengisi hati mereka masing-masing.
Flo kini sudah bisa mulai memasang senyum di bibirnya. Meski belum kenal banyak hal tentang Baruna, entah mengapa dia merasa sangat yakin kalau Baruna akan menjadi seorang penolong dalam kehidupannya dan bisa membantunya untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.
"Hmm ... sebenarnya kamu ini siapa dan apa pekerjaanmu, Baruna? Kenapa hampir tiap malam aku melihatmu ada di club itu bersama teman-temanmu?" Giliran Flo yang kini bertanya kepada Baruna. Sesungguhnya, rasa penasaran itu juga ada di benak Flo. Dari penampilan Baruna, Flo bisa menebak kalau Baruna bukanlah pria biasa.
"A-aku ... aku bukan siapa-siapa, Flo. Aku hanya pendatang. Tujuanku untuk berwisata di kota ini. Selain itu, aku juga sedang mencari pekerjaan disini," jawab Baruna sedikit gugup karena tidak bercerita jujur kepada Flo tentang siapa dirinya.
"Kalau aku menyebut nama papa, pasti Flo akan langsung tahu siapa aku, dan Flo pasti akan merasa canggung terhadapku," pikir Baruna dalam hati. Oleh sebab itu, dia memilih menyembunyikan siapa dirinya kepada Flo.
"Oh, pantaslah kamu menginap di villa ini, rupanya kamu pendatang disini." Flo hanya mengangguk. Tanpa ada keraguan, dia percaya saja dengan cerita karangan Baruna tentang dirinya.
"Sudah berapa lama kamu tinggal di kota ini, Baruna?" tanya Flo, berusaha lebih akrab lagi dengan Baruna.
"Baru sebulan," sahut Baruna berbohong lagi.
"Oh ya, Flo. Kamu tinggal dimana?" tanya Baruna segera mengalihkan.
"Aku tinggal di sebuah kontrakan kecil tak jauh dari sini, Baruna," jawab Flo.
"Kamu tinggal sendiri ya?" tanya Baruna sambil terus menatap mata Flo yang sudah mulai menghentikan tangisnya.
"Iya," sahut Flo singkat dan Baruna juga hanya menanggapi dengan menganggukkan kepalanya.
Baruna dan Flo terus berbincang di living room villa itu. Tanpa terasa hampir satu jam lamanya mereka saling bercerita dan keduanya terlihat semakin akrab.
Baruna sangat senang bersama Flo. Begitu pula dengan Flo, dia merasa nyaman dan tidak ada rasa canggung terhadap Baruna.
Meskipun di villa itu mereka hanya berdua, tetapi Flo sama sekali tidak ada rasa khawatir kalau Baruna akan berbuat hal buruk terhadapnya. Perlakuan sopan Baruna membuatnya merasa aman. Dia sangat bisa memastikan kalau Baruna pastinya adalah pria yang berhati baik.
"Baruna, sebentar lagi hari menjelang pagi. Aku pamit pulang ya! Kamu pasti mengantuk kan? Kalau aku masih disini kamu tidak akan bisa beristirahat," pungkas Flo karena tidak ingin berada lebih lama lagi di villa yang ditempati Baruna itu.
"Aku akan mengantarmu pulang, Flo. Ini masih gelap, jam segini masih sangat rawan kejahatan," ujar Baruna. Dia tidak tega kalau harus membiarkan Flo pulang sendiri. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi terhadapnya.
"Terima kasih banyak, Baruna. Kau selalu berbuat baik terhadapku," balas Flo senang dan tidak menolak tawaran Baruna untuk mengantarnya pulang. Ada Baruna di dekatnya, membuat dia merasa aman dan nyaman.
"Tidak masalah, Flo," sambut Baruna juga tersenyum manis kepada Flo.
Baruna lalu mengajak Flo keluar dari villanya dan memesan sebuah taksi untuk mengantarkannya ke rumah kontrakan Flo yang memang tidak terlalu jauh dari sana.
Di dalam taksi yang membawa mereka ke tujuan, Baruna dan Flo duduk bersebelahan di kursi penumpang. Namun, keduanya hanya diam tanpa ada percakapan apapun lagi terdengar di antara mereka.
Kalaupun sesekali mereka saling bertatapan dan sama-sama melempar senyuman, tetapi keduanya hanya bungkam. Keduanya hanya sibuk dengan perasaan masing-masing.
Baruna merasa sangat terkesan dengan ketegaran hati serta kejujuran gadis cantik yang sedang duduk di sebelahnya. Tanpa disadarinya, ada perasaan berbeda yang kini dirasakannya terhadap Floretta. Sebuah perasaan yang bahkan tidak pernah dia rasakan terhadap wanita manapun yang pernah dekat dengannya. Sehingga, ada keinginan untuk selalu menjaga dan melindungi gadis itu, kini tumbuh di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Santi Sukmawati
jarang coment, tp nyimak terus ! semngt thoorrr
2022-08-11
1
Don't Ask Myname
nah kan... pasti jodoh tu
2022-08-07
1
Hanifa Wilda Amrullah
jodoh kayaknya
2022-08-03
1