Alfin lalu memegang kedua pundak Diaz dan terus menatap wajahnya.
"Bagaimana kabar Aryo, papamu itu Diaz? Kenapa tadi kamu bilang dia sudah almarhum?" Alfin kembali bertanya, ada rasa ingin tahu dan penasaran terlukis dari wajahnya.
"Papaku sudah meninggal lima belas tahun yang lalu karena terkena penyakit jantung, Om," terang Diaz. Tiba-tiba saja, ada genangan air mata terlihat di matanya. Ada kesedihan yang terpancar saat dia bercerita.
"Lima belas tahun?" Alfin kembali membelalakkan matanya mendengar cerita Diaz.
"Iya, Om. Papa terkena serangan jantung mendadak karena terlalu stress memikirkan perusahaannya, yang waktu itu mengalami kemunduran sangat drastis. Bahkan, setelah perusahaan itu bangkrut, mama ku justru pergi meninggalkan papa, aku dan juga adikku Floretta, yang saat itu baru berusia empat tahun. Mama memilih pulang kembali ke negara asalnya dan meninggalkan aku dan Flo terlantar disini. Mama tidak sanggup hidup susah disini," beber Diaz menceritakan masa lalunya yang penuh dengan kepahitan.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Alfin mengusap dadanya.
"Sudah begitu banyak hal yang terjadi selama aku di penjara. Aku sungguh terasing dan tidak tahu apa-apa tentang dunia luar setelah mendekam disana. Dulu, papamu adalah rekan bisnis terbaik Om. Tapi ternyata sekarang dia sudah tiada," ucap Alfin ikut bersimpati mendengar cerita Diaz.
"Semua ini bisa terjadi karena laki-laki sombong yang bernama Arkha itu Om! Setelah dia berhasil merebut kembali perusahaan itu dari tangan Om Alfin dua puluh tahun yang lalu, dia langsung memutus semua kontrak kerjasama dengan perusahaan papa, sehingga perusahaan papa merugi besar bahkan harus gulung tikar!" Kobaran amarah itu semakin menyala di mata Diaz. Semua hal yang dia ceritakan kepada Alfin, sudah membakar sebuah dendam di hatinya semakin membara.
"Arkha ..." Alfin ikut tersenyum kecut mendengar satu nama yang disebut oleh Diaz.
"Arkha yang sudah menghancurkan hidupku! Dia yang sudah menjebloskan aku ke dalam penjara, dan gara-gara dia, aku sudah kehilangan orang yang paling aku cintai dalam hidupku!" geram Alfin dengan tatapan mata yang juga terlihat menyimpan dendam terhadap Arkha.
"Aku tahu semua itu, Om. Karena itulah, aku sengaja mengeluarkanmu dari penjara. Aku yakin, Om Alfin bisa membantuku untuk kita bersama-sama membalas dendam serta menghancurkan orang itu. Seperti aku merasakan kehancuran dalam hidupku dan juga keluargaku, seperti itu pula aku akan menghancurkan Keluarga Waradana!" Kegusaran Diaz semakin terpancar, kebenciannya kepada Arkha semakin membiak di dalam dadanya.
"Lalu apa rencanamu, Diaz? Apa kau sudah menyiapkan siasat untuk menjalankan semua pembalasanmu? Arkha bukan orang sembarangan, kita tidak akan dengan mudah bisa menumbangkan Arkha dan semua pengikutnya!" Alfin juga kini terlihat ragu. Dia sangat tahu kalau Arkha, yang sebelumnya merupakan sahabat masa kecinya itu, adalah pria yang tidak bisa dianggapnya enteng. Selain punya banyak pengaruh, Arkha juga sangat terpandang di kota itu.
"Itulah tujuanku membebaskan Om Alfin dari dalam penjara, Om. Aku tahu hanya Om yang paham banyak akan kelemahan Arkha. Aku yakin, apabila kita bekerjasama, kita akan bisa menumbangkan kekuasaan seorang Arkha Waradana," tegas Diaz dengan nada sarat akan sebuah penekanan.
Alfin hanya memangku dagunya dengan dua jarinya sambil menautkan dua ujung alisnya.
"Ok, Om setuju dengan rencanamu, Diaz. Kita akan sama-sama memikirkan bagaimana cara untuk menjungkir-balikkan Arkha. Om juga sangat membenci laki-laki congah itu!" geram Alfin sembari menganggukan kepalanya dan tersenyum sinis.
"Mulai hari ini, Om Alfin boleh tinggal di rumahku ini. Dan sekarang Om juga harus jadi pengikutku. Aku pastikan bahwa aku juga akan menjamin keselamatan Om selama tinggal disini!" tegas Diaz dan Alfin pun tidak menyanggah sama sekali apa yang ditegaskan Diaz kepadanya.
Sejenak Alfin memperhatikan wajah Diaz yang dipenuhi luka. "Itu ... wajah kamu kenapa, Diaz? Kenapa bonyok begitu? Apa kamu habis berkelahi?" tanya Alfin mencoba menerka.
"Hahh, ini semua juga ulah dari bocah bangs*t, anak laki-laki pertama dari Arkha itu, Om!" ucap Diaz ketus.
"Baruna! Anak kurang ajar itu semalam sudah berani memukuliku!" ujar Diaz berterus terang masih dengan suara geramnya.
"Apa ... Baruna?" Alfin kembali membulatkan matanya. Dia seketika ingat akan sebuah berita lama yang pernah disampaikan Livina, mantan istri pertama Arkha yang juga pernah menjadi mantan istrinya.
"Baruna itu kan, anak Arkha bersama Mutiara, wanita kampung yang dinikahi Arkha saat dia hilang ingatan," batin Alfin menggumam.
"Benar, Om! Baruna juga sudah dua kali menggagalkan rencanaku. Sebelum membalas dendam kepada Arkha, aku harus menghabisi laki-laki brengsek itu terlebih dahulu!" Diaz lagi-lagi menunjukkan kilatan api amarah di mata birunya.
Alfin juga tetap membalas hanya dengan anggukan kepala.
"Baruna adalah anak kandung Arkha, sudah pasti dia yang akan menjadi pewaris di Keluarga Waradana. Sedangkan Ardila, aku harus berjuang supaya dia juga mendapatkan hak yang sama di keluarga itu dan mendapatkan sebagian dari kekayaan Arkha!" dengus batin Alfin lagi.
"Baiklah, Om. Sekarang Om Alfin silahkan beristirahat dulu. Kita akan bahas apa rencana kita lagi nanti!" Diaz menjentikkan jarinya memberi isyarat agar Alfin keluar dari kamarnya.
"Oscar, tolong antarkan Om Alfin ke kamarnya! Suruh semua pelayan memberikan pelayanan terbaik untuknya. Semua kebutuhannya harus kita penuhi dengan baik selama tinggal disini!" perintah Diaz kepada asistennya.
"Siap, Bos!" sahut Oscar seraya mengantarkan Alfin keluar dari kamar Diaz.
Setelah Alfin dan Oscar keluar dari kamarnya, Diaz kemudian melangkah menuju sebuah meja hias di sudut kamarnya yang sangat luas itu. Perlahan tangannya meraih sebuah foto dengan bingkai kayu unik dari atas meja tersebut. Kedua netranya menatap lekat sebuah foto keluarga di balik bingkai kaca. Raut wajah Diaz tiba-tiba terlihat sangat sedih tatkala memperhatikan wajah orang-orang yang ada di dalam foto itu.
"Aku sangat merindukan semua orang yang ada di dalam foto ini," ucap Diaz lirih. Tanpa disadarinya ada bulir air mata yang menetes dari ujung matanya.
"Aku akan segera membalaskan semua yang papa rasakan selama ini, Pa." Diaz mengusap gambar wajah seorang pria di foto itu. "Gara-gara laki-laki yang bernama Arkha itu, keluarga kita jadi terpecah belah!" Diaz menggeram.
"Mama meninggalkan aku tanpa jejak. Dan sekarang, Flo juga tidak mau lagi ikut tinggal di rumah ini bersamaku." Diaz juga mengusap gambar dua wajah wanita di foto itu. Ada kegetiran yang nampak jelas di wajahnya saat dia memandangi sebuah foto lama dan nampak usang di hadapannya.
"Om Alfin kini sudah ada di rumah ini, aku sangat yakin dia akan banyak membantu usahaku untu menghabisi semua orang di Keluarga Waradana. Aku akan buat mereka semua bertekuk lutut dan memohon maaf di kakiku!" decak Diaz dengan tatapan nanar dan tersenyum licik, sambil kembali meletakkan foto itu di atas meja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
mama yuhu
kalau alfin tau dia hampir memperkosa anakn arsila..apa dia.masih mau bekerja sama menghancurkan arka?
pikir dulu alfin🙄🙄sudah d.penjara g kapok kapok
2023-08-02
1
Hanifa Wilda Amrullah
Baruna siap kena balasan donk... om arkha hati"....
2022-08-03
1
Don't Ask Myname
nah apa hubungan mereka thor?
2022-07-25
1