Salah seorang dari dua pria berbadan kekar dengan tubuh penuh tato itu pun langsung menyerang Baruna.
"Terima ini, Bocah Tengik!" Tanpa basa-basi, pria itu langsung mengarahkan sebuah pukulan ke arah Baruna. Namun, seperti biasa Baruna sangat cekatan menangkis dan balas mengarahkan pukulan yang sama kepada pria itu.
Perkelahian sengit tidak terelakkan terjadi di antara keduanya. Meski tubuh pria bertato itu jauh lebih besar dari pada Baruna, akan tetapi Baruna tidak dengan mudah bisa dikalahkannya. Justru, Baruna jauh lebih gesit menggerakkan badannya, menghindar dan menyerang pria itu dengan lebih lihai.
"Hyaaa!" pekik Baruna seraya menaikkan sebelah kakinya ke samping dan tendangan kuat itu mengenai tepat bagian belahan pangkal kaki pria yang dilawannya.
"Aarghh!" ringis pria itu merasakan sakit di bagian inti tubuhnya.
Bruuggh!
Seketika pria itu tersungkur dan tubuhnya terhempas ke tanah sambil terus mengerang kesakitan. Melihat lawannya sudah berhasil dilumpuhkannya, Baruna hanya tersenyum sinis lalu menoleh ke arah pria satunya lagi.
"Ayo maju dan lawan aku!" tantang Baruna seraya menunjukkan tatapan mata angkuhnya kepada pria itu.
Melihat kawannya berhasil dikalahkan oleh Baruna, pria itu terlihat sangat marah. "Jangan senang dulu! Giliran aku yang akan menghabisimu sekarang juga!" bentaknya sambil mengarahkan sebuah tendangan untuk Baruna.
Perkelahian sengit kembali terjadi. Kali ini, pria yang dilawan oleh Baruna cukup mumpuni, sehingga Baruna cukup dibuat keteteran melawannya.
Pria lainnya yang tadi sudah sempat dilumpuhkan oleh Baruna, perlahan mulai bisa berdiri lagi. Dengan sisa kekuatannya, dia ikut menyerang Baruna.
Disergap dua orang sekaligus, Baruna mulai sedikit terdesak. Akan tetapi, Baruna tetap tidak gentar. Meski dikeroyok, Baruna masih mampu berkelit dan menghindar dengan cukup lincah.
Jeffrey dan Tobias yang masih ada di dalam mobil terus memperhatikan Baruna dari kejauhan.
"Sepertinya Baruna tidak akan sanggup melawan dua pria bodyguard itu, Jeff. Apa sebaiknya kita bantu dia?" tanya Tobias merasa khawatir Baruna akan kalah melawan dua pria berbadan besar itu.
"Gila kamu, Tob! Kamu cari mati ya? Kalau Baruna saja kewalahan, apalagi kita?" tampik Jeffrey tidak mau ambil resiko.
Keduanya tetap diam di dalam mobilnya, mereka memilih tidak keluar karena gentar melihat kemampuan berkelahi pria-pria bertampang preman itu.
Di saat yang sama, wanita bertopeng yang disekap di dalam mobil, berhasil mencuri kelengahan pria berbadan tambun yang saat itu masih berdiri di sisi mobilnya dan asyik menyaksikan perkelahian dua orang pengawalnya melawan Baruna. Dengan cara mengendap-endap, wanita itu keluar dari mobil dan berusaha melarikan diri menjauh dari pria-pria itu.
"Wanita itu kabur! Cepat tangkap dia!" teriak pria tambun saat melihat wanita bertopeng berlari cepat menjauh dari mobilnya. Dia sendiri pastinya tidak mampu ikut berlari mengejar tawanannya itu. Perutnya saja terlihat sangat buncit, pastilah hal itu membuatnya sangat sulit untuk bergerak, apalagi berlari.
Mendengar teriakan itu, dua pria yang masih sengit berkeroyok menyerang Baruna langsung menoleh ke arah pria tambun dan menghentikan serangannya terhadap Baruna.
"Kau kejar wanita itu, aku akan singkirkan bocah ini dulu!" perintah seorang pria bodyguard kepada temannya. Pria yang disuruh itu pun langsung menurut dan segera berlari mengejar wanita bertopeng.
"Baruna ... lari, Bar! Susul wanita itu!" Terdengar teriakan Jeffrey dan Tobias tak jauh dari tempat mereka memarkirkan mobilnya. Mereka seolah sedang memberi sebuah isyarat kepada Baruna agar ikut berlari ke arah mereka.
Tanpa pikir panjang Baruna langsung berlari cepat menyusul wanita bertopeng.
"Hei! Jangan kabur Kamu! Dasar bocah pengecut!" geram pria itu merasa sangat marah karena Baruna berniat kabur darinya. Dia pun ikut berlari menyusul Baruna.
Gerakan kaki Baruna sangatlah cepat sehingga dia berhasil melewati dua pria itu, jauh mendahului mereka.
Bruugh!
Dua pria itu tiba-tiba jatuh tersungkur ke tanah secara bersamaan. Keduanya mengerang, merasakan sakit di bagian betisnya yang terlilit sebuah benda asing yang menjerat kaki-kakinya tanpa mereka sadari.
"Ha ha ha! Mampus kalian!" Jeffrey dan Tobias sama-sama terkekeh lalu menghampiri dua pria itu.
"Sekarang kita habisi saja dua pria ini, Jeff!" seru Tobias sambil mengarahkan pukulan dan tendangan bertubi-tubi ke arah dua pria yang sudah tersungkur disana. Hal yang sama juga dilakukan oleh Jeffrey. Dalam keadaan seperti itu, Jeffrey dan Tobias sangat mudah melumpuhkan dua bodyguard itu sekaligus, sehingga keduanya tidak lagi bisa berkutik.
Sebelumnya, Jeffrey dan Tobias memang sudah menyiapkan siasat. Mereka sengaja merentangkan kabel jumper mobil milik Tobias di tengah jalan yg akan dilewati dua pria itu dan dijadikan sebagai jebakan. Jeffrey dan Tobias kompak menarik ke atas kabel itu saat saat dua pria itu melintas di sana, sehingga mereka berhasil membuat kaki kedua pria itu selimpukan dan akhirnya keduanya pun jatuh terjerembab di atas jalan aspal.
Pria bertubuh tambun tampak ketakutan saat melihat kedua bodyguargnya sudah berhasil dilumpuhkan oleh Jeffrey dan Tobias. Pria itu lalu segera masuk ke dalam mobilnya dan segera tancap gas, dengan secepat kilat meninggalkan tempat kejadian.
"Aaw!" Wanita bertopeng itu meringis merasakan sakit di lututnya.
Di satu sisi jalan yang lain, tanpa sengaja dia menyandung sebuah batu saat ia tengah berlari, dan dia juga jatuh tersungkur di atas aspal yang sedang dilewatinya.
Wanita itu sudah cukup jauh berlari meninggalkan pria-pria yang ingin menangkapnya.
"Kau tidak apa-apa?" Baruna yang sudah berhasil menyusul wanita itu langsung menghampirinya dan mengangkat pundaknya untuk membantu berdiri dari tempat ia terjatuh.
"Tidak apa-apa," sahut wanita itu sambil berusaha membuat jarak dari Baruna. Wanita itu mengusap lututnya yang lecet dan mengeluarkan darah.
"Terimakasih kau sudah menyelamatkan aku lagi, Baruna." Sebuah kalimat terlontar spontan dari mulut wanita itu.
Baruna seketika membelalakkan matanya saat mendengar wanita yang masih mengenakan topeng di wajahnya itu menyebut namanya.
"Kau tahu namaku?" tanya Baruna heran.
"A-a-ku ..." Wanita itu menepuk keningnya seraya menghentikan ucapannya dan tiba-tiba terlihat gugup, seperti sedang merasa sudah salah bicara.
"Kau tadi ada di club itu kan?" Wanita itu balik bertanya, mencoba mengalihkan pertanyaan Baruna.
Baruna mengernyitkan keningnya, suara wanita bertopeng itu seperti tidak asing di telinganya. Diam-diam dia memperhatikan wajah di balik topeng yang masih dikenakan wanita itu. Dari balik temaram lampu penerangan jalan, Baruna merasa pernah bertemu dengannya.
"Kamu siapa? Apa kamu Floretta?" terka Baruna, merasa sangat penasaran. Setelah beberapa saat memandangi wajah yang memang sengaja tidak diperlihatkan oleh wanita di hadapannya, Baruna semakin yakin dengan dugaanya.
Wanita bertopeng itu menundukkan wajahnya. Tanpa ingin merahasiakan apapun lagi dari Baruna, wanita itu lalu perlahan membuka topengnya.
"Iya, kamu tidak salah, Baruna. Aku Flo," sahut wanita itu lirih sambil menunjukkan wajahnya kepada Baruna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Hanifa Wilda Amrullah
serasa ikut lari" ...
2022-08-03
2
Don't Ask Myname
Berasa nonton pilem action di bioskop 👍👍👍
2022-07-25
2
Aditha S
lanjutkan serta meninggalkan jejak
2022-07-24
1