"Aaw!" Jeffrey menyentuh pipinya yang terasa panas dan perih setelah mendapat dua kali tamparan keras oleh tangan Baruna.
"Maafkan aku, Bar! Aku sama sekali tidak tahu kalau dia ini kakakmu," lanjutnya menunjukkan rasa malu dan menyesal.
"Untung kau cepat datang. Kalau tidak, bisa jadi sebentar lagi kita jadi saudara ipar," kekeh Jeffrey berupaya menyembunyikan gugup dan juga rasa malunya kepada sahabatnya itu.
"Memangnya kamu pikir aku mau punya saudara ipar jelek, lemah dan menyebalkan seperti kamu?" ketus Baruna kesal dengan kekonyolan yang dibuat Jeffrey.
"Yah ... lagian, salah kamu bawa wanita cantik ke kamar ini tanpa sepengetahuanku. Jadinya aku kan-," seloroh Jeffrey bersungut sambil mengacak rambutnya sendiri dan tersenyum selengean.
"Apa, hah? Kau kira semua wanita sama, bisa kau tiduri kapan saja sesukamu?" seringai Baruna memotong ucapan Jeffrey.
"Aku yang booking dan bayar kamar ini, jadi suka-suka aku mau membawa siapa saja kesini, Jeff!" tegas Baruna dan tersenyum mencibir sambil mengarahkan telunjuknya ke wajah Jeffrey.
Melihat tingkah konyol Jeffrey, Baruna tidak lagi berpikir untuk menghajarnya. Meski kesal, dia tahu kalau Jeffrey juga saat itu masih dalam pengaruh alkohol sehingga Baruna tidak ingin melanjutkan kemarahannya kepada sahabat baiknya itu.
Baruna menoleh ke arah Ardila yang masih duduk gemetar di atas tempat tidur.
"Kakak Nggak apa-apa kan?" tanya Baruna merasa khawatir sekaligus bersalah terhadap Ardila seraya merangkul pundaknya erat.
"Maafkan aku, Kak. Tadi aku lupa kasih tahu Kakak kalau aku mengurung laki-laki lemah dan menjengkelkan itu di kamar mandi," sesal Baruna sambil melirik dan memberi tatapan miring ke arah Jeffrey, yang hanya diam mematung di hadapannya.
"Nggak apa-apa, Una," sahut Ardila dengan suara lirih dan gemetar masih belum bisa meredakan ketakutan.
"Kakak harus segera pergi dari sini, Una. Sudah dua kali Kakak nyaris ketiban sial disini," keluh Ardila seraya memegang tangan Baruna untuk mengusir semua rasa yang membuatnya merasa tegang saat itu.
"Iya, Kak. Segeralah pulang! Papa sama Mama pasti juga sudah menunggu."
"Cepat pakai baju ini, Kak!" Baruna menyerahkan sebuah paper bag kepada Ardila.
Sesaat dia menoleh ke arah Jeffrey yang masih ada di hadapan mereka.
"Heh! Kenapa kamu bengong disitu, Jeff?" bentak Baruna.
"Memangnya aku harus kemana, Bar?" sungut Jeffrey.
Baruna mendengus kasar dan menatap tajam ke arah Jeffrey. Dia kembali bangun dari tempat duduknya lalu mencengkram tangan Jeffrey, ditariknya di bawa masuk ke dalam kamar mandi.
Ceklek!
Baruna kembali mengunci pintu itu dari luar.
"Baruna, tolong jangan kunci aku disini lagi! Disini dingin dan basah, aku bisa masuk angin kalau harus tidur disini!" teriak Jeffrey memelas dari dalam kamar mandi.
"Rasain kamu, Jeff! Itu akibat kamu main sikat sembarangan!" ledek Baruna tersenyum sinis.
Tanpa memperdulikan teriakan Jeffrey, Baruna kembali menghampiri Ardila.
"Kakak pulang naik apa?" tanya Baruna kepada Ardila saat kakaknya itu sudah memakai baju yang baru saja dibelikannya.
"Naik taksi online, Una. Kakak sudah pesan melalui aplikasi," terang Ardila seraya melangkahkan kakinya hendak keluar dari kamar itu.
"Baiklah kalau gitu aku akan antar Kakak sampai di depan lobby," tawar Baruna, karena berniat memastikan kalau tidak akan terjadi lagi hal yang bisa membahayakan keselamatan kakaknya itu.
"Iya, Una." Ardila juga tidak menolak tawaran Baruna. Dia merasa aman saat adiknya itu ada untuk melindunginya.
"Kamu juga harus secepatnya pulang, Una. Orang rumah semuanya merindukanmu!" saran Ardila mengingatkan, sambil mengusap kepala adik tirinya itu.
"Pasti, Kak. Minggu depan aku pasti pulang," sahut Baruna patuh.
Baruna lalu mengantar Ardila menuruni lift menuju lobby utama di hotel itu untuk menunggu taksi di pick up zone area.
"Kakak jaga diri baik-baik ya. Dan ingat jangan cerita sama mama dan papa kalau aku sebenarnya sudah kembali dari Sydney," pesan Baruna saat taksi sudah tiba dan Ardila sudah masuk ke kursi penumpang bagian belakang.
"Baik, Una!" tanggap Ardila sembari mengancungkan satu ibu jarinya di hadapan Baruna.
Ardila melambaikan tangannya dari balik kaca mobil saat taksi itu mulai melaju keluar dari hotel itu, dan Baruna pun membalas hal yang sama.
Baruna terus menunggu Ardila disana sampai taksi yang ditumpangi Ardila benar-benar sudah menghilang dari penglihatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
mama yuhu
una naccal juga ehh
2023-08-02
0
Hanifa Wilda Amrullah
kasian ardila harus teriak" 2x dlm waktu singkat.
2022-08-03
1
Don't Ask Myname
Mabuk dan otong juga nakal sih, rasain tu jef 😄😄
2022-07-25
1