Menjelang dini hari, Baruna dan teman-temannya keluar dari night club itu.
"Aku cabut duluan, Bar!" seru Jeffrey seraya melangkah mendahului Baruna.
Jeffrey, Tobias dan beberapa temannya yang lain lalu meninggalkan Baruna yang masih berdiri di depan club menunggu taksi online yang dipesannya, datang menjemputnya.
Sambil menunggu, Baruna duduk di salah satu bangku di tepi jalan. Sesekali Baruna menekan keningnya, rasa pusing sedikit menyerangnya, akibat terlalu banyak minum malam itu. Baruna menyandarkan punggungnya di sandaran bangku dan menghela nafasnya pelan.
"Kenapa taksinya lama sekali? Mataku sudah mengantuk dan kepalaku sedikit pusing," sungutnya sambil terus memandangi layar ponselnya, mencari tahu posisi taksi yang dipesannya melalui sebuah aplikasi transportasi online.
"Ahh, sial! Dari tadi gagal terus, apa aplikasinya lagi error?" Baruna mendengus kesal karena belum berhasil memesan taksi untuk membawanya kembali ke villa tempatnya menginap malam itu. Beberapa kali dia mencoba memesan ulang taksi melalui aplikasi yang sama. Akan tetapi, usahanya terus saja gagal dan gagal lagi.
Dengan wajah kesal, Baruna lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menyusuri trotoar di pinggir jalan itu, berharap menemukan ada taxi meter yang masih ngetem di sekitar area tersebut. Suasana sangat gelap di area itu, sehingga Baruna menyalakan flashlight di ponselnya sebagai penerang jalannya.
Untuk sejenak Baruna menghentikan langkahnya dan menajamkan telinganya, saat mendengar suara derap kaki seseorang yang tengah berlari tidak jauh dari tempatnya berada saat itu. Perlahan Baruna mengarahkan pancaran sinar lampu senter di ponselnya ke arah datangnya suara. Dari balik temaram cahaya lampu senter itu, sekilas Baruna melihat seorang wanita tengah berlari mendekat ke arahnya.
"Tolong aku! Laki-laki itu ingin berbuat jahat terhadapku!" seru wanita itu dengan nafas terengah-engah menunjuk seseorang di ujung jalan. Dengan cepat wanita itu lalu menyelinap di balik punggung Baruna, untuk bersembunyi dari seseorang yang tengah mengejarnya. Wanita itu terlihat sangat ketakutan. Dengan tangan basah karena keluar keringat dingin dan gemetar, wanita itu terus bersembunyi di balik punggung Baruna serta memegang tangannya.
Di saat yang sama, sekilas Baruna melihat di kejauhan tampak seorang pria juga berlari cepat mendekat ke arahnya. Pria itulah yang tengah mengejar wanita itu.
"Siapa kamu, dan kenapa orang itu bisa mengejarmu di tengah malam seperti ini?" tanya Baruna. Dia sangat heran mengapa ada seorang wanita masih berkeliaran saat malam hari, terlebih ketika itu seorang pria terlihat tengah mengejar dan ingin menangkapnya.
Wanita itu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Baruna. Tubuhnya bergetar semakin ketakutan, tatkala melihat pria yang mengejarnya kini sudah ada di hadapan Baruna.
Di tempat itu sangatlah gelap sehingga Baruna tidak dapat melihat dengan jelas wajah orang-orang itu.
"Kamu tidak perlu menghindar dariku lagi, Flo! Sekarang ikut pulang denganku!" pekik pria di hadapan Baruna menegaskan sebuah ancaman terhadap wanita itu.
"Tolong aku, aku tidak mau pulang dengannya. Dia orang yang jahat!" bisik wanita itu, terus merengek berharap Baruna akan menolongnya.
Baruna terpaku di tempat semula, dia hanya diam dan tidak dapat berbuat apa-apa, karena dia tidak tahu permasalahan apa yang sedang terjadi antara kedua orang yang tidak dikenalnya itu.
"Ayo, Flo, aku akan membawamu pulang sekarang!" tegas pria itu lagi, seraya dengan cepat mendekat ke arah wanita itu dan menarik tangannya dengan sangat kasar.
"Tidak! Aku tidak mau. Tolong jangan paksa aku!" rengek wanita itu berusaha keras melepaskan cengkraman tangan pria yang menariknya. Akan tetapi tenaganya tidak sebanding dengan pria yang kini mencengkramnya dengan sangat kuat.
"Kalau aku tidak mau ikut pulang denganmu, lalu kau mau apa?" geram wanita itu sambil memberi tatapan sinis kepada pria di hadapannya.
"Aku akan memaksamu! Kamu harus pulang sekarang. Aku malu punya adik perempuan yang suka keluyuran malam-malam seperti ini!" bentak pria itu.
"Cih! Sejak kapan kau menganggap aku ini adikmu! Kamu hanya seorang yang sangat egois. Kamu adalah orang paling jahat yang pernah aku kenal!" balas wanita itu ikut membentak.
"Nggak perlu banyak omong! Sekarang ikutlah denganku!" teriak pria itu lagi. Dengan kasar pria itu lalu menarik wanita itu dan menyeretnya.
"Lepaskan! Aku tidak mau ikut denganmu. Jangan paksa aku!" rengek wanita itu, kembali memelas.
"Tolong aku! Aku tidak mau ikut dengannya," pekik wanita itu dengan nada suara semakin ketakutan. Dia terus mengarahkan pandangannya ke arah Baruna, yang hanya diam mematung di tempat semula.
Menyaksikan semua kejadian itu, seketika Baruna merasa iba melihatnya. Wanita itu terlihat sangat tertekan dengan ancaman pria yang menariknya dengan paksa. Meski tidak mengenal wanita itu, naluri kepahlawanan Baruna kembali meronta, dia paling tidak suka melihat seorang wanita dipaksa seperti itu, dan ia merasa harus menolong dan membebaskan wanita itu dari pria yang memaksanya.
"Tunggu ... hentikan semua ini. Lepaskan dia! Seorang pria tidak pantas memaksa seorang wanita dengan cara kasar seperti ini!" pekik Baruna menghentikan semua yang terjadi di hadapan matanya.
"Memangnya kamu siapa? Kamu tidak perlu ikut campur! Asal kamu tahu, dia ini adikku, jadi aku berhak melakukan apa saja terhadapnya, dan semua itu bukan lah urusanmu!" geram pria itu, tidak terima.
"Aku tidak peduli! Yang jelas, aku paling tidak suka melihat seorang wanita dipaksa seperti ini! Akan jadi urusanku juga, kalau kau punya niat jahat terhadapnya!" seringai Baruna sinis kepada pria itu.
"Alaahh, banyak bacot! Tidak perlu sok jadi pahlawan!" berang pria itu. Dia menjadi sangat marah karena Baruna turut campur dalam urusan pribadinya.
Pria itu lalu melepaskan kasar cengkraman tangannya dan mendorong tubuh wanita yang diakuinya sebagai adiknya itu ke belakangnya.
Dengan secepat kilat, pria itu menyerang Baruna dan mengarahkan sebuah pukulan ke wajah Baruna.
Meski di tempat itu sangat gelap, Baruna tetap dengan mudah menghindar dari serangan pria itu. Tanpa rasa gentar, Baruna ikut menyerang pria itu dengan brutal. Perkelahian sengit pun tidak terelakkan di antara kedua pria itu. Keduanya sama-sama sangat lihai, saling memberi tendangan dan pukulan bertubi-tubi serta saling menghindar dengan sangat gesit.
Plaakk!
Sebuah pukulan keras berhasil didaratkan Baruna di pipi pria itu, sehingga pria itu terjengkang dan terhempas beberapa jarak ke belakang. Di saat itu pula, Baruna kembali memutar badannya dan memberi sebuah tendangan tepat di perut pria itu.
Bruugh!
"Aarghhh!" Pria itu tersungkur ke tanah dan mengerang kesakitan.
Baruna tersenyum jumawa. Dia sangat bangga akan kemampuannya dalam berkelahi. Meski pria yang dilawannya juga cukup mumpuni dalam hal bela diri, tetapi Baruna tetap dengan mudah bisa mengatasinya.
Baruna lalu mendekati tubuh pria itu yang kini sudah terkapar di tanah. Baruna menarik kerah jaketnya dan menyeretnya menuju ke tempat yang sedikit lebih terang.
Baruna membelalakkan matanya saat mulai bisa melihat dengan jelas wajah pria itu.
"Diaz!" pekiknya.
Baruna sangat terkejut karena dia ingat pria di hadapannya itu adalah pria yang bernama Diaz. Pria yang hampir saja menodai kakaknya Ardila, beberapa waktu sebelumnya.
...----------------...
Tetap ditunggu vote, gift, like dan komennya ya, Guys ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
mama yuhu
lanjut
2023-08-02
0
mama yuhu
hahhh....kok diaz seperti penjahat kelamin yoo
emang betul adikmu atau adik ketemu gede nich😁
2023-08-02
1
Retno
jodoh Baruna datang....
2022-09-06
0