Malam semakin larut, tetapi jalanan kota masihlah terlihat ramai. Aktifitas malam masih mendominasi kehidupan kota yang selama dua puluh empat jam penuh seakan terus hidup dan tidak pernah tidur.
Tik! Tik! Tik!
Di rumah besar dan mewah Kediaman Waradana, tampak sepasang suami istri tengah duduk di sebuah sofa di ruang tengah rumah itu sambil memperhatikan jarum jam yang terus berdetik dan berputar pada sebuah jam dinding antik penghias sudut ruangan yang sangat luas itu.
Sesekali sang suami berdiri dan mondar-mandir dengan raut wajah tidak tenang.
"Sudah selarut ini tapi Ardila belum pulang juga. Entah kemana anak itu? Ponselnya juga tidak aktif." Pria itu menekan keningnya dan tampak sangat gelisah.
"Jangan terlalu mengkhawatirkan Ardila, Bang! Dia sudah dewasa, dan aku yakin dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri," hibur sang istri berusaha mengurangi kecemasan suaminya.
"Bagaimana aku nggak khawatir, Ra. Ponsel Ardila dari tadi tidak bisa dihubungi. Aku takut terjadi apa-apa dengannya."
"Kita berdoa saja semoga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Bang."
Ting! Tung ...!
Beberapa menit kemudian, terdengar bel rumah itu berdenting.
"Itu pasti Ardila pulang!" Pria itu segera melangkahkan kakinya menuju pintu utama di rumah itu.
Ardila menundukkan wajahnya tidak berani menatap wajah Arkha, papanya yang sedang berdiri di hadapannya, dan sudah membukakan pintu untuknya.
"Kemana saja kamu jam segini baru pulang?" cecar Arkha, memberi tatapan tidak senang ke arah Ardila.
"Ma-maafkan aku, Pa. Ta-tadi ... tadi ada itu, ee ... a-ada bimbingan tambahan dari dosen. Makanya aku terlambat pulang," terang Ardila tergagap dan gugup karena tengah berbohong kepada papanya.
"Apa kamu tidak lihat ini sudah jam berapa? Apa pantas seorang gadis masih berkeliaran di luar rumah malam-malam begini?" bentak Arkha, seraya menunjuk jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Dia merasa jengkel dengan kelakuan putrinya yang sudah membuatnya gelisah menantikan kepulangannya hingga hampir tengah malam seperti saat itu.
"Sudahlah, Bang. Biarkan Ardila masuk dulu. Kita bicara di dalam saja," sela Mutiara, mencegah suaminya memarahi putrinya.
"Ayo, Dila, cepat masuk!" ajak mutiara sambil merangkul pundak putrinya dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Duduk! Papa ingin bicara sama kamu!" suruh Arkha menegaskan perintahnya agar Ardila ikut duduk di sofa ruangan itu. Ardila hanya bisa mengangguk patuh, tidak berani melawan perintah papanya.
"Sekarang jelaskan ke Papa, kenapa kamu pulang selarut ini tanpa kasih kabar sama Papa?" tuntut Arkha dengan penuh penekanan seraya menatap tajam ke arah Ardila.
"Ponselku lowbat dan aku lupa bawa charger, Pa," kilah Ardila kembali berbohong dan terus menundukkan wajahnya.
"Apa kamu tidak bisa meminjam ponsel dari temanmu sekedar untuk mengabari papa atau mama?" Arkha tersenyum kecut, semakin kesal akan alasan tidak masuk akal yang diberikan Ardila.
"Sekali lagi maafkan aku, Pa! Tadi aku sangat sibuk mengerjakan tugas akhir, sampai-sampai aku lupa kasih kabar ke papa dan mama," sanggah Ardila mencari alasan untuk membela diri.
"Berapa kali harus papa ingatkan sama kamu, papa paling tidak suka melihat anak gadis keluyuran di luar rumah malam-malam begini! Apa kamu belum mengerti juga, kalau semua itu sangat membahayakan keselamatanmu?" tegas Arkha. Dia merasa kecewa karena Ardila tidak mengindahkan nasehat yang dia sering sampaikan kepada putrinya itu.
"Lain kali kalau kamu berani melanggar nasehat papa lagi, papa tidak akan segan kasih kamu hukuman!" Arkha menudingkan telunjuknya ke wajah Ardila.
"Sudah, jangan marahi Ardila lagi, Bang! Yang penting kan sekarang Ardila sudah tiba di rumah dalam keadaan baik-baik saja," potong Mutiara membela putri sambungnya itu. Dia tidak ingin Arkha terus-terusan memarahinya.
"Sekarang sudah malam, sebaiknya kamu ke kamar dan istirahat, Dila!" Mutiara memberi isyarat agar Ardila segera masuk ke kamarnya dan beristirahat.
Ardila mengangguk patuh dan segera melangkah menuju ke kamarnya.
"Kamu terlalu memanjakan anak itu, Ra. Karena itu lah dia jadi terbiasa melakukan apa saja sesuai kehendaknya sendiri," hardik Arkha kepada istrinya, saat Ardila sudah meninggalkan mereka di ruang tengah rumah itu.
"Jangan terlalu keras terhadap Ardila, Bang. Dia masih muda, tidak baik jika kita terlalu mengekangnya. Biarkan dia menikmati masa mudanya dulu," sahut Mutiara tidak terlalu risau akan kelakuan Ardila.
"Yang penting kan sekarang Ardila sudah pulang dan tidak terjadi apa-apa dengannya," pungkas Mutiara tidak ingin memperpanjang rasa jengkel suaminya.
"Sudah hampir tengah malam, kita juga harus istirahat, Bang. Ayo kita ke kamar, sebaiknya kita segera tidur!" ajak Mutiara sambil menarik tangan Arkha dan membawanya ke kamar mereka.
Tiba di kamar, Arkha dan Mutiara sama-sama merebahkan tubuh mereka di atas tempat tidur dan berbaring menengadah memandangi langit-langit kamarnya.
"Tidak terasa sudah dua puluh tahun kita hidup bersama di rumah ini, Ra," ucap Arkha mengenang perjalanan hidup mereka yang sudah selama dua puluh tahun hidup berbahagia bersama.
"Walau kita sudah punya tiga orang anak, entah mengapa aku sering merasa kesepian disini," keluh Arkha.
"Kenapa begitu, Bang? Memangnya kehadiranku tidak Abang anggap ya, kenapa bisa merasa kesepian seperti itu? Aku kan selalu ada buat Abang," protes Mutiara berseloroh manja.
"Bukan seperti itu, Sayang!" tangkis Arkha seraya membalikkan badannya dan tidur miring menghadap ke arah istrinya.
"Saat anak-anak kita sudah besar, justru kita sangat jarang bisa bersama mereka. Baruna masih di Sydney, sedangkan Arnav, sudah dua tahun ini melanjutkan kuliahnya di Perancis. Untunglah Ardila sudah tinggal lagi bersama kita di rumah ini. Itu sebabnya, aku sangat khawatir kalau sampai terjadi apa-apa dengannya. Walau Ardila bukan darah daging kita, tapi aku sudah menganggapnya seperti anak kandungku sendiri," celoteh Arkha berkeluh kesah dengan istrinya.
Sudah tiga tahun Ardila kembali ke rumah Kediaman Waradana. Sebelumnya, dia sempat tinggal bersama kakek dan neneknya yaitu orang tua dari Livina, ibu kandung Ardila, yang tinggal di kota lain. Alasan Ardila tinggal disana adalah karena perlakuan Oma Yuna yang selalu membeda-bedakannya dalam memberi kasih sayang dengan Baruna dan juga Arnav yang merupakan anak kandung Arkha dan Mutiara yang sebenarnya.
Ardila memang bukan cucu kandung Oma Yuna. Ardila hanyalah putri angkat yang dianggap sebagai anak kandung oleh Arkha. Setelah Oma Yuna memutuskan menghabiskan masa tuanya di Singapura bersama saudaranya, saat itulah Ardila bersedia kembali ke Kediaman Waradana dan tinggal bersama Arkha dan Mutiara serta melanjutkan kuliah untuk meraih gelar magisternya di kota itu.
"Baruna juga sebentar lagi pulang, Bang. Setelah dia menyelesaikan kuliahnya di Aussi, dia akan selamanya bersama kita lagi disini," balas Mutiara menanggapi curahan isi hati suaminya.
Mutiara lalu ikut memiringkan badannya sehingga keduanya tidur dengan posisi saling berhadapan.
"Iya, Ra. Saat Baruna sudah kembali nanti, aku akan mulai mengajarkannya untuk mengurus perusahaan. Setelah dia bisa menjalankan perusahaan sendiri dan menikah, kita akan lebih bebas menjalani masa tua kita. Aku juga ingin seperti Mama Yuna. Aku ingin menghabiskan masa retired di Singapore dan menetap disana." Arkha tersenyum menatap wajah istrinya, mengutarakan semua harapannya setelah mereka sudah tua nanti dan sudah tidak produktif lagi.
"Iya, Bang!" Mutiara hanya menjadi pendengar yang baik dan tidak terlalu serius menanggapi semua curhatan Arkha.
Sudah dua puluh tahun mereka menjalani rumah tangga dan hidup bersama, selama itu hanya kebahagiaanlah yang mereka nikmati bersama. Meski terkadang ada saja batu kerikil yang menjadi penghalang, semua itu dengan mudah mereka lalui, karena ketulusan cinta yang mengikat mereka selalu menjadi kekuatan mereka menghadapi semua aral melintang di hadapan mereka.
...----------------...
.
Jangan lupa untuk tetap dukung karya ini ya, Guys!
Give away akan Author berikan untuk pembaca setia yang paling banyak memberi dukungan setelah nanti karya ini berhasil di kontrak.
Vote, like, comment dan juga gift-nya selalu dinantikan ya...
So, jangan cuma jadi silent reader... Karena silent reader tidak berkesempatan mendapat give away 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
mama yuhu
kenapa anak kalian hanya 2?
g Mau nambah k😁😁🤗
2023-08-02
0
mama yuhu
salut buat ara dan arka
2023-08-02
1
mama yuhu
arka tipe orang tua yg protektif..meskipun bukan darah dagingnya tp dia bertanggung jawab
2023-08-02
1