"Tolong Kakak, Una! Laki-laki itu ingin memperkosa Kakak!" rengek Ardila dengan nafasnya yang tersengal sambil memegang erat tangan Baruna. Raut wajahnya terlihat semakin ketakutan saat melihat Diaz, pria yang ingin memperkosanya kembali bangun dan berdiri dari tempatnya tersungkur akibat pukulan Baruna sebelumnya.
"Kak Dila nggak usah takut, selama ada aku, pria brengsek ini tidak akan bisa menyakiti Kakak!" Baruna kembali mendelikkan kedua matanya memberi tatapan iblis ke arah pria yang berdiri terhuyung di hadapannya.
Diaz ikut menatap tajam dan tersenyum sinis kepada Baruna. Dengan ibu jari tangannya perlahan Diaz menyeka setetes darah segar yang ada di ujung bawah bibirnya karena terluka akibat bogem mentah yang tadi dihadiahkan Baruna di rahangnya.
"Siapa kamu! Berani-beraninya mengganggu kesenanganku!" bentak Diaz penuh kemarahan. Dia merasa sangat kesal dengan kehadiran Baruna yang sudah menggagalkan rencananya menggagahi Ardila.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku! Yang pasti, aku tidak suka dengan kelakuanmu yang memperlakukan seorang wanita dengan cara kasar!" tantang Baruna semakin tidak bisa menahan kemarahannya.
"Jangan sok jadi pahlawan kamu, Bocah Bau Kencur! Apa hubunganmu dengan wanita ini, sehingga kau berani menantangku seperti ini demi menyelamatkan dia? Apa kau belum tahu siapa aku, hah!?" Diaz terus membentak berang dan mengintimidasi.
"Kamu pikir aku peduli siapa kamu? Apa hubunganku dengannya juga bukan urusanmu! Kalau kau tidak ingin aku menghabisimu disini, jangan pernah berani coba-coba menyentuhnya lagi!" balas Baruna ikut membentak dengan sangat gusar dan matanya yang semakin menyala. Dia sama sekali tidak takut akan ancaman Diaz terhadapnya.
"Atau apa kau ingin aku melaporkanmu ke polisi atas tindakan pelecehan s**sual?" gertak Baruna sambil menaikkan telunjuknya ke arah Diaz.
"Cih! Tidak usah banyak bacot. Kalau kau berani, ayo hadapi aku secara jantan!" tantang Diaz tidak mau kalah.
Secepat kilat, Diaz mengarahkan sebuah pukulan ke wajah Baruna. Akan tetapi, Baruna juga dengan sangat mudah menangkisnya. Justru kini tangan Baruna lah yang berhasil mencengkram kepalan tangan Diaz bahkan jauh lebih kuat dari serangan Diaz.
Baruna mendelikkan matanya menatap tajam ke arah Diaz.
Krieett!
Sambil terus tersenyum sinis, Baruna memutar tangan Diaz ke belakang punggungnya dengan sangat keras dan penuh tenaga.
"Aarghh!" ringis Diaz merasakan sakit tak tertahankan seraya dengan cepat menarik tangannya, melepaskannya dari cengkraman Baruna.
"Hussh!" dengus Diaz semakin geram akan perlakuan Baruna. Tanpa pikir panjang, sekuat tenaga Diaz kembali melayangkan sebuah tendangan ke arah Baruna sambil memutar badannya. Dengan membabi buta, Diaz terus menghujani Baruna dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi.
Baruna yang cukup terlatih dalam hal bela diri, sangat mudah menangkis pukulan dan menghindar dari setiap tendangan Diaz. Baruna justru jauh lebih lihai memberikan beberapa kali pukulan tepat di bagian dagu serta dada bagian bawah Diaz sehingga Diaz kembali terjengkang dan ambruk ke lantai. Seketika cairan bening muncrat keluar dari mulutnya saat dia terkapar dan membentur dinding ruangan itu.
"Aarhhh!" Diaz kembali mengerang kesakitan sambil memegang perutnya dengan kedua tangannya. Untuk mencoba berdiri, kini dia sudah tidak sanggup lagi. Darah segar terus menetes dari hidung dan juga ujung bibirnya.
Tidak puas sampai disitu, Baruna lalu menarik kerah kemeja Diaz dan mencengkramnya kuat.
"Masih punya cukup nyali untuk melawanku?" cibir Baruna tersenyum sumbang. Dia sudah siap dengan kepalan tangannya dan berniat menghujamkan lagi bogemnya itu di wajah Diaz. Namun, Diaz sudah tidak sanggup lagi melawannya. Wajahnya lebam, babak belur akibat pukulan keras Baruna.
Ardila yang sedari tadi meringkuk di atas ranjang, merasa sangat ketakutan menyaksikan perkelahian sengit dua pria di hadapannya.
"Cukup, Una! Hentikan!" pekik Ardila, yang seketika membuat Baruna urung memukul Diaz.
"Jangan pukul dia lagi! Jangan pernah mencari masalah dengannya," sambung Ardila mencegah Baruna memukuli Diaz lagi.
"Hmmffhh!" Baruna tidak jadi memukul Diaz lagi. Tetapi, dia menghempaskan kasar tubuh Diaz ke lantai dan lagi-lagi tubuh Diaz menghantam dinding di belakangnya.
"Kali ini kau masih beruntung karena aku tidak akan menghabisimu disini. Tapi kalau kau berani mengganggu kakakku lagi, maka aku tidak akan segan untuk membunuhmu!" ancam Baruna penuh kemarahan dan menatap Diaz dengan pancaran mata iblisnya yang terlihat sangat menyeramkan saat dia sedang marah.
Baruna lalu menghampiri Ardila dan duduk di tepi ranjang. Baruna memeluk erat tubuh Ardila yang gemetar ketakutan.
"Kak Dila nggak apa-apa kan?" Baruna mengusap wajah Ardila yang tampak pucat. Keringat dingin juga terlihat membasahi keningnya. Baruna merasa kian cemas akan keadaan kakaknya saat itu.
"Kakak nggak apa-apa, Una. Kamu juga baik-baik saja, kan?" ucap Ardila turut mengkhawatirkan adiknya.
"Kakak tidak usah mengkhawatirkan aku. Sekarang ayo kita segera pergi dari sini!" ajak Baruna ingin secepatnya membawa Ardila pergi meninggalkan tempat itu.
"Tapi, Una ..." Ardila tetap diam tidak bergeming dari tempat duduknya. Menyadari hal itu, Baruna tidak jadi melanjutkan langkahnya dan menoleh ke arah Ardila yang masih duduk terpaku di atas tempat tidur di kamar itu.
"Baju Kakak robek, Una. Kakak tidak bisa keluar dengan keadaan seperti ini," ungkap Ardila dengan suara lirih sambil menundukkan wajahnya dan menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
Melihat keadaan Ardila yang seperti itu, Baruna langsung melepaskan jaket yang tengah dipakainya.
"Pakai ini, Kak!" ucapnya seraya menyerahkan jaket itu kepada Ardila.
Tangan Ardila segera menyambar jaket itu dari tangan Baruna dan segera mengenakannya.
Baruna lalu menarik tangan Ardila dan membawanya melangkah cepat keluar dari kamar itu, meninggalkan Diaz yang masih tergeletak di lantai tak sadarkan diri.
___________________
Di cerita ini Author akan memberikan give away untuk para pembaca setia.
So, Author tunggu like, comment, hadiah serta vote-nya. Buat yang memberikan dukungan terbanyak, Athor akan bagi give away setelah karya ini berhasil di kontrak dan akan berkelanjutan di minggu-minggu berikutnya. Setiap minggu akan ada satu orang pemenang hingga novel ini tamat.
Jangan sampai terlewatkan ya, Guys ...!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Tia Mts
lanjut
2022-10-02
1
Hanifa Wilda Amrullah
woow... baru awalan dah menegangkan ky lihat filmnya
2022-08-03
2
Don't Ask Myname
Seruuu thor lanjutkan....
2022-07-25
2