"Tob, aku pulang nebeng kamu juga ya! Susah mau pesan taksi di jam segini!" ujar Baruna kepada Tobias, saat dia dan teman-temannya baru saja keluar dari club itu. Waktu menunjukkan pukul satu dini hari saat mereka memutuskan pulang setelah puas bersenang-senang disana.
Baruna, Tobias dan juga Jeffrey bergegas masuk ke mobil milik Tobias, sementara teman-temannya yang lain pulang secara terpisah. Jeffrey duduk di kursi depan di sebelah Tobias yang akan mengemudikan mobil, sedangkan Baruna sendiri duduk di kursi penumpang bagian tengah. Mobil itu pun melesat dengan cepat, keluar dari area parkir club itu.
Belum seberapa jauh mereka meninggalkan club itu, di pinggir jalan terlihat sebuah mobil mewah tengah parkir dan dua orang pria berbadan kekar berpakaian ala preman tampak berjaga-jaga di sekitar mobil itu.
"Stop! Hentikan mobilnya, Tob!" pekik Baruna, sambil menepuk pundak Tobias dengan keras.
Triitt!
Suara rem mobil itu berderit saat rodanya bergesekan dengan aspal dan Tobias menginjak rem mobilnya sangat dalam.
"Aahh, d*mn! Apaan sih kamu, Bar? Mendadak menyuruh berhenti seperti ini!" sungut Tobias kesal karena perintah Baruna yang menyuruhnya menghentikan mobil secara mendadak, sukses membuatnya terkejut.
Saat itu mereka sudah melewati mobil mewah tersebut, namun jaraknya belum seberapa jauh dari sana.
"Iya, untuk apa kita berhenti disini," timpal Jeffrey juga terperanjat dan sedikit kesal sambil mengusap kepalanya yang sempat terbentur di headrest jok mobil saat mobil itu berhenti secara mendadak.
"Kalian lihat itu!" bisik Baruna sambil menunjuk ke belakang tanpa mempedulikan kekesalan dua sahabatnya yang terkejut akan perintahnya menghentikan mobil itu.
"Apa kalian melihat sesuatu yang mencurigakan di dekat mobil itu?" tanya Baruna sembari terus menoleh ke arah mobil mewah yang masih terparkir rapi, tanpa ada tanda akan bergerak sedikitpun dari tepi jalan yang sudah mereka lewati.
"Elleehh, hal seperti itu sudah biasa di tempat seperti ini, Bar. Paling lagi transaksi narkoba atau prostitusi," tanggap Jeffrey enteng tanpa rasa peduli ataupun menaruh kecurigaan seperti yang diungkapkan Baruna.
"Bukan itu ... coba kalian perhatikan baik-baik! Apa kalian lihat wanita dan pria yang ada disana?" bisik Baruna lagi sambil melebarkan pandangannya ke belakang menelisik ke arah mobil mewah itu.
Benar saja, kini terlihat seorang pria bertubuh tambun dengan kepalanya yang setengah botak sedang menyeret seorang wanita, memaksanya masuk ke dalam mobil mewah itu.
Seketika Jeffrey dan Tobias ikut mengarahkan pandangan mereka kebelakang. Keduanya lalu sama-sama mengerutkan keningnya saat melihat seorang wanita yang masih mengenakan topeng yang menutupi wajahnya, seperti tengah meronta dan mencoba melawan saat pria berbadan tambun itu menarik tangannya dengan kasar.
"Itu kan sexy dancer bertopeng yang di club tadi?" Tobias membulatkan kedua matanya. Begitu juga halnya dengan Baruna dan juga Jeffrey. Ketiganya langsung tercengang dan terdiam saling menatap tanpa berkata sepatah katapun, melihat yang tengah terjadi disana.
Baruna menekan keningnya, dia langsung teringat sebuah transaksi yang dilakukan dua orang di club sebelumnya.
"Wanita yang di club tadi bilang, penari bertopeng menjual kesuciannya dengan sukarela karena sedang butuh uang banyak, tapi kenapa pria itu seperti tengah memaksa penari bertopeng itu? Sepertinya wanita itu tidak rela ikut dengannya," pikir Baruna dalam hati.
Baruna lalu menurunkan kaca mobil di sebelahnya dan sedikit mendongakkan kepalanya agar dapat mengetahui lebih jelas kejadian di luar sana.
"Aku sudah membayarmu sangat mahal. Sebaiknya kamu tidak perlu memberontak seperti ini!"
Baruna menautkan kedua alisnya saat mendengar suara bentakan keras keluar dari mulut pria itu.
"Tidak! Tolong lepaskan aku! Aku tidak mau ikut denganmu. Ini semua salah paham, ini tidak benar. Aku bukan wanita seperti itu!" tolak wanita itu terdengar sedikit memelas.
"Sekali lagi, tolong lepaskan aku! Aku tidak butuh uangmu. Aku mohon, jangan lakukan apa-apa terhadapku!" Kini nada suara wanita itu sedikit bergetar, seperti tengah menahan rasa takut yang teramat sangat.
Baruna berusaha menajamkan pendengarannya. Sepintas lalu, suara wanita itu seperti tidak asing di telinganya.
"Kenapa aku seperti pernah mengenal suara wanita itu?" Baruna terus berpikir dan menerka-nerka.
"Jangan sok jual mahal!" Kembali terdengar bentakan dari pria itu.
"Kalau kau bisa memuaskanku malam ini, aku akan memberimu uang yang sangat banyak. Bahkan semua kebutuhanmu akan aku penuhi. Kau bisa hidup enak selamanya!" Suara keras pria itu terdengar penuh penegasan.
"Tidak, jangan paksa aku!" Wanita itu terus menolak sambil terus meronta mencoba melepaskan tangan pria itu yang masih sangat kuat mencengkram tangannya serta membekap mulutnya.
"Tolong! Tolong!" teriak wanita itu sekencang-kencangnya hingga suaranya semakin serak.
Baruna mengurut dadanya mendengar teriakan minta tolong wanita itu, yang seperti sangat tidak berdaya melawan pria yang menariknya paksa untuk masuk ke dalam mobilnya.
Seketika saja rasa ingin menolong muncul di memenuhi jiwanya. Dengan cepat tangan Baruna menarik door handle di pintu mobil dan ingin segera keluar dari sana.
"Jangan, Bar! Kita tidak perlu berurusan dengan orang-orang itu!" cegah Tobias, sambil menekan tombol central lock mobil yang ada di pintu bagian depan di sebelah kursi kemudi, sehingga Baruna tidak bisa keluar dari mobilnya.
"Sialan kamu, Tob! Cepat buka pintunya! Aku harus menolong wanita itu!" bentak Baruna merasa kesal karena Tobias mengunci pintu mobil itu dan Baruna tidak bisa keluar dari dalam mobilnya.
"Tobias benar, Bar. Kita jangan cari masalah dengan orang itu. Lihat saja penampilan pria itu, sepertinya dia bukan orang sembarangan. Kau lihat dua orang bodyguard-nya itu? Sepertinya mereka sangat kuat, kita tidak akan mampu melawan mereka!" tegas Jeffrey ikut menimpali.
"Aaah, kalian berdua pengecut!" umpat Baruna kesal.
"Aku sama sekali tidak takut dengan mereka! Sekarang buka saja pintunya, Tobias! Aku sendiri yang akan menghadapi mereka!" perintah Baruna sambil menarik kerah jaket Tobias dari belakang dengan kasar.
"I-i-iya, Bar! Akan aku buka." Tobias menyentuh lehernya yang tercekik karena Baruna menarik kerah jaketnya sangat keras. Tangan kanannya langsung meraba central lock dan menekan tombolnya untuk membuka kunci otomatis di pintu mobil.
Setelah Baruna bisa membuka pintu mobil, dia langsung berhambur keluar dari mobil itu dan berlari mendekati pria yang saat itu sudah berhasil mendorong paksa wanita bertopeng itu masuk ke dalam mobilnya dan menguncinya disana.
"Hentikan! Kau tidak pantas memaksa seorang wanita seperti itu!" pekik Baruna sambil memberikan tatapan tajam ke arah pria itu.
"Hei, siapa kamu berani melarangku?" sinis pria itu terlihat tidak senang dengan kehadiran Baruna yang berani mencampuri urusannya saat itu.
"Aku tidak suka melihat caramu memaksa seorang wanita seperti itu!" bentak Baruna sambil menaikkan telunjuknya di depan wajah pria itu.
"Aku tidak punya waktu bermain-main dengan bocah ingusan sepertimu!" Pria itu ikut membentak dan mendelikkan matanya ke arah Baruna.
"Kalian berdua, beri pelajaran anak kecil ini supaya dia kapok! Berani-beraninya dia coba menggangguku. Sepertinya dia belum tahu siapa aku!" Pria itu menaikkan tangannya memberi kode perintah kepada dua bodyguard-nya untuk segera menyerang Baruna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Hanifa Wilda Amrullah
perang lagi....hayuukkkk ciat..ciat
2022-08-03
1
Don't Ask Myname
yo yo go...
berkelahi lagi... bakalan seruhh
2022-07-25
1
Aditha S
banyak berantemnya sukaaa
2022-07-24
1