#20
Aku dan Kak Arsen melewati Minggu dengan bersepeda di komplek perumahan, tawa kami saling bersahutan apalagi pas sepeda kami lagi-lagi saling hampir bertabrakan.
"Berhenti, capek!" keluhku sambil ngos-ngosan. Turun dari sepeda.
Kak Arsen yang sudah lebih dulu berjalan di depan putar arah menghampiriku.
"Minum," ia menyodorkan sebotol air minum. Aku menerimanya dan meminum air pemberian Kak Arsen.
Ia menarik handuk dari kantong celana pendeknya, menggunakannya untuk menyeka keringatku yang membasahi wajah. Aku hanya tersenyum menerima perlakuan manisnya.
"Ada bakso, makan?" tawar Kak Arsen sambil menunjuk Abang kang bakso yang mangkal di tepi jalan.
"Hemm,,,," anggukku antusias. Memberikan kembali botol air pada Kak Arsen dan melanjutkan mengayuh sepeda mencuri start.
"Yang nyampek duluan, menang!" seruku senang.
"Hei, curang!" teriak Kak Arsen yang baru menyadari kecuranganku.
Aku tergelak, begitupun Kak Arsen.
Kami memesan dua mangkuk bakso. Makan bersama di tepi jalan sambil suap-suapan. Sangat menyenangkan. Aku bahagia.
Langit sore tiba-tiba mendung, musim hujan belum usai.
"Kayaknya mau hujan, balik?" tanya Kak Arsen yang langsung kurespon dengan anggukan.
"Bentar dulu tapi," aku menjeda waktu sebentar.
"Mang, tolong bungkusin bakso mentah 50 ribu, mau aku bikinin kuah sup entar!" ucapku pada mamang bakso yang langsung menjawab, "Siap, Neng!"
Alisku bergerak memberi kode pada Kak Arsen, ia menghela napas kasar sambil menggeleng pelan. Kemudian memberikan lembaran biru untuk membayar bakso mentah, sedangkan bakso kuah yang kami makan tadi sudah dibayar di awal.
"Ini, Neng!" Mamang tukang bakso ngasih bungkusan kresek hitam padaku, kuterima dan tak lupa kuucapkan terimakasih.
"Ayo," ajak Kak Arsen.
Kami kembali mengayuh sepeda kami masing-masing menuju rumah, tapi sayang, langit sedang tak ingin bersahabat, dan kami kehujanan saat masih di jalan.
"Berhenti dulu, apa lanjut?" teriak Kak Arsen di tengah hujan.
"Dah kepalang tanggung, Kak! Trabas aja lah!" jawabku yang juga berteriak.
Kami terus mengayuh sepeda sampai halaman depan rumah.
Tubuhku menggigil, aku cukup kedinginan, dan aku memiliki alergi, tidak tahan air hujan yang membuatku sakit flue dan demam.
Kami masuk ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamar masing-masing, setelah sebelumya aku berlari ke dapur untuk meletakkan bakso mentah ke dalam kulkas tentu saja.
Usai mandi, aku memakai setelan kaos panjang dan celana training yang tebal, kemudian membaringkan diri dan menarik selimut menutup seluruh tubuh, tak berniat untuk keluar, dingin, benar-benar dingin.
'Klak!' pintu kamarku dibuka. Aku yang semula membaringkan tubuh menyamping membelakangi pintu sontak menoleh.
Kak Arsen datang sambil membawa nampan berisi dua wedang jahe yang mengepulkan asap. Dan ada minyak angin juga di atas nampan tersebut.
"Minum dulu gih, biar angetan badan kamu, ampek biru gitu bibirnya!" Kak Arsen menaruh nampan di atas nakas, duduk di tepian ranjang dan aku bangun duduk berhadapan dengannya.
Kuterima gelas wedang jahe anget yang Kak Arsen berikan, menyeruputnya perlahan, Kak Arsen juga melakukan hal yang sama. Hangat!
Kuletakkan kembali gelas ke atas nampan bersamaan dengan Kak Arsen yang juga menaruh gelasnya.
"Tidur," perintahnya.
"Hemm?" aku mengernyit heran, tak memahami apa yang Kak Arsen maksudkan.
"Tiduran,,,," Kak Arsen membaringkan tubuhku.
Tangan Kak Arsen bergerak hendak membuka kaos yang kukenakan.
"Apa yang Kak Arsen lakukan?" kupegang tangan Kak Arsen. Panik.
'Tak!' Kak Arsen memukul punggung tanganku yang memegang tangannya pelan.
"Kakak mau olesin perut kamu pakai minyak angin biar hangat, dan kamu nggak sampai jatuh sakit,"
Aku tersenyum cengir kuda, malu atas isi pikiranku sendiri yang terlalu plus-plus.
Kak Arsen mengangkat unjung kaos ke atas sampai batas bawah dada hingga menampakkan perutku yang putih, bersih, ramping dan rata.
Sempat kulihat jakun Kak Arsen yang naik turun menelan saliva kasar. Kemudian ia menuang minyak di telapak tangannya, mengoleskannya ke perutku secara merata, menggosok pelan dan mengelusnya.
"Tengkurap," perintahnya, aku menurut, merubah posisi jadi tengkurap. Dan Kak Arsen mulai membalur pinggang dan punggungku yang sedikit terbuka. Mengelusnya naik turun.
Tak dapat kupungkiri sentuhan demi sentuhan tangan Kak Arsen menimbulkan sensasi aneh yang membuatku merasa senang dan malu bersamaan.
Tangan Kak Arsen tak sengaja menyentuh pengait bra yang kukenakan, ia berhenti sejenak, bersamaan dengan degup jantungku yang rasanya ikut berhenti. Tapi buru-buru Kak Arsen menarik tangannya. Menutup kembali punggungku dengan membenarkan kaosku.
"S-su sudah!" ucapnya gugup.
Aku berbalik, terlentang, ia menaruh minyak angin di atas meja nakas.
"Aku tinggalkan di sini, kalau kamu butuh, kamu bisa ambil sendiri." nampak jelas kegugupan di wajah Kak Arsen yang berusaha ia tutupi.
Kak Arsen melangkah, meraih handel pintu dan suara petir menggelegar mengagetkan kami.
"Aaahh,,,, Kak Arsen?" jeritku takut karena lampu tiba-tiba padam seiring dengan suara Guntur tadi.
"Hei, Kakak di sini!" dalam kegelapan kurasakan Kak Arsen yang sudah memeluk tubuhku.
"It's okay, lampu mati."
"Jangan tinggalin," rengekku, manja.
"Iya, Kak Arsen di sini."
Kak Arsen membaringkan tubuhku, kemudian ia pun membaringkan diri di sebelahku.
"Tidurlah," ucapnya lirih sambil merengkuh pinggangku, berpindah mengelus wajahku.
Kurasakan hembusan napas panasnya yang beraroma mint menerpa wajah dan penciumanku.
Dalam posisi ini, bisa kudengar sendiri degup jantungku dan juga degup jantungnya.
Wajah Kak Arsen mendekat, bibir kami menempel, ia mulai mencium bibirku dengan pelan, aku membuka bibir sesuai bimbingannya.
Kak Arsen terus menciumku dan aku mulai belajar membalas ciumannya, enak.
Tangan Kak Arsen bergerilya, mulai membuka kaos yang kukenakan. Dalam bias keremangan, dapat kulihat wajah tampannya dengan sorot mata tajam namun sayu. Melihat tubuhku bagian atas yang menyisakan bra.
Kak Arsen mulai mengecupi leher, kanan, kiri, turun ke dada, dan tangannya membuka pengait bra-ku. Ia lempar sembarangan benda itu setelah sukses membukanya.
Kusilangkan kedua tangan mencoba menutupi da.daku yang bul.at, pad.at, ken.cang.
"Jangan ditutup, ini sangat indah," gumam Kak Arsen memuji, ia membuka perlahan tanganku yang berusaha menutupi salah satu aset berharga yang kujaga selama ini.
"Aah,,,," de.sahku kala Kak Arsen sudah menjatuhkan bibirnya di puncak coklat kecil itu. Ia memasukkannya ke dalam mulut dan memainkannya seperti seorang bayi.
Kak Arsen membuatku melayang, aku merasa terbang di awang-awang, sungguh ini adalah sebuah kenikmatan yang tak bisa dijelaskan betapa nikmatnya.
Tangan Kak Arsen bergerak menurunkan celana panjangku menyisakan kain tipis segi tiga berenda, yang tak lama pun akhirnya Kak Arsen tarik dengan mudah.
"Enghh,,,," lenguhku kala tangan Kak Arsen berada tepat di atas area intiku. Kemudian jemarinya mencoba membuka dan satu jarinya bermain di sana. Ba.sah.
"Kau sudah sangat ba.sah!" bisik Kak Arsen di telinga yang kontan membuatku malu.
Untunglah lampu sedang padam, aku harus berterimakasih pada pihak PLN kali ini. Atau kalau tidak, Kak Arsen pasti bisa dengan sangat jelas melihat raut wajahku yang merona.
Kak Arsen sudah berada di atas tubuhku, mengecupi kedua dada bergantian kanan dan kiri.
Area intiku semakin berde.nyut merasakan sesuatu yang keras sudah menyentuhnya.
"Kak,,,," lirihku parau.
"Tahan, ya?"
Kak Arsen membuka kedua kakiku.
"Aah,,,, sshh!" aku mendesis, tubuhku melengking merasakan sesuatu yang sangat keras berusaha masuk.
"Aaah,,,, Kak Arsen!" jeritku memekik.
"Sakkkiitttt!" Kak Arsen semakin menggerakkannya lebih masuk lagi, menerobos sesuatu yang kurasakan ro.bek dan itu sangat sakit.
Bibirku ia lu.mat pelan, awalnya aku tak merespon karena lebih fokus pada rasa sakitku, namun saat lidahnya mulai bergerak lincah, aku kembali terbuai dan terbawa permainan.
Kak Arsen menggerakkan pinggulnya naik turun, maju mundur. Sangat pelan. Mengadaptasikan diriku yang menerima dirinya.
"Aahh,,,,"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Frida Fairull Azmii
mau marah sama Alena tp gmna orang si arsen suami nya ..
2022-08-26
1
Rose_Ni
selamat buat othor yg berhasil mmbuat para reader ngamuk😆
2022-08-07
0
Ursula Ursula
dasarrr penulis gila
2022-08-05
0