LOVE ME, PLEASE!

LOVE ME, PLEASE!

Bab 1 Cerai, atau jadi yang kedua!

"Cerai, atau kamu mau jadi yang kedua!"

Deg

Aku mematung dengan degup jantung yang kurasakan berhenti berdetak.

Kak Arsen memberikan dua pilihan yang sama-sama menyakitkan bagiku, dan tentu aku tidak akan mampu memilih salah satunya, atau kalau pun harus itu pasti karena terpaksa.

Tanganku bergetar saat kuraih segelas air putih di atas meja makan, kami tengah sarapan bersama, tapi Kak Arsen tiba-tiba memberikanku sebuah serangan mematikan yang tak kusangka-sangka.

"Jawab, Elena! Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu," Kak Arsen jelas tidak sabar.

Kuletakkan kembali gelas air minumku ke tempat semula, menarik nafas yang terasa begitu sesaknya.

"Siapa dia?" tanyaku lirih memendam luka, membiarkan setetes air mata menitik begitu saja tanpa bisa kucegah.

"Itu bukan urusanmu," jawab Kak Arsen ketus, melanjutkan kembali makan sarapannya.

"Nindy?"

Kak Arsen berhenti menggerakkan pisau dan garpunya mendengar aku yang menebak, kemudian ia letakkan secara kasar kedua benda itu ke piring hingga menimbulkan suara berdenting.

"Katakan saja apa jawabanmu! Cerai, atau jadi yang kedua." Kak Arsen menatapku tajam, tatapan dingin yang mulai kudapatkan semenjak Nindy hadir dalam kehidupannya. Menepis tatapan hangat persahabatan yang dulu sempat kudapatkan di awal kami menikah, hingga aku mulai jatuh cinta padanya dan dia menjaga jarak dariku, begitupun dengan tatapannya yang berubah acuh.

"Kau tega, Kak. Aku sudah menunggumu selama dua tahun ini, dan kini kau justru mau menduakanku?" tangisku benar-benar membanjir, tak dapat kututupi betapa sedihnya aku, betapa sakitnya hatiku, dan betapa hancurnya perasaanku.

"Kau salah, Elena. Bukan kau yang kuduakan, tapi kau yang akan menjadi nomor dua."

"Apa maksudmu? Bagaimana bisa begitu? Aku yang lebih dulu menikah denganmu,"

"Tapi aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini," teriak Arsen sambil berdiri menggebrak meja dengan kasar.

"Dan jangan lupa, kita hanya menikah siri." lanjutnya.

Aku terkejut, merasakan sakit begitu parah yang lebih dalam lagi.

"Selain itu, aku tidak mau jika Nindy yang menjadi nomor dua,"

Nyes,,, hatiku remuk.

"Tidak ada bantahan, Nindy akan menjadi yang pertama bagiku, jadi cepat katakan padaku apa kau mau jadi yang kedua? Atau kita bercerai."

Hening. Kupejamkan kedua mataku meloloskan buliran-buliran bening itu membasahi pipi. Menarik nafas dalam bersiap menjawab apa yang menurutku menjadi pilihan yang terbaik.

"Kedua."

"Bagus, pilihan yang bagus!"

***

Aku dan Kak Arsen menikah karena persahabatan ayah kami yang berjanji ketika mereka muda dulu, untuk menjodohkan kami saat dewasa.

Awalnya kami sama-sama menolak, namun setelah papahku meninggal saat aku masih duduk di bangku kelas 11-menjadikanku seorang yatim piatu- Kak Arsen setuju, oleh paksaan ayahnya tentu saja. Dan aku pun terpaksa menerima perjodohan itu karena wasiat terakhir papah agar aku menikah dengan Kak Arsen.

Aku dan Kak Arsen belajar menerima keadaan, namun kami bersembunyi dibalik ikatan sebuah persahabatan, Kak Arsen menyayangiku layaknya seorang teman, adik, dan dia menjagaku dengan baik.

Perlahan perasaanku mulai berubah seiring berjalannya waktu, aku jatuh cinta, aku mencintai Kak Arsen dan aku ingin dia melihatku sebagai seorang wanita.

Hingga pada suatu malam saat Kak Arsen pulang terlambat dan kudapati bekas lipstik di kerah kemejanya, aku merasa cemburu, sakit, lalu dengan bodoh dan tanpa pertimbangan, aku menyatakan perasaanku padanya, aku menyatakan cintaku dalam kemarahan. Dan apa yang bisa kuharapkan?

Kak Arsen tidak mencintaiku, dia hanya menganggapku seperti adiknya, temannya, atau anak dari teman ayahnya. Tidak lebih.

Dia mulai berubah, tidak mengajakku bicara, tidak lagi peduli padaku, mulai dingin dan acuh. Ia hanya memenuhi nafkahnya padaku secara materi. Tidak ada cinta maupun kasih.

Tapi, salahkah aku jika aku mencintainya? Jika aku telah jatuh cinta padanya? Pada suamiku sendiri?

***

Aku tidak sadar telah melamun lama, Sisca datang mengagetkanku yang tak menyadari kehadirannya.

"Elena, nglamun aja, nanti kesambet gimana?" Sisca menepuk pundakku sambil menyodorkan sebuah kertas berisi catatan. Nota belanja.

Aku tersenyum tipis, melihat nota yang diberikan Sisca.

"Ini sudah semuanya, Sis?"

"Sudah, kalau ada yang kurang, bilang saja. Nanti aku tambahin."

"Ya udah, kamu berangkat belanja minta anterin Yoyo, ya? Nanti aku transfer uangnya."

"Siap...."

Sisca adalah pegawai Cafe milik ayah mertua, dan semenjak ayah mertua tiada, aku yang mengelolanya.

Cafe cukup ramai Minggu ini, seperti akhir pekan biasanya. Dan di sana, di pintu kaca keluar masuk, kulihat wanita cantik itu yang menjadi alasan utamaku patah hati oleh Kak Arsen, melangkah memasuki Cafe bersama ketiga temannya, sepertinya mereka memang pelanggan setia tempat ini, bahkan mungkin sebelum aku ada.

Nindy, dia adalah teman sekolah Kak Arsen, seorang wanita cantik yang baru kembali ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikannya di luar negeri. Dan dia bekerja di perusahaan milik Kak Arsen, sebagai sekretarisnya.

Awalnya aku tidak mengenalnya, namun seiring berjalannya waktu, aku menghafal nama dan wajah cantik itu, yang setiap hari memenuhi layar ponsel Kak Arsen saat sedang menghubungi bosnya. Dan satu pesan yang membuatku hampir mati berdiri saat kubaca dari tampilan notifikasi layar atas.

"Arsen, bagaimana jika aku hamil?"

Ya Tuhan,,,, mereka bahkan sudah melakukan hubungan suami istri, sedangkan aku yang menjadi istri sahnya saja belum pernah Kak Arsen sentuh. Meski kami hanya menikah secara agama.

"Pelayan! Pelayan!" teman Nindy mengangkat tangan ke arahku sambil memanggilku dengan sebutan pelayan. Sesekali ia menepuk kedua tangannya membuyarkanku dari lamunan.

Aku kembali tersadar, betapa besar pengaruh Nindy dalam hidupku sampai aku kehilangan konsentrasi setiap detiknya.

Kuraih pena dan buku catatan untuk segera menemui mereka.

"Mbak, biar saya saja." Hadi mencegahku namun aku menggeleng.

"Tidak apa-apa, kamu lanjutkan saja pekerjaan kamu, biar aku yang mencatat pesanan mereka." tolakku halus, setelah itu aku melangkah cepat ke meja mereka.

Ini itu ini itu pesanan yang mereka sebutkan bergantian. Aku menggerakkan jemariku dengan lincah menulis pesanan mereka, namun pandanganku justru tertuju pada Nindy yang sibuk dengan ponselnya, senyum manis yang sangat cerah melengkung di bibir tipisnya itu menggambarkan jika ia sedang bahagia.

"Sudah," ucap salah seorang teman Nindy sambil menggerakkan tangannya mengusirku.

"Baik, tunggu sebentar." balasku sopan, kemudian berbalik.

"Dih,,,, yang sebentar lagi nikah, senyum-senyum sendiri!" seloroh salah satu teman Nindy yang sukses menghujam hatiku bagai tertusuk ribuan hunusan pedang.

"Sama bos lagi, siapa yang nggak mau coba?" sahut teman Nindy yang lain. Tawa mereka menggema membuatku tidak tahan, aku melangkah cepat menuju pantry sambil menahan tangisan.

Kak Arsen bahkan akan menikahi Nindy secara terbuka, dan mungkin akan secara sah hukum negara, sedangkan pernikahannya denganku? Kami harus menyembunyikannya dari teman-temannya sampai dua tahun ini.

Sakit, lelah, kecewa, sedih, marah, itu yang aku rasakan namun tak mampu kuungkapkan, dan hanya dapat kupendam dalam diam.

Tak jarang teman-temanku atau orang-orang dekat seperti sepupu-sepupunya yang mengetahui pernikahanku dengan Kak Arsen dan bagaimana hubungan kami mengataiku bodoh, tolol, goblok, bucin tak tertolong, dan masih banyak lagi, karena masih bertahan sampai sekarang dalam ikatan pernikahan kami yang sangat menyiksa ini, aku akui jika aku memang senaif itu. Sebodoh itu karena cinta.

Aku terlalu sangat mencintai Kak Arsen, aku takut kehilangan dirinya. Jika kami sampai berpisah, kepada siapa lagi aku bisa mengadu? Kepada siapa lagi aku bisa berharap? Sedangkan aku tak lagi memiliki siapapun di dunia ini selain dirinya.

***

"Malam ini aku tidak pulang, sampai tiga hari ke depan, aku akan ke luar kota." satu pesan kuterima dari Kak Arsen yang membuatku kepikiran, apakah dia akan pergi bersama Nindy?

kuletakkan gawaiku di atas nakas setelah balasan yang kukirim hanya centang satu, menandakan jika ponsel Arsen sudah tidak aktif, aku lantas meringkuk menarik selimut membenamkan diri menangis tanpa suara.

***

Terpopuler

Comments

Via

Via

awal yg jelek memilih kedua goblok

2023-09-28

1

Rini Mustika

Rini Mustika

q disini moga q mampu baca sampe selsai ada rasa gimana gitu.zz🤔

2022-12-16

0

Rose_Ni

Rose_Ni

bucin boleh,,bego jangan

2022-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!