Ban motor bocor

Hari yang sial, diawali dengan ban motor yang bocor di tengah perjalanan, jarak cafe dari tempatku berhenti masih lumayan jauh, begitu pun tambal ban.

"Aahh,,,, sialnya aku. Ini pasti gara-gara kemarin aku berbohong sama Kak Arsen pakek acara ngomong ban motor bocor segala, sekarang kena tulah bannya beneran bocor." Kutendang pelan ban belakang yang sudah kempes kehabisan angin. Sambil ngoceh tidak jelas karena kesal.

'Tin tin....' suara klakson mobil menyita perhatianku, sebuah mobil hitam yang sudah berhenti tidak jauh di depanku, kaca pintu terbuka dan kepala seseorang yang kukenal melongok keluar melihatku.

"Butuh bantuan, Nona?" tanya Hengky mengulas senyum. Mungkin senyum itu adalah hal terindah menyambut pagiku yang suram ini. Sudah tadi pagi Kak Arsen tidak sarapan di rumah karena masih kesal akan pertengkaran kami malam tadi, ditambah lagi ban motorku yang bocor. Senyum Hengky menjadi penawar atas sedikit luka yang menyambut pagiku yang suram.

Aku naik mobil Hengky setelah Hengky menghubungi seseorang untuk membawa motorku ke bengkelnya. Padahal kurasa hanya butuh tambal ban saja, tapi Hengky malah menghubungi bengkel yang lumayan besar.

Lagu lawas dari penyanyi M2M the day you wen't away menemani perjalanan kami, Hengky bahkan ikut bernyanyi dengan antusias, suaranya juga lumayan bagus, aku sesekali melihatnya sambil tersenyum dan Hengky membalas senyumku.

"Ikutlah bernyanyi, agar mau memiliki energi positif menyambut pagi," ucap Hengky memintaku ikut bernyanyi bersamanya.

"Tidak, aku tidak hafal lagu ini."

"Kalau begitu ganti dengan lagu yang kau bisa, kau suka lagu apa?" tanya Hengky mematikan audio musik, bersiap mengganti lagu.

"Tidak, kau tidak akan suka, lagu kesuakaanku berbeda selera dengan lagu kesukaanmu." aku sedikit malu.

"Ayolah, kalau kau bisa mendengarkan aku bernyanyi dengan lagu yang tak kau suka, kenapa aku tidak? Siapa tahu aku malah jadi turut suka dengan lagu kesuakaanmu, ayo katakan. Lagu apa yang kau suka?"

"BTS." jawabku lirih.

Hengky menggerakkan touchscreen, kumpulan lagu BTS terpampang memenuhi layar.

"Kau pilih sendiri lagu kesukaanmu," ucap Hengky sambil tersenyum, lalu kembali menatap depan fokus pada jalan.

"Kak Hengky tidak menganggapku alay?"

Dahi Hengky mengernyit menatap bingung padaku yang bertanya itu padanya.

"Kak Arsen tidak menyukai BTS, dan dia menganggapku alay karena menjadi army." ucapku lirih teringat kembali ucapan-ucapan Kak Arsen yang mengatakan hal-hal buruk padaku karena aku menyukai fandom dari negeri Korea Selatan itu.

Tawa Hengky menggema.

"Orang itu, Arsen orangnya memang seperti itu dari dulu, dia juga mengolokku karena menyukai M2M dan bukan linking park seperti dirinya di jaman sekolah, tapi sebenarnya dia baik kok. Sudah, lupakan Arsen dan kebajingannya. Mainkan lagumu dan bernyanyilah mengisi energi positif mengawali pagi."

Senyumku mengembang mendengar jawaban Hengky, dia bagai cerminan berlawanan dari Kak Arsen. Hengky lebih hangat dan bisa menerima perbedaan, selain itu, dia juga sangat baik.

Kusentuh layar bertuliskan satu judul lagu, Airplane PT 2. Lagu mulai berputar, aku terbawa suasana, bernyanyi kencang mengikuti alunan musik, mengabaikan suaraku yang sumbang merusak pendengaran. Hengky sesekali tertawa melihat tingkahku, sisi berbeda yang jarang orang lain tahu, jika aku bisa begitu heboh saat menirukan gaya dan lagu BTS.

Benar kata Hengky, energi positif memenuhi diri setelah aku menyanyikannya, aku sedikit melupakan masalahku dan terbawa bahagia oleh lagu sang idola.

***

"Terimakasih, sudah mengantarku, dan membuatku mendapatkan energi positif mengawali hari," ucapku tulus saat kami sudah sampai di depan cafe.

"Berterimakasihlah pada BTS, mereka yang memberikanmu energi positif itu, aku hanya menunjukkan jalan saja padamu,"

"Tetap saja, aku berterimakasih,"

"Iya ya ya, baiklah, kalau begitu, bagaimana kalau kau traktir aku satu cangkir coffe latte panas sebagai ucapan terimakasih, dengan senang hati aku akan menerimanya." ucap Hengky renyah, aku senang mendengarnya, Hengky sangat humble, terbuka dan menyenangkan.

"Tentu saja, kau bisa datang kapan saja ke cafe untuk menyeruput secangkir coffe lattemu yang akan kuberikan secara percuma." balasku ceria.

"Tentu, tapi sekarang aku harus pamit dulu, dan ya, nanti akan kuminta seseorang untuk mengantar motormu, agar kau tidak perlu repot-repot mengambilnya."

"Sekali lagi terimakasih,"

"Uffhh,,,, entah sudah berapa kali aku mendengar kalimat itu dari bibir cantikmu, berhenti mengatakannya karena kau membuatku melayang,"

Aku tertawa mendengar ucapannya.

"Baiklah aku pergi, dah,,,,"

"Daahh,,,,"

Hengky melambaikan tangan sebelum melajukan mobilnya meninggalkan halaman cafe, aku membalas lambaian tangannya dan tak menyadari dua tukang gosip yang sudah berdiri di sebelah kiri dan kananku.

"Mbak Elena diantar cowok ganteng itu?" tanya Yoyo mengagetkanku. Ia tak melepas pandangannya dari mobil Hengky yang sudah semakin menjauh.

"Dia kan Mas Hengky, sahabatnya Kak Arsen, Elena!" bisik Sisca penuh penekanan sambil menyentuh bahuku, tatapan matanya sama seperti Yoyo yang terus menatap ke arah perginya mobil Hengky yang sudah menghilang.

"Tadi ban motorku bocor di tengah jalan, dan kebetulan Kak Hengky lewat, jadi dia nawarin aku nganterin ke sini." tukasku sedikit kesal, mereka ini selalu menerka dan bergosip setiap kali aku dekat dengan lelaki.

Kutingggal mereka masuk ke dalam cafe.

"Elena!" teriak Sisca yang mengekor bersama Yoyo mengikutiku.

***

Aku berkonsentrasi pada pekerjaan, cafe lumayan ramai dan aku duduk di meja kasir.

Saat siang segerombol pelanggan memasuki pintu kaca keluar masuk, Nindy. Wajah cantik gadis itu menarik perhatianku di antara teman-temannya yang lainnya. Mereka datang berlima, dengan dua orang pria selain kedua temannya yang biasanya bersama dengannya.

"Ah, aku semakin iri, Arsen membelikan penthouse super cantik di Bali sebagai hadiah lamaran buat Nindy." celoteh seorang perempuan yang kutahu namanya Farah, salah satu sahabat Nindy, saat mereka melewati meja kasir.

"Iya, gila banget, nggak main-main loh itu, penthouse di Bali, mahal gila, udah gitu cantik banget dengan view pemandangan pantai. Gua kapan yah bisa dapetin cowok spek Arsen? Udah ganteng, tajir, setia, royal, plis gua pingin banget dapet yang kayak dia." sahut perempuan lain, kalau tidak salah namanya Meta.

Hatiku benar-benar berdarah, sebegitu besarnya cinta Kak Arsen untuk Nindy, tak menyisakan tempat barang sesenti pun untukku.

Tanpa sadar aku meremas berkas yang ada di atas meja mendengar obrolan mereka yang membakar telinga, hingga seseorang datang menyapa membuyarkanku dari lamunan.

"Kenapa nangis?"

Aku mendongak, Hengky sudah berdiri di depan meja kasir sambil menatapku dalam, sebuah tatapan bingung? Khawatir? Entahlah.

Aku baru menyadari pipiku yang basah karena linangan air mata, dan buru-buru aku menyekanya.

"Kapan datang?" tanyaku setelah merasa lebih baik.

"Tadi, aku bareng sama Nindy, ehm, maksudku, teman-temanku yang barusan lewat tadi, tapi aku ingin menghampirimu lebih dulu, eh, kamunya malah nangis, ngeremes berkas lagi,"

Lagi, apa yang Hengky katakan menyadarkanku dari kebodohan, sontak aku melepas tanganku yang meremas berkas. Sambil tersenyum kaku, bodoh.

"Ada apa? Sesuatu yang buruk terjadi?"

"Bro!"

Kak Arsen datang, menepuk pundak Hengky, menggagalkan Hengky yang ingin menanyakan keadaanku, jantungku serasa berhenti berdetak, jadi, bukan hanya Nindy dan sahabatnya yang datang, tapi ini perkumpulan dari teman-teman sekolahnya.

"Hei, Arsen?" Hengky berbalik memeluk Kak Arsen yang menatapku tajam seolah mengancam.

"Wih,,,, kau semakin tampan, Nindy beruntung memilikimu," ucap Hengky tanpa sadar telah melukai hatiku.

"Bukan dia, tapi aku yang beruntung."

Nyess,,,, jawaban Kak Arsen ibarat menaburi garam di atas luka-lukaku yang menganga.

"Ayo, ngapain kamu di sini ngobrol sama kasir? Turun selera?" ledek Kak Arsen pada Hengky yang kedengarannya justru ingin menjatuhkanku.

"Hei, jangan begitu, biar bagaimanapun, dia keluargamu,"

Kedua mata Kak Arsen menyipit, meminta penjelasan atas apa yang Hengky katakan.

"Dia keponakan jauh ayahmu, kan?" lanjut Hengky bernada tanya, seperti apa yang pernah kukatakan padanya jika aku kerabat pemilik cafe ini yang lama.

"Sudahlah, ayo!" Kak Arsen enggan menanggapi, ia merangkul bahu Hengky untuk berlalu pergi meninggalkanku dan bergabung dengan teman-temannya yang sudah duduk di meja tengah.

"Eh, tunggu." Hengky berhenti. Dia berbalik menoleh ke arahku.

"Motormu sebentar lagi diantar, jangan lupa hadiahku," seloroh Hengky sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit padaku, tanpa sadar aku tersenyum atas tingkahnya, namun seketika senyumku hilang kala kulihat tatapan Kak Arsen yang manatapku tajam penuh amarah, seolah bertanya, ada kedekatan apa antara aku dan Hengky? Begitukah makna sorot mata itu? Atau tidak.

"O-o oh, iya. Tentu!" jawabku pada Hengky kemudian menunduk, menyibukkan diri kembali pada berkas.

Hengky dan Kak Arsen sudah melangkah, sesampainya di meja teman-temannya. Kulirik meraka.

Hengky duduk begitu saja, sedangkan Kak Arsen, dia mengecup kening Nindy sambil melirik tajam ke arahku.

Kupalingkan muka, tidak tahan dengan sakit yang mendera, hebat.

***

Terpopuler

Comments

Rini Mustika

Rini Mustika

kaya nya ga baik buat darah q ...

2022-12-16

1

Joe Ajah

Joe Ajah

novel sebagus ini sayang minim pembaca

2022-08-08

0

Rose_Ni

Rose_Ni

RM.Jin.Suga.J-Hope.Jimin.V.Jungkook.BTS🎉

2022-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!