#2 Hengky

Pagi ini aku datang ke cafe lebih pagi dari biasanya, Kak Arsen masih belum pulang padahal ini sudah 3 hari ia pergi.

Yoyo datang bersama Sisca sambil membawa tentengan beberapa kresek belanjaan.

"Pagi, baby...." seru Sisca yang menyita perhatianku. Aku lekas menoleh ke arah pintu kaca keluar-masuk.

"Pagi, mbak Elena," ucap Yoyo sopan.

"Pagi,,,," jawabku sambil melempar senyum ke arah mereka.

"Rajin amat, masih pagi gini udah datang aja, mana langsung lap meja lagi," celoteh Sisca sambil melangkah menuju meja pantry, meletakkan barang belanjaan di atas sana diikuti oleh Yoyo.

Aku tidak menjawab, hanya memberikan senyum manis sebagai tanggapan, kemudian aku kembali mengelap kursi dan meja.

Pintu dibuka kembali, Hadi yang datang.

"Wah,,,, sudah pada datang, perasaan aku nggak kesiangan, deh." Hadi melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Dan dia memang belum terlambat.

"Pagi, mbak Elen," sapa Hadi saat ia melewatiku.

"Pagi, Hadi."

Hadi melanjutkan langkah memasuki ruang khusus karyawan untuk berganti pakaian dan mengenakan celemek. Sedangkan Sisca dan Yoyo seperti biasa, mulai ribut akan hal kecil yang tidak penting. Dan aku membiarkannya saja, toh meski begitu nyatanya mereka saling menyayangi satu sama lain sebagai sahabat.

"Mbak Elen istirahat saja, sini kain lapnya, biar saya yang kerjain." Hadi mengambil alih kain lap di tanganku, aku memberikannya. Dia salah satu karyawan yang paling rajin dan serius dalam bekerja.

"Ada apa, mbak? Tumben sekali pagi gini udah datang, biasanya kan rada siangan?" tanya Hadi yang menggerakkan kain lap maju mundur di atas meja.

"Menyambut hari Senin guys,,,, ya kan, mbak?" seloroh Yoyo menyahuti.

"Sok tahu, lu!" sewot Sisca sambil melempar paper box kosong bekas kopi tepat mengenai muka Yoyo.

"Ape, lu? Ngajak ribut?"

Aku hanya tertawa saja melihat tingkah mereka. Cukup menghibur hatiku yang sebenarnya sedang galau.

"Nggak papa, aku cuma pingin datang pagi aja. Kak Arsen belum pulang,"

Para karyawan cafe mengetahui hubungan antara aku dan putra pendiri cafe ini, Mas Arsen kalau mereka memanggilnya, sebuah pernikahan yang dipaksakan dan tidak ada cinta, juga janji yang mengikat mereka para karyawan untuk merahasiakan hubungan kami yang sebenarnya dari teman-teman Kak Arsen, karena sejak masa sekolah dulu, banyak teman Kak Arsen yang datang ke cafe ini untuk sekedar nongkrong dan berkumpul. Termasuk Nindy dan ganknya.

Suasana hening seketika pasca ucapanku yang mengatakan Kak Arsen belum pulang. Ada rasa tidak enak dan kasihan di raut wajah mereka padaku, yang harus menikah dengan pria yang tak mencintai diriku, meski aku telah jatuh cinta padanya.

"Hei, ada apa? Kok malah pada diem? Ayo kerja, nanti kita tutup cepat, karena siang nanti aku mau ajak kalian semua jalan ke mall, kita makan siang bersama, lalu nonton."

"Serius, mbak?" teriak Yoyo excited. Aku mengangguk mengiyakan.

Senyum Hadi mengembang.

"Dalam rangka apa?" tanya Sisca yang merasa aneh.

"Aku ulang tahun," jawabku singkat.

"Wah,,,, selamat ulang tahun, mbak!" Yoyo dan Hadi bergantian menghampiriku, menyalim tangan memberikan ucapan selamat ulang tahun.

Lihatlah, mereka adalah orang-orang yang tak memiliki hubungan apapun padaku, tapi mereka begitu hangat memperlakukanku, sedangkan Kak Arsen? Sekedar memberikan ucapan selamat ulang tahun saja sama sekali tidak.

Sisca berlari haru, memelukku, kami menjadi sahabat semenjak satu tahun yang lalu, sejak aku yang mulai mengambil alih cafe ini karena ayah mertua meninggal.

"Selamat ulang tahun, semoga nanti kamu akan mendapatkan cinta yang pantas dan selayaknya untukmu, kamu berhak bahagia, cantik." lirih Sisca yang tak bisa menahan tangisnya.

Aku tertawa kecil, meski Sisca cerewet dan terkesan nakal, namun gadis yang seusia denganku itu memiliki hati yang lembut.

"Terimakasih,"

Kak Arsen, tidakkah dia mengingat hari ulang tahunku? Ah, bodohnya aku, memangnya siapa aku di mata Kak Arsen sehingga aku berharap mendapatkan perhatiannya meski sedikit saja.

Tapi tahun lalu, dia mengingatnya, saat kami masih begitu dekat sebagai sahabat dalam ikatan pernikahan, Kak Arsen memberikanku surprise dan kami merayakan bersama ayah mertua juga. Andai momen itu bisa diulang. Aku sungguh sangat bahagia.

Terkadang, aku menyesali perbuatanku yang terbakar api cemburu, hingga dengan bodohnya menyatakan perasaanku yang sebenarnya, karena sejak saat itu, aku justru kehilangan Kak Arsen, ia tak lagi peduli padaku dan terkesan benci, andai aku tak pernah mengatakan cinta padanya, pasti hubungan kami masih baik-baik saja. Dan menjadi sahabatnya itu lebih baik dari pada seperti sekarang ini. Membuatku merasa tersiksa seorang diri.

***

Cafe tak begitu ramai, selain karena hari Senin, di luar sana juga sedang hujan lebat, turun sejak siang saat kami semua sudah bersiap untuk pergi ke mall.

"Gimana nih, mbak? Hujannya nggak turun-turun," gerutu Yoyo lemas. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan kami terjebak hujan tidak bisa merealisasikan rencana untuk makan dan nonton.

Kami duduk melingkari meja, kulihat Yoyo yang ngedumel sambil menopang dagu dengan sebelah tangan.

"Iisshh kau nih, emangnya Elena ini pawang cuaca yang bisa mengendalikan hujan turun atau dipending dulu karena kita mau ke mall?" Sisca menimpali Yoyo dengan emosi. Aku? Seperti biasa, menikmati perdebatan mereka sambil tersenyum saja.

Tiba-tiba pintu kaca dibuka, kami semua kaget karena cafe sedang sepi.

"Maaf, apa masih buka?" tanya seorang pria yang baru masuk.

Pria tinggi berbadan tegap dengan jaket kulit hitam yang basah karena tersiram air hujan.

"Oh, iya. Kami masih buka, selamat datang, silahkan duduk!" Sisca lekas berdiri menyambut pelanggan tampan itu.

"Loh, mas ini? Kok seperti pernah lihat, ya? Kayak nggak asing," Sisca terlihat berpikir saat sudah berada di hadapan pria yang baru datang.

"Hengky, temannya Arsen di bangku sekolah, sesekali pernah datang kemari dulu." jawab pria itu yang membenarkan ingatan Sisca.

Hadi lekas berhambur ke dapur, sedangkan Yoyo menuju meja pantry, tinggallah aku yang masih duduk seorang diri.

"Oh,,,, iya, bener. Saya baru ingat sekarang, ah,,,, ingatan saya memang selalu 4G untuk urusan cowok ganteng," cengir Sisca senang. Pria yang bernama Hengky itu hanya tersenyum menanggapi Sisca.

"Silahkan duduk, Mas Hengky. Mau pesan apa? Ini menunya, silahkan dilihat, dipesan, diminum, dibayar, lalu pulang, kalau mau ajak jalan berdua dulu, juga boleh." goda Sisca seperti biasa pada pelanggan tampan apalagi yang sudah ia kenal.

Tawa Hengky terdengar renyah, aku sudah tidak memperhatikan mereka lagi, tapi tetap saja tawanya memenuhi telingaku.

"Cappuchino latte saja, panas."

"Oke, siap! Silahkan ditunggu." Sisca lekas pergi menuju dapur setelah ia menerima pesanan dari Hengky.

Aku kembali fokus mengotak-atik ponsel. Melihat laman pesan Kak Arsen yang sudah aktif beberapa menit yang lalu, pesan-pesan yang kukirim centang duanya sudah berubah warna menjadi biru, itu artinya Kak Arsen sudah membacanya, namun satu balasan pun tak kuterima.

Ku geser layar berpindah pada laman Twitter, rasanya tanganku gatal untuk membuat status perasaanku. Namun aku takut Kak Arsen marah seperti biasanya dan mengataiku alay, jadi aku hanya update sebuah foto cake ulang tahunku tahun lalu. Hadiah dari Kak Arsen. Tanpa Caption.

"Khem, sorry, boleh gua duduk di sini?"

Aku mendongak, menatap pria bernama Hengky yang datang menghampiri mejaku, ia meminta untuk bergabung.

"Oh, silahkan!" ucapku seramah mungkin, selain karena dia adalah seorang pelanggan, Hengky juga nampak seperti orang baik dan sopan.

"Sendiri?" tanyanya.

"Tidak, sama temen-temen."

Hengky celingukan, mencari orang-orang yang kumaksud.

"Di mana? Ke toilet?"

Aku tersenyum saat Sisca sudah datang menyajikan kopi pesanan Hengky.

"Dia pemilik Cafe ini sekarang, mas. Dan teman-teman yang dia maksud ya kita-kita ini." sahut Sisca menjawab pertanyaan Hengky.

Nampak jelas gurat heran penuh tanya, dan juga bingung di garis wajah Hengky.

***

Terpopuler

Comments

Rini Mustika

Rini Mustika

aga deg deg an baca nya

2022-12-16

1

Clara Elyda Sinaga

Clara Elyda Sinaga

Bodoh

2022-07-04

0

Nena Anwar

Nena Anwar

dari awal aja udah bikin nyesek apa kabarnya sampai akhir ya,,,bisa bisa mata kubil karena mewk tiap part

2022-07-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!