#15
Aku lekas pergi dari rumah menuju cafe pagi itu, mengabaikan masakan yang seharusnya menjadi santapan lezat sarapanku, namun tenggorokanku pasti akan tercekat untuk sekedar menelannya jika sampai Kak Arsen dan Nindy ikut bergabung. Aku belum siap.
Aku tahu, ini adalah pilihanku, untuk tetap bertahan di samping Kak Arsen sebagai istrinya yang tak dianggap, tapi jika harus berkumpul bersama Nindy, aku tak sekuat itu.
Sudah tiga hari semenjak mereka datang, Nindy masih tinggal di rumahku, ralat, rumah Kak Arsen yang sudah menjadi tempat tinggal kami dua tahun ini, semenjak kami menikah, hadiah dari ayah.
Aku melakukan rutinitas hari-hariku seperti biasa, bangun pagi untuk memasak dan membersihkan rumah, menyiapkan sarapan karena Kak Arsen kurang suka makanan lain selain masakanku, namun yang berbeda adalah, dalam tiga hari, setiap pagi aku harus menebalkan telinga karena mendengar de.sah mereka yang saling bersahutan berbagi kenikmatan dari dalam kamar Kak Arsen yang berhadapan dengan kamarku. Dan saat mereka keluar beberapa tanda kepemilikan menghiasai leher mereka.
Sakit. Hatiku bergetar nyeri. Sakit sekali. Namun aku hanya bisa diam tanpa memberikan perlawanan.
"Sampai kapan kamu akan bertahan?" tanya Sisca, dan Kak Hengky di waktu yang berbeda, sebuah pertanyaan yang sama sekali aku tak memiliki jawabannya.
Sampai kapan?
***
Pagi ini kami sarapan bersama, Kak Arsen dan Nindy ngobrol ringan sambil tertawa kecil, aku hanya diam, menunduk menatap piringku yang lagi-lagi nampak buram karena mataku yang dipenuhi oleh genangan air mata.
Perlahan rasa cinta ini terkikis oleh sakit, dan bahkan aku mulai merasa benci dengan Kak Arsen. Namun hatiku serasa mati. Entahlah, aku benci tapi aku takut berpisah darinya.
Aku tidak bahagia, tapi juga tidak sedih. Hanya hampa, sepi, terluka namun sudah terbiasa.
Aku menyeka air mata cepat. Kemudian meletakkan sendok dan garpu, tak berniat menghabiskan sarapanku.
"Aku berangkat!" lirihku pelan meraih tas selempang di kursi lain yang kosong.
"Kenapa buru-buru?" tanya Kak Arsen menghentikan langkahku, aku berdiri membelakangi mereka tak ingin menoleh sedikit pun atau mereka akan melihat tangisku.
"Permisi," ucapku lirih tanpa menjawab pertanyaan Kak Arsen dan aku melenggang pergi.
Sampai di luar rumah aku menangis terisak bersandarkan daun pintu yang kututup kembali, aku benci diriku sendiri, aku muak dengan cinta ini.
Mah,,,, Pah,,,, bisakah kalian membawaku pergi? Aku tidak mau hidup lagi!
Aku menangis sesenggukan, dan kurasakan seseorang memegang pundakku dari belakang. Aku menoleh.
"Kak Hengky?" tanpa berpikir aku langsung menjatuhkan diri ke dalam pelukannya.
Kak Hengky merengkuh tubuhku erat, ia mengusap rambutku, punggungku, mencoba menenangkanku.
"Sssuutt,,,, sudah, sudah, cukup!" Kak Hengky mengusap wajahku yang basah karena air mata, kedua matanya nampak merah.
Baru kusadari kebodohanku, kenapa aku menangis dalam pelukannya?
Aku mengontrol diri. Menarik napas dalam agar lebih tenang.
"Kak Hengky ke mari?" tanyaku.
"Mau jemput kamu, langit sangat mendung, aku takut kamu kehujanan di jalan kalau naik motor."
"Tapi, itu merepotkan,"
"Kakak nggak merasa repot kok, ayo! Nanti pulangnya Kakak jemput," Kak Hengky menggandeng tanganku, aku nurut, langit memang sangat mendung, bahkan hawa udara sudah sangat dingin sepagi ini.
***
Mobil melaju meninggalkan halaman rumah, membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang.
"Ehm,,,, bagaimana kalau kita jalan-jalan, lupakan pekerjaan untuk sementara waktu, kurasa kau butuh hiburan!" Kak Hengky buka suara.
Alunan lagu BTS berjudul 'I need you' yang kuputar menemani perjalanan kami.
[I need you girl wae honja saranghago honja seoman ibyeolhae]
[Aku membutuhkanmu, kenapa aku jatuh cinta sendiri, kenapa aku tersakiti] sepenggal lirik yang menggambarkan perasaanku.
"Tidak, Kak! Hari ini Nirina, pacar Hadi akan datang ke cafe, kami semua sudah berencana akan merayakan pertunangan mereka bersama, kalau Kak Hengky tidak sibuk, bergabunglah bersama kami nanti."
"Tunangan? Hadi?"
"Iya, kemarin lusa dia melamar pacarnya, hari ini kami akan merayakan ulang di cafe,"
"Tentu, aku akan datang!"
Kami kembali saling diam, menikmati alunan musik BTS dengan lirik selanjutnya masih dalam lagu yang sama.
[I need you girl wae dachil geol almyeonseo jakku niga pillyohae I need you girl]
[ Aku membutuhkanmu, kenapa aku tetap membutuhkanmu meski aku tahu aku akan terluka, aku membutuhkanmu]
***
Cafe tutup menjelang siang, kami mengadakan acara kami sendiri yang sederhana.
Aku, Sisca, Yoyo, Hadi dan tunangannya, Nirina. Sebuah kue yang sudah Sisca pesan berada di atas meja. Kami meminta Nirina untuk memotongnya, lalu membagi kue pada kami satu persatu, dan kami mengucapkan selamat atas tunangan mereka, setelah itu kami berdoa bersama, demi kesehatan dan kelanggengan hubungan Hadi dan Nirina.
"Apa aku terlambat?" Kak Hengky datang dengan membawa sebuket bunga yang cukup besar.
"Wow, cantik sekali," seru Sisca yang langsung berdiri antusias, disusul kami yang berdiri mengikuti gerakannya.
"Inikah calon pengantin perempuan kita?" celoteh Kak Hengky menghadap Nirina yang mengulas senyum manis, sedikit malu-malu.
"Iya, kenalkan, namanya Nirina, Mas. Nirina, ini Mas Hengky, teman Mbak Elena." Hadi memperkenalkan keduanya.
"Nirina," Nirina mengulurkan tangan sopan.
"Hengky, oh ya, selamat ya, semoga hubungan kalian langgeng terus," Kak Hengky memberikan buket bunga cantik itu pada Nirina yang langsung diterima dengan tangan terbuka, tak lupa Nirina mengucapkan terimakasih.
"Kau pintar memilih wanita, Hadi!" Kak Hengky menepuk pelan bahu Hadi.
Kami semua kembali duduk, mengobrol dan bercanda.
"Bagaimana kalau kita camping, satu malam kurasa cukup, untuk merefresh otak dari kepenatan!" seru Kak Hengky memberi ide.
"Camping?"
"Camping?"
Aku dan Sisca menyahut bersamaan.
Kak Hengky mengulas senyum manis, sambil mengangguk beberapa kali.
"Aku setuju, sepertinya itu ide yang bagus!" Yoyo angkat tangan memberikan suara.
"Kalian?" tanya Kak Hengky pada Hadi dan Nirina.
"Bagaimana? Kau mau ikut camping?" Hadi bertanya terlebih dulu pada Nirina sebelum menjawab, membuat kami semua ngakak brutal.
Mereka berdua sangat sweet.
"Aahh,,,, aku butuh tiket untuk pindah ke mars!" oceh Yoyo yang langsung disahuti Sisca.
"Gua bareng, nebeng, kagak punya duit buat beli tiket!"
Tawa kami pecah, ini yang Kusuka dari mereka semua. Apa adanya dan membuatku bahagia, melupakan masalahku seputar Kak Arsen.
Nirina mengangguk memberikan jawaban.
"Kami setuju, mas." jawab Hadi.
"Aku juga setuju!" Sisca mengangkat tangan cepat.
Semua mata kini tertuju padaku.
"Mbak?" tanya Yoyo.
"Ayolah, Elena! Ini pasti menyenangkan, lagi pula cuma satu malam ini," bujuk Sisca sambil menggoyang bahuku.
Bagaimana ini? Kak Arsen tidak akan memberikanku izin untuk keluar malam, apalagi camping dan itu bersama Hengky.
Aku terdiam, memikirkan jawaban. Dan kepalaku mengangguk yakin.
"Oke,"
"Yeeaayy,,,," teriak Sisca lekas memelukku bahagia.
Camping, aku memutuskan untuk ikut pergi bersama mereka, dan tanpa meminta izin Kak Arsen maupun memberitahunya terlebih dulu, sengaja. Dia tidak akan membiarkan aku pergi jika dia tahu. Padahal di rumah aku selalu merasa sesak dan sakit, selagi Nindy masih ada di rumah itu di tengah-tengah kebersamaan kami.
***
Kami melakukan persiapan, dua tenda telah dimasukkan ke dalam ransel besar, alat masak, snack, air minum, kotak obat, senter dan lain-lain.
Kami akan berangkat menaiki mobil Kak Hengky menuju tepi danau yang sangat indah saat Kak Hengky menunjukkan fotonya tadi, sebuah danau alami di tepi hutan tak jauh dari jalan raya yang kiri kanan jalannya adalah perhutanan.
Aku memainkan ponsel, satu notifikasi masuk, pesan dari Kak Arsen.
"Di mana? Kenapa belum pulang? Motor kamu di rumah padal."
Yah, tentu saja motorku di rumah, tidak sadarkah dia jika sedari pagi tadi aku pergi dijemput Kak Hengky?
Kulihat jam di ponsel, sudah pukul 5 sore, Kak Arsen pasti sudah lapar.
"Maaf, aku tidak pulang malam ini," kukirim pesan balasan kemudian menonaktifkannya.
"Kau tidak bilang pada Arsen?" tanya Kak Hengky menghampiriku yang berada di samping badan mobil, Hadi dan Nirina tengah memasukkan barang-barang keperluan ke dalam bagasi, sedangkan Yoyo dan Sisca sedang bertengkar, entah mengenai apa, mereka berlarian saling berkejaran dan saling pukul.
Aku menggeleng menjawab pertanyaan Kak Hengky.
"Bagus, sesekali kamu harus ngebangkang, nggak perlu nurut terus. Ayo!" Kak Hengky mengajakku masuk ke dalam mobil.
"Let's go, guys,,,,!" teriak Kak Hengky yang langsung disahuti oleh Sisca dan Yoyo yang berlarian.
Kami akan merefresh otak yang sangat penat oleh tekanan beberapa hari ini. Camping adalah pilihan yang tepat untu menikmati malam di alam bebas yang indah, sejuk, dan damai.
Kak Arsen, maafkan aku!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
𝕸y💞Alrilla Prameswari
othor habis semedi biar bisa ruqiyah si arsen 😂😂😂🏃🏃🏃❤❤❤🌹🌹🌹
2022-07-19
2
Dinda Putri
kemana aja Thor baru up ku menunggu
2022-07-16
1
Cucu Jahriah
♥️♥️♥️👍💪
2022-07-16
1