🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Wulan menatap pria di depan yang terus menghina nya, ingin rasanya ia membungkam mulut pria gila tersebut.
Jika tidak percaya dengan pengakuan nya ya tidak masalah, tapi jangan berkata kasar seperti itu.
"Terbuat dari apa pria tua ini? kenapa mulut nya begitu kasar apa dia tak memiliki perasaan? aku sangat membenci nya sangat membenci, aku berjanji kau akan mendapatkan balasan dari semua sikap mu ini padaku," batin Wulan menatap rizal yang terus menertawai pengakuan.
"Tatap lah sepuas mu, sampai kapan pun saya tak sudi menyentuh jalan*g murahan seperti mu, itu sama saja saya menyentuh kotoran yang hukum nya najis," hina Rizal membenci tatapan yang di berikan wulan padanya.
"Tidak masalah, saya juga tidak sudi di sentuh pria iblis seperti bapak," balas Wulan tak kalah dari rizal.
Entah kenapa mendengar tanggapan wulan seperti itu, rahang nya mengeras tidak terima dengan hinaan wulan.
Dengan api amarah yang tidak bisa di kendalikan lagi, rizal mencengkeram kuat dagu wulan, hingga wanita itu meringis kesakitan.
"Kau memang jalan*g murahan! kau seharusnya tidak di lahir kan di dunia ini, hadir mu di sini hanya kesialan untuk orang yang berada di dekat mu," marah rizal dengan kedua bola memerah tidak berkedip.
"Sakit lepaskan." pinta wulan.
Wanita itu berusaha untuk tidak menangis, ia teringat akan janjinya sama ayah bunda tidak menangis di hadapan musuh.
Takut dan terpuruk akan menjadi kemenangan dan kepuasan musuh, untuk itu berusaha lah tegar dengan apa yang terjadi.
"Sakit? lepaskan? apa kau pikir semudah itu saya lakukan? jangan mimpi jalan*g seperti kau itu pantas mendapatkan ini. Di perlakukan dengan baik itu tidak pantas untuk kau seorang wanita murahan lebih tepat nya gembel berkeliaran mencari kesenangan di tubuh banyak pria," Cengkraman rizal tambah di kuatkan lagi hingga wulan tak bisa membalas hinaan pria gila itu.
"Sekali lagi saya mendengar mulut kotor mu mengatakan hal seperti itu tidak akan senggang saya melakukan hal yang lebih dari ini." rizal memperingati wulan melepaskan cengkraman dan mendorong tubuh wanita itu hingga terbentur di dinding.
"Auwh ... " wulan meringis kesakitan.
Dorongan rizal begitu kuat, hingga tubuh nya terasa sakit dan cengkraman rizal tadi meninggalkan bekas di wajahnya.
Kepala wulan terasa pusing, namun ia tidak ingin ketahuan jika diri nya tidak baik-baik saja.
"Kamu bisa wulan jangan lemah seperti ini, selesei kan semua ini agar hidup mu terbebas dari nya," batin Wulan menyemangati diri sendiri.
"Kenapa masih di situ sana keluar tunggu apalagi!" bentak Rizal mengusir wulan yang masih berdiri.
"Tunggu," tahan Rizal menghentikan langkah wulan.
Wanita itu pun mengikuti perkataan rizal, ia bingung sebenarnya apa mau rizal, tadi mengusirnya sekarang menghentikan nya.
Kenapa pria itu tidak pernah jelas dalam berkata, selalu saja berbelit-belit hingga rasanya dia pusing harus menyikapi seperti apa lagi.
Dia berbalik menatap rizal tanpa berkata melainkan menaikkan lagi sebagai kode bertanya ada apa lagi?
"Langsung pulang satu jam belum tiba terima sendiri resikonya," kata Rizal tidak main-main dengan ancamannya ini.
Melihat tidak ada tanggapan dari wulan, pria itu kembali bersuara.
"Kau paham tidak? kenapa terus diam seperti patung? bosan hidup? kayaknya tidak kau perempuan pemberani salah satunya masalah ranjang, benar bukan?"
"Saya kembali sekarang," ucap Wulan tidak ingin menanggapi rizal.
Tubuh dan rahangnya saat ini masih terlalu sakit.
Jika di paksa ribut semua akan berakibat fatal untuk nya.
Sebenarnya rizal geram dengan tanggapan wulan seperti ini, apalagi dengan melihat wajah wulan yang selalu datar padanya, tapi jika sudah bersama pria lain berubah ceria.
Wulan tidak peduli lagi dengan hinaan rizal, ia segera balik dan melangkah pergi meninggalkan ruangan.
Dia pun tak lagi menghampiri ketiga sahabatnya di kantin, dan langsung memilih pergi dengan meninggalkan pesan di group.
"Seperti nya ini lebih baik dari pada aku harus menemui mereka, aku takut mereka khawatir dengan keadaan ku sekarang," batin Wulan.
Dia tidak ingin ketiga sahabatnya itu curiga melihat bekas memar di wajahnya, apalagi panji ia sangat yakin pria itu tidak akan berhenti sampai ia menjawab.
***
"Wulan kenapa belum balik juga ya, emangnya ada urusan apa sih sama pak rizal?" tanya Santi.
"Apa sebaiknya kita nyusul wulan di ruangan pak rizal?" usul dito penasaran.
"Tunggu sebentar lagi lima menit wulan belum kembali kita langsung susul," kata Panji mencegah kedua sahabatnya bangkit dari kursinya.
Jujur saat ini panji sudah sangat khawatir dengan wulan yang belum juga kembali, tapi pria itu berusaha tenang.
"Kenapa tidak sekarang saja sih, lo gak khawatir gitu sama wulan? bagaimana jika terjadi sesuatu sama wulan?" tanya Dito menakut-nakuti panji.
"Gak usah sembarang, omongan adalah doa jadi gak usah ngacau," tegur Panji sedikit kesal dengan perkataan dito.
"Gue hanya berbicara apa yang bisa terjadi, emang salah?" tanya Dito menatap panji.
"Sudah lo diam saja gak usah bicara kalau hanya bikin gue pusing," kata Panji.
"Situ yang pusing kenapa gue yang di salahin, dasar aneh."
"Eh, bambang. Panji pusing juga karena dengar perkataan lo yang gak pernah benar," ucap Santi.
"Siapa yang ngajak lo bicara maemunah kenapa ikut saja sih, gak habis pikir gue sama lo."
"Eloh ya gue bilangin yang benar malah gak percaya."
"Sudah diam kenapa pada ribut seperti ini sih, lihat di grup wulan sudah balik pulang," kata Panji menghentikan keributan seperti biasa.
Panji yang khawatir dengan wulan saat itu berniat mengirim pesan, tapi tak jadi melihat pesan grup dari wulan jika wanita yang di khawatir kan itu telah pulang.
Dan dia juga mencapai kan maaf tidak bisa menemui mereka di kantin, karena ponakan nya sedang sakit dan dia harus segera kembali.
"Balik, sejak kapan?" tanya Dito.
"Kenapa baru di kabari sekarang? wulan gak tau apa kita dari tadi mengkhawatirkan nya," ucap kesal Santi.
"Sudah wulan gak salah, dia sudah mengirim pesan sejak tadi tapi kita nya saja yang tidak membuka pesan grup dari nya," bela Panji karena benar adanya ini bukan wulan.
"Mentang-mentang wulan gebetan nya apa-apa di belain," kata Santi.
"Bukan belain, kalau lo gak percaya lihat saja pesan dari wulan dari jam berapa?" kata Panji memberi solusi agar dirinya tak di salah kan.
Santi tak membalas lagi, wanita itu mengambil ponsel dan melihat kebenaran apa perkataan panji sungguhan atau bohong.
Dan ternyata perkataan panji semua benar tidak bohong, wulan sudah mengirim pesan di group sejak tadi, tapi karena terlalu khawatir hingga tidak ada salah satu dari mereka memperhatikan ponsel.
"Bagaimana benar bukan?" tanya Panji melihat ekspresi santi aneh.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Masuli Nainggolan
karakter Wulan dibuat lemah, gandengan tangan dg laki2 lain membuat karakter Wulan kurang menarik
2024-03-25
0
lovely
terlalu bertele-tele dan banyak beragumen ngos2an bacanya mkanya bnyk yg di skip
2022-11-28
0
Eva Rubani
kok suami ny nyisa melulu
2022-10-17
0