🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Selama mengikuti kelas wulan begitu fokus, dia tak ingin masalah luar mempengaruhi kuliah nya.
Kuliah dan menjadi wanita sukses adalah impian nya, dia tak ingin menyiakan semua begitu saja.
Meski sekarang memiliki keluarga angkat yang baik dan sayang padanya, wanita itu tidak mau banyak bergantung dan merepotkan mereka.
Dengan menganggap dia sebagai anggota keluarga itu sudah lebih dari cukup bagi nya.
Santi memesan makan untuk ketiga sahabatnya.
Wulan, panji dan dito duduk di satu meja.
Panji yang sejak tadi terus memperhatikan wajah wulan tidak pernah merasa bosan, pandangan nya semakin dalam dengan tumpukan pertanyaan di benak nya bingung dengan sikap wulan tidak banyak bicara dan terus diam.
"Ada apa dengan kamu wulan? kenapa tidak ingin berbagi cerita dengan ku? apa kamu tidak percaya padaku?" batin Panji sedih melihat wulan seperti sekarang ini.
"Yealah kenapa pada diam-diam kayak gini sih, kayak di pemakaman saja," ucap Dito asal.
Namun kedua orang tersebut tidak menggubris, dan wulan saat ini tidak mood berbicara dan panji pun sama.
Dia terus mengingat mimpi nya semalam bertemu ayah bunda.
"Mimpi semalam begitu nyata, apa ayah dan bunda ingin aku tegar menjalani ini? tapi aku ragu, pria itu begitu menakutkan iblis saja kalah seram darinya," batin Wulan bimbang.
"Pada siapa aku harus minta tolong? aku tak memiliki siapapun."
Wulan terus melamun memikirkan langkah kedepan yang harus di ambil dengan keadaan tak ada seorang yang bisa di andalkan membantu nya.
Dia masih belum menyadari jika makanan yang di pesan santi telah tiba.
Lamunan nya membuat dia tidak sadar dengan apa yang berada di depan nya, bahkan suara ribut mahasiswa/i lain tak di dengar nya.
"Ada apa lagi dengan wulan? kenapa hari ini lebih banyak melamun?" tanya Santi bingung dan juga penasaran sebenarnya apa yang terjadi dengan wulan.
"Entahlah," dito menggeleng kepala tidak tau, dan memindahkan makanan nya.
Pria tersebut menyantap makanan tanpa peduli pertanyaan santi, saat ini perutnya begitu lapar hingga tidak bisa meladeni perkataan santi.
Biasanya dia lah pria nomor satu terdepan meladeni perkataan santi, tapi tidak untuk saat ini, tenaga nya benar-benar habis terkuras.
Pagi tadi dia lupa sarapan hingga sebelum waktu jam makan siang pria itu sudah tumbang duluan.
"Lo kenapa dit? gak makan seharian ya?" ejek Santi menoleh pada dito begitu lahap menyantap makanan nya.
"Ya bisa di bilang seperti itu, jadi gue sangat memohon please jangan dulu ngedumel gue lapar gak punya tenaga ladenin lo ngoceh," jujur Dito.
Mobil rizal telah tiba di area parkiran kampus, pria itu tidak mencari seisi ruangan melainkan langsung ke kantin.
Dia sudah menghafal semua jadwal kuliah wulan di isi kepala nya.
Rizal tiba di kantin dan mengedarkan pandangan ke setiap sudut mencari sosok wanita yang membuat nya rela ke kampus padahal hari ini dia tak ada jam ngajar.
Pandangan nya kini tertuju pada ke empat orang yang duduk makan.
"Pria itu seperti nya aku pernah melihat tapi di mana ya?" batin Rizal mencoba mengingat ulang.
"Ah iya dia pria semalam yang mengantar wulan pulang, ternyata dia di sini juga pantas semalam aku ngerasa gak asing melihat nya."
Rizal berjalan menghampiri ke empat orang yang asyik menikmati makan siang, tapi tidak dengan wulan wanita itu hanya menatap malas tanpa menyentuh makanan nya.
Setiba di tempat rizal menyapa wulan.
"Wulan," panggil Rizal memandang wajah wulan terkejut melihat nya.
Wulan masih terdiam, dirinya masih kaget hingga belum bisa mencerna dengan baik apa yang ada di depannya.
"Wulan, lo di panggil pak rizal tuh," santi menyenggol lengan wulan.
"Iya, emangnya kenapa?" tanya Wulan dengan wajah datar nya.
"Lo ya, emang cewek gak peka. Itu pak rizal dosen idola para perempuan di kampus kita, kenapa respon lo kayak gitu amat sih gak sama seperti perempuan lain yang kegirangan di samperin idola."
"Apa saya harus seperti itu juga, kegirangan?" tanya wulan masih dengan wajah datar tak ada sedikit yang berubah.
Dan bahkan nada suaranya terdengar seperti tidak suka.
"Kok bicara lo kayak gitu sih?"
"Kenapa?" wulan mengerutkan kening.
"Wulan ikut saya ke ruangan sekarang," ucap Rizal menatap tajam wulan lalu pergi meninggalkan mereka.
"Mau apa lagi dia? tumben meminta ku ke ruangan nya tidak seperti biasa? apa ada hal lain yang ingin dia lakukan padaku?" batin Wulan cemas apa lagi yang di rencana rizal padanya.
"Kamu ada urusan apa dengan pak rizal sampai di panggil seperti ini Lan?" penasaran Panji memandang kepergian rizal pergi menjauh dari tempat mereka sekarang.
Wulan mengangkat bahu menggeleng kepala tidak tau.
"Kalian lanjut makan, saya pergi sebentar," wulan bangkit dan segera mengejar rizal yang sudah berada di depan.
Cekrek....
"Ada apa bapak memanggil saya," tanya Wulan tanpa basa basi langsung to the poin.
"Hukuman semalam seperti nya tidak membuat kau takut tapi malah sebaliknya. Perempuan seperti apa kau sebenarnya kenapa tidak pernah takut? oh astaga saya lupa, kau perempuan murahan makanya tidak pernah takut, semakin di tekan dan akan semakin berani, bukan?" tuduh Rizal dengan tatapan hina menatap wulan.
"Terserah mau bapak menilai saya seperti apa, tapi satu hal yang perlu bapak tau saya bukan perempuan seperti apa yang bapak tuduh kan, dan saya akan membuktikan jika tuduhan bapak itu tidak benar," jeda Wulan menarik nafas lalu kembali melanjutkan.
"Saya akui saya tidak lagi pera*an tapi, bukan berarti saya sudah di sentuh banyak pria, mungkin sekarang bapak belum bisa percaya dengan apa yang saya katakan, tapi saya berjanji atas nama putri saya yang sudah tiada sebelum melihat dunia akan membuktikan semua tuduhan bapak salah, tidak benar adanya," serius Wulan dengan penuh keyakinan tekad di kedua bola mata nya.
"Anak? jadi sebelum kita menikah kau sedang hamil dan anak yang kau kandung meninggal gitu?" tanya Rizal mencoba mencerna dan memahami penjelasan wulan.
"Ya, saya hamil saya di perko*sa oleh pria hina, dan pria itu adalah anda."
"Hahahah... hahahaha ... " rizal tertawa terbahak-bahak mendengar wulan mengatakan jika anak yang di hamil adalah anak nya.
"Kau memang perempuan gila dan murahan, kau di sentuh sana sini dan sekarang malah mengatakan jika anakmu itu anak ku, dasar jalan*g! apa segitu besar nya kau menginginkan anak dari ku?" rizal berjalan mendekati wulan dengan tatapan liar seolah wanita di depan nya ini tak mengenakan sehelai benang di tubuh nya.
"Apa kau sangat ingin punya anak? apa kau yakin bisa hamil dengan keadaan rahim yang bermasalah? tentu tidak yakin bukan? kau sudah banyak melakukan itu dengan pelanggan mu dan sekarang belum ada hasil nya bukan? semua itu adalah kutukan, kau harus sadar itu," hina Rizal tanpa memikirkan perasaan wulan.
Perkataan rizal begitu menyakiti hati nya.
Kutukan? kutukan apa yang harus di terima jika semua itu adalah kesalahan rizal dan dia di sini adalah korban, bukan pelaku lalu kenapa dia yang menanggung semua itu.
Apakah itu adil untuk wulan?
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
epifania rendo
hina lah sesuka hatimu rizal
2023-01-19
0
lovely
klo dosen macam c Rizal ga ada ahlaq dunia pendidikan akan hancur para mahasiswa nya fundamental semua 😡🥵
2022-11-28
0
Lili Adelia
wulan goblok bukan ninggalin cowok sep itu
2022-10-07
1