🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Semua kaum hawa yang berada di dalam ruangan menatap lapar pada arah rizal yang menjelaskan materi kuliah yang di ajarkan.
Namun tidak dengan wulan, wanita itu tak terpanah dengan wajah rizal.
Sudah banyak luka dan penderitaan yang di dapat hingga hati nya tak lagi hidup.
Pandangan nya mengarah ke depan tapi pada papan.
"Sampai di sini mengerti? atau ada yang tidak paham silakan bertanya?" tawar Rizal pada mahasiswa/i.
"Saya pak," teriak salah satu mahasiswa/i mengangkat tinggi tangannya.
Seketika wulan menoleh pada asal suara tersebut, dia sangat mengenal.
"Santi," gumam kecil wulan menatap sahabat nya.
Wanita yang mengajukan diri itu adalah santi, dan bahkan sahabat nya itu sangat menganggumi ketampanan rizal sejak awal masuk kampus.
"Silakan, apa yang tidak di paham?" ucap Rizal memberi santi kesempatan.
"Terimakasih atas kesempatan nya. Satu tahun berada di Universitas ini saya masih belum dapat satu jawaban dari pertanyaan saya sendiri dan bahkan saya sudah berusaha mencari jawaban nya tapi tak juga dapat dan hingga akhirnya sekarang saya memutuskan untuk bertanya langsung pada orang yang terkait dari pertanyaan yang terus berada di benak saya," ucap Santi panjang lebar.
Mendengar penuturan santi sepanjang ini, wulan merasa tidak beres tidak biasanya santi berbicara panjang lebar.
Dan mahasiswa/i lainnya yang berada di sini pun sama hal nya penasaran pertanyaan apa yang ingin di ajukan santi hingga seribet ini menjelaskan nya.
Santi please jangan yang aneh-aneh. batin wulan cemas dengan pertanyaan santi.
"Kriteria pasangan bapak seperti apa?" tanya Santi menatap serius rizal yang menatap datar nya.
Semua kaum adam yang berada di dalam sini melongo tak percaya, tapi tidak dengan kaum hawa lainnya wajah mereka seketika serius penasaran ingin mendengar tanggapan rizal.
"Pertanyaan seperti apa yang kau berikan? apa pembahasan saya ada materi itu?" tanya Rizal sedikit meninggikan suara sedikit kesal.
"Tidak, maaf Pak," tunduk takut santi tak berani menatap wajah seram rizal yang sedang marah.
"Hmmm, lain kali hal seperti ini jangan sampai terulang. Kalian bebas bertanya apa saja asal pertanyaan itu terkait materi kuliah," tegas Rizal memandang seluruh mahasiswa/i nya termasuk wulan.
Melihat wajah wulan seketika terlintas di benak nya satu hal.
"Untuk pertanyaan tadi, akan saya jawab," sambung Rizal dan membuat semua kaum hawa kaget tak percaya.
Wajah mereka sudah memancarkan kebahagiaan dan itu membuat wulan melihat malas.
"Saya tidak memiliki kriteria apapun, bagi saya wanita itu tak perlu di pilih atau di banding kan yang satu dengan yang lain. Tapi ada satu hal yang tidak saya sukai dan sangat saya benci," jeda Rizal sekilas menatap wulan.
"Wanita penyakitan yang sulit memberi keturunan, dan menurut saya wanita seperti itu hanyalah boneka tidak lebih, " tegas Rizal menekan setiap kata nya.
Deg ....
"Jadi kau menganggap ku hanya sebuah boneka? pria macam apa kau kenapa tega melakukan ini? apa salah ku?" batin Wulan merasa sesak mendengar pengakuan rizal.
"Kau hanya boneka tidak lebih, jika saja kakak ipar mu itu tidak melakukan kesalahan padaku semua tidak akan seperti ini, kau akan hidup bebas seperti burung," batin Rizal sangat membenci wulan.
***
"Parah tuh dosen masa wanita yang gak bisa beri keturunan di anggap boneka?" dito menggeleng kepala tak menyukai tanggapan rizal.
"Sudah tidak usah di pikirkan, asal kita tidak sependapat dengan nya," sahut Panji.
"Ogah sependapat dengan nya," ucap cepat Dito.
"San, apa lo masih mengagumi pak rizal?" tanya Dito.
"Gak tau, tapi yang di bicarakan pak rizal tidak ada yang salah, setiap pernikahan dan setiap pasangan pasti menginginkan anak sebagai pelengkap di keluarga kecil nya," jawab Santi.
"Dasar gadis bodoh, segitu nya lo menganggumi pak rizal hingga tak bisa berpikir jernih," ejek Dito geram dengan santi masih saja membela rizal.
"Elo nya yang bodoh, emangnya lo mau nikah sama wanita yang tak bisa beri keturunan? emangnya lo bisa komitmen untuk terus bertahan apapun keadaan yang akan terjadi? apa lo yakin tidak akan selingkuh untuk mencari yang baru?" tatap Santi tajam dengan tumpukan pertanyaan membuat dito diam sejenak.
"Kalau sudah jodoh dari yang kuasa, saya terima dengan lapang dada, masalah anak bisa di adopsi," jawab Dito asal.
"Lalu komitmen? apa masih bisa setia?"
"Pria sejati akan berpegang teguh dengan pendirian nya, dan jika mengingkari dia bukanlah pria sejati," jawab bijak Dito, dan bagi santi itu bukanlah bijak melainkan alay.
Wulan tak semangat ikut nimbrung obrolan mereka, ucapan rizal masih terus terngiang di benak nya.
Dirinya sudah tak sanggup menjalani pernikahan ini.
Apa aku masih bisa bertahan setelah mendengar pengakuan nya? apa aku sanggup?" batin Wulan bertanya-tanya.
"Lan? kamu kenapa?" tatap Panji melihat diam nya wulan sejak tadi tiba di kantin tak juga membuka suara.
Wanita itu mengunci rapat mulut nya.
"Hello, wulan are you oke?" panji menepuk pelan lengan wulan.
"Ada apa?" sadar Wulan menaikan alis bertanya.
"Sebenarnya kita yang tanya kamu kenapa? apa ada masalah? sejak tadi kamu diam saja, apa ada yang yang di pikirkan?" tanya
Panji ulang menatap wulan.
"Tidak, gak ada yang saya pikirkan," bohong Wulan.
Panji tau wulan sedang berbohong tapi dia tak bisa memaksa jika wulan tak ingin cerita.
Mereka pun menikmati makanan yang di pesan sesuai selera masing-masing.
Tapi tidak dengan wulan, wanita itu tak memiliki selera makan, tapi terus di paksa tak ingin sahabat nya bertanya banyak.
Wulan menyendok dan memasukkan malas ke dalam mulut nya.
"Lan, apa rencana kamu minggu depan?" tanya Santi.
"Emangnya ada apa dengan minggu depan?" tanya balik Wulan tidak ingat.
"Lan lo masih muda kenapa pikun amat sih?" heran Santi menggeleng kepala dengan sahabat nya ini.
"Hmmm," wulan membalas dengan deheman.
"Jawaban seperti apa itu?" kesal Santi melepas sendok dari genggaman nya.
Wanita itu menatap lekat kedua bola mata wulan.
"Gak ada keriput, lo masih cantik, muda, make-up pun gak kelihatan, lalu kenapa pikun jika bukan tua?" penasaran Santi.
"Gak tau," jawab singkat Wulan segera bangkit dari duduk nya.
"Eh, lo mau kemana Lan?" kompak ketiga orang tersebut.
"Toilet."
Wulan menatap wajahnya di pantulan cermin.
"Untuk apa muda, cantik, jika tak pernah dihargai. Aku hanyalah boneka tak lebih. Apa aku harus menceritakan ini sama kak dinda? tidak, jika aku cerita mas rizal pasti akan murka," ucap Wulan sedih takut akan timbul nya masalah.
Tetesan bening pun sudah jatuh membasahi wajahnya, wanita itu tak bisa menahan sakit hubungan pernikahan yang sangat menyiksa dirinya begitu dalam.
"Aku harus kuat, aku harus bisa buktikan jika aku bukan wanita lemah yang mudah ditindas oleh siapapun," ucap Wulan menyemangati diri sendiri agar tidak terpuruk dengan keadaan.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
epifania rendo
kamu harus kuat wulan
2023-01-19
1
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
seruuuu 👍 aku suka aku suka 👏
2022-08-27
0
Sheila Ahmad
emang bodoh si Santi, kalo dia jadi cewek yg gak bisa punya anak digituin gimana rasanya
2022-08-22
0