🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Wulan buru-buru masuk ke kamarnya, hari ini dia bersama ketiga sahabatnya berjanji untuk datang lebih awal dua jam sebelum kelas di mulai.
Rizal melihat wulan berlari kecil tidak peduli, pria itu melangkah pergi menuju kamar.
Hari ini dia akan sedikit telat ke kantor, menginap di di mansion keluarga membuat nya seperti berada di ruang penyiksaan.
Wulan sekali lagi mandi, sebab di mansion keluarga rizal, wanita itu hanya berendam dengan air hangat tanpa menggunakan sabun pada tubuh nya.
"Ahh... akhirnya aku bisa kembali menggunakan mu," lega Wulan menghembus nafas panjang.
Sekarang wulan sudah siap berangkat ke kampus, wanita itu kini lebih percaya diri dengan polesan kecil nya, meski sebenarnya jika tanpa polesan pun wulan akan tetap cantik karena wajah nya bersih mulus.
Bangkit meraih tas ransel, dan sebelum itu dia mengisi beberapa buku yang di perlu kan hari ini pada kelasnya.
Dalam perjalanan melangkah keluar kamar, wulan sontak menepuk jidat nya.
"Astaga, bodohnya kamu lan, bagaimana bisa melupakan ini hari terakhir pembayaran SPP," mengumpat dirinya sendiri merasa sial dengan apa yang menimpa nya sekarang.
"Tunggu," ucap Wulan menghentikan langkah ingin kembali berjalan.
"Apa aku harus meminta pada pria tua itu? seharusnya sih iya, bagaimana juga dia suamiku meski tak di anggap, lagian bukannya selama ini dia yang membayar, lalu kenapa sekarang aku jadi ragu meminta nya," bingung Wulan dengan dirinya sendiri.
"Terserah apapun hinaannya nanti anggap saja aku tak mendengar nya. Lagian semua itu tidak lah benar," kata Wulan beranjak menaiki tangga ke kamar rizal berada di lantai atas.
Wulan ragu mengetuk pintu.
"Ketuk? jangan ya?" ucap Wulan ragu.
Wanita itu mendadak takut, padahal niat nya hanya minta uang bayar SPP, bukan digunakan yang buruk jadi untuk apa takut.
Menarik nafas panjang dan menghembus pelan, wulan menenangkan diri agar tidak terlalu nerves .
Cekrek...
Kepala wulan menyelonong masuk melihat kondisi di dalam, namun tak di temukan apapun.
"Dimana pria tua itu? apa tiba tadi langsung pergi menemui wanita gila itu? dasar pria tua memalukan, gak ingat apa usia nya udah hampir masuk kepala tiga," gerutu kesal Wulan mengingat percintaan rizal dan lestari di depan umum.
Dia memberanikan diri untuk masuk, mencari keberadaan pria tua tersebut.
Di tempat tidur dia tak menemukan apapun, di ruang ganti pun sama.
"Dia benar-benar tak ada, lalu bagaimana dengan masa depan ku. Oh Tuhan apa yang harus hamba mu lakukan?" pusing Wulan duduk di tepi ranjang kasur dengan pandangan ke atas atap.
Wanita itu terdiam melamun, tanpa menyadari seseorang yang berjalan mendekati nya.
"Sedang apa kau di sini? bukannya kau ada kelas? kenapa masih di sini di kamar ku pula?" tanya Rizal mengangetkan wulan yang sedang melamun.
"Astaghfirullah," istighfar Wulan sambil mengelus dada nya.
"Hey, kau pikir saya apa sampai istighfar segala seperti melihat hantu," kesal Rizal tak terima, tersinggung dengan reaksi wulan seolah baru melihat penampakan menyeramkan.
"Salah siapa? kenapa mendadak di sini? ya sudah saya istighfar lagian gak salah situ memang monster," balas Wulan di kata akhir di pelan kan.
"Kau mengatai saya apa tadi?" tanya Rizal kesal wulan selalu membuat nya marah dengan ucapan nya.
"Kata yang mana? banyak kata yang saya ucapan tadi," jawab Wulan seolah tidak tau maksud rizal.
"Bodoh nya kamu Lan, kenapa membangun macan yang sedang tidur,"
"Kau!" geram Rizal gemas dengan wanita di hadapan nya.
"Katakan apa tujuan mu kesini jika tidak ada silakan keluar, saya tidak ingin melihat wajah buruk mu itu," ketus Rizal mendekati wulan.
Melihat rizal mendekati nya dengan telanjang dada memperlihatkan roti sobek, wulan menjadi salah tingkah, wajah nya panas dingin tak karuan melihat pemandangan tersebut.
Otot kekar rizal begitu keren hingga mata wulan tak sekali berkedip.
"Ap-a ya-ng ka-u la-ku-kan," gugup Wulan melihat tubuh rizal sudah begitu dekat dengan nya.
"Jangan berpikir yang bukan-bukan, saya tidak sudi melakukan apapun dengan mu."
"Lalu apa yang kau lakukan ini?"
"Mengambil pakaian ku," jawab Rizal meraih pakaian di belakang punggung wulan.
Melihat pakaian di tangan nya seperti yang di katakan, wulan bernapas lega ternyata pria tua itu tak berkata bohong.
"Jangan berpikir terlalu jauh, sampai kapanpun saya tidak akan melakukan apapun seperti yang kau lakukan dengan pelanggan mu," hina Rizal.
"Saya tidak seperti apa yang kau tuduh kan itu, jadi hentikan omong kosong mu. Dan saya tidak punya banyak waktu berdebat hal yang tidak jelas seperti ini," ujar Wulan lelah mendengar tuduhan yang sama selalu di ucapkan rizal.
"Kenapa marah? apa kau tidak terima kenyataan hidup mu begitu buruk?"
"Terima?" wulan mengulangi satu kata yang mana membuat telinga nya panas dengan ucapan rizal. "Apa yang harus saya terima jika itu bukan kenyataan sesungguhnya. Dan satu hal yang perlu kau tau, tuduhan tuan rizal yang terhormat ini bukanlah kebenaran dan jangan pernah sesali jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, sampai kapanpun itu tidak akan ada kata maaf," kata wulan tegas matanya tak lepas menatap benci rizal.
"Mimpi," hanya satu kata yang keluar dari mulut rizal dengan senyum mengejek.
"Ya, terserah. Saya akan selalu mengingat satu kata mu ini"
"Bagus jika begitu tunggu apa lagi keluar dari kamar saya sekarang,"usir Rizal malas dengan keberadaan wulan disini.
"Tentu saya juga tidak betah di sini, tapi sebelum saya pergi berikan uang mu, hari ini batas terakhir pembayaran SPP."
"Cih, murahan," hina Rizal mengambil dompet di laci meja dan mengeluarkan puluhan lembar uang merah sekitar 50.
Wulan menerima sodoran uang yang diberikan rizal dan langsung pergi begitu saja.
"Dasar jalan*g tak ada sopan santun nya. Kenapa makin kesini wanita itu menunjukkan sifat aslinya,"kesal Rizal menatap kepergian wulan meninggalkan kamar nya.
"Bi, hari ini saya akan pulang telat, jadi tak perlu masak, dan untuk tuan juga sama tidak perlu masak," ucap Wulan.
"Baik nyonya."
"Ya, sudah saya pergi dulu sudah sangat telat saya sekarang," pamit Wulan melihat jam Arloji di pergelangan tangannya.
Entah kenapa perasaan nya saat ini begitu bahagia dan hanya melawan rizal seperti tadi membuat nya merasa menang dalam lomba kompetisi.
"Kenapa tidak dari dulu saja aku melawan nya? kenapa baru sekarang ya?" pikir Wulan bingung dengan perubahan nya yang cukup besar.
"Ya sudah lah sedikit terlambat gapapa, asal gak terlambat amat," kata Wulan lalu menghidupkan ponsel dan melihat banyak nya pesan dari ketiga sahabatnya menanyai keberadaannya.
Wulan sadar dia sudah terlambat dari waktu yang mereka tentukan bersama, namun apa daya nya jika sebelum berangkat sedikit ada insiden yang harus di selesaikan.
"Semua ini karena pria tua gila itu."
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Ryanti Yanti
semangat lan,,,kamu pasti bisa lawan rizal
2022-08-18
0
Vita Zhao
ingat kata2 rizan, jangan menyesal, karna wulan tak akan menerima kata maafmu😏
2022-08-17
1
Eny Nurul
semangat Wulan kamu harus berani sama suami yg sombong itu
2022-08-12
0