🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Rizal sudah tiba di rumah dua jam yang lalu, namun sekarang pria itu seperti sedang gelisah, berdiri mondar-mandir tidak jelas sudah sama dengan cacing kelaparan.
Art melihat kegelisahan tuan nya sejak tadi terus memperhatikan jam arloji yang di kenakan.
Awal nya bingung apa yang terjadi, namun beberapa menit kemudian menjadi sadar dengan pertanyaan tuan berikan padanya menanyai nyonya yang hingga sekarang belum pulang.
"Di mana wanita itu? kenapa jam begini belum pulang? apa yang dia lakukan di luar sana? apa dia sedang bersenang-senang?" ucap Rizal menerka-nerka yang buruk tentang kelakuan wulan di luar.
"Apa uang yang di minta sebagai alasan bayar SPP hanya suatu kebohongan agar bisa bersenang-senang?"
"Awas mau jalan*g jika semua terbukti terima konsekuensi dari perbuatan mu," geram Rizal mengepalkan jemari nya.
Para art yang berdiri tidak jauh dengan keberadaan tuan nya dapat mendengar amarah rizal begitu besar pada wulan.
"Apa lagi yang akan di lakukan tuan pada nyonya? saya khawatir tuan melukai nyonya lebih parah dari sebelumnya."
"Kita berdoa saja semua baik-baik saja."
"Berdoa sudah pasti mbok. Saya sangat menyukai nyonya wulan, nyonya begitu baik dan sopan pada kita meski jarang senyum."
"Iya, nyonya jarang senyum karena luka dan penderitaan nya terlalu berat hingga hanya untuk tersenyum saja sulit nyonya lakukan."
Obrolan para art seketika berhenti mendengar bunyi mesin mobil di luar, dan jelas itu bukan mobil rizal.
Pria itu sudah tiba dan sekarang sedang duduk dengan wajah seram nya di ruang tamu menanti kedatangan wulan.
Saat bibi hendak berjalan membukakan pintu. Rizal menghalangi.
"Tidak perlu, kembali lah istirahat."
Dan dengan patuh bibi pun pergi mengikuti perintah majikannya.
Rizal bersembunyi dan melihat semua dari balik tirai gorden seorang pria membukakan pintu mobil untuk wulan.
"Siapa pria itu? apa dia pelanggan nya? menjijikkan, apa yang di lihat pria itu dari seorang jalan*g murahan," jijik Rizal semakin membenci wulan.
"Sekali lagi terimakasih, hati-hati di jalan." ucap wulan tulus dengan senyum manis nya.
Hanya orang tertentu yang dapat melihat senyuman nya itu, wulan selalu menampilkan wajah datar nya.
"Iya kamu juga, jangan lupa langsung istirahat setelah bersih-bersih jangan begadang aku gak mau kamu sakit," panji mengingatkan ulang pesan nya di mobil tadi.
"Baik, laksanakan. Sana pulang," usir Wulan khawatir jika rizal lihat akan terjadi masalah.
Tapi sangat di sayangkan, kekhawatiran wulan sudah terjadi, rizal sudah melihat semua dari balik tirai gorden.
"Iya, iya. Aku pulang," panji maju satu langkah dan mencium kening wulan dengan mesra.
"Aku akan melakukan ini seterusnya jadi kamu harus terbiasa dengan sikap ku. Aku mencintaimu wulan," bisik Panji.
Dan rizal menyaksikan kedua orang tersebut bermesraan menjadi geram rasanya ingin menarik wulan dari sana juga.
"Dasar wanita murahan, di cium sana sini mau saja," gumam Rizal.
"Lihat saja setelah ini apa senyuman itu masih bisa kau tunjukkan?" senyum smirk Rizal penuh rencana.
Ceklek...
Uhuk....
"Menyenangkan bukan menghangatkan ranjang pria? kau di bayar berapa oleh pria itu? apa kau masih ingin pergi?" tanya Rizal menuduh wulan.
Wulan kaget, langkah nya terhenti dan menoleh pada pria itu.
Sebelum menjawab tuduhan rizal dia menarik nafas panjang agar tetap tenang tidak kepancing emosi yang berakibat fatal untuk dirinya sendiri.
"KAU TULI APA? SAYA BERBICARA PADAMU JALAN*G!" bentak Rizal penuh kebencian menatap wulan.
"Untuk apa saya menjawab, semua perkataan yang keluar dari mulut saya tidak pernah kau percaya dan bahkan setiap saya mencoba menjelaskan selalu saja sama salah dan salah. Lalu untuk apa kau bertanya?" wulan tanpa ragu menjawab.
"Kau semakin berani setelah saya membiarkan mu bebas, tapi sekarang tidak lagi. Kau hanya akan keluar jika kuliah selain itu tidak ada keluar kemana pun."
"Kau tidak bisa mengatur mengatur hidup ku seperti ini," protes Wulan tidak terima.
"Saya suami mu, apa kau lupa itu?" tegas Rizal berjalan mengarah wulan dan menarik kasar tangan nya.
"Apa yang kau lakukan lepaskan, sakit," wulan meringis kesakitan tangan nya di tarik keras rizal.
Pria itu tidak peduli dengan ucapan wulan minta di lepaskan, malah semakin wulan menjerit kesakitan pria itu tambah mengeratkan genggaman nya.
Wulan terus berontak, pergelangan tangan nya semakin sakit sekarang, dan rizal acuh tak acuh dia tak merasa bersalah.
Dia memperlakukan wulan sepertu hewan peliharaan yang telah melakukan kesalahan dan patut di hukum tanpa peduli perasaan yang di rasakan.
"Lepaskan saya mohon, sakit ... " wulan tak henti minta di lepaskan.
Rizal melepaskan wulan dengan kasar di atas guyuran shower dan menyiram nya dengan air panas.
"Panas... henti kan saya mohon ... " pinta Wulan merasa panas tubuh nya terasa akan melepuh.
"Kenapa? bukannya kau suka olahraga panas? lantas kenapa sekarang menolak? apa bedanya panas di ranjang dengan panas di kamar mandi? dua-dua nya kan enak sama-sama panas, bukan?" kata Rizal semakin kejam.
"Kau memang iblis saya membenci mu, saya berjanji akan membuat mu menyesal dengan semua tindakan mu ini," janji Wulan kuat menahan panas nya guyuran air shower semakin deras.
"Terserah, semua itu tidak akan terjadi. Kau hanyalah sampah, dan pria di luar sana yang menggunakan kau sebagai penghangat ranjang mereka adalah pria bodoh."
"Saya jadi kasihan sama pria-pria bodoh yang tidur bersama mu."
_______
Wulan menangis sejadi-jadinya di kamar mandi setelah rizal meninggalkan nya.
"Kenapa aku harus merasakan ini? kau pria iblis aku sangat membenci mu! kau seharusnya tidak di lahir kan di muka bumi ini! kau adalah kutukan dalam hidup ku. Aku membenci mu," tangis Wulan pecah meratapi hidup nya bersama rizal semakin menderita.
"Hiks... hiks... hiks... sampai kapan seperti ini? aku sudah tidak sanggup, aku ingin bahagia bukan menderita."
30 menit menangis, dan merasa sudah lebih baik setelah meluapkan perasaannya, wanita itu bergegas bangkit pergi ke kamar nya.
Kini wulan sudah ganti pakaian dan sekarang sedang mengeringkan rambut dengan hedrayer.
Wanita itu tak ingin berlarut dalam kesedihan, bukannya hal seperti ini sudah sering dia alami, lalu kenapa sekarang dia menjadi cengeng.
"Aku berjanji akan membalas setiap tetesan air mata penyiksaan yang kau berikan padaku dua kali lipat." ucap Wulan dengan mata memerah begitu besar api kebencian dan sakit yang di rasakan.
"Sekarang yang perlu kamu lakukan cari bukti mematahkan tuduhan nya dan juga Papa sombongnya itu."
"Jika aku terus diam seperti ini mereka akan mengira tuduhan mereka benar adanya. Dan aku memang yang salah. Semua itu tidak akan aku biarkan. Roda akan terus berputar hingga aku berada di atas dan kalian para penjahat di bawah."
"Bersiaplah untuk terpuruk," batin Wulan menatap pantulan wajahnya di cermin.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
epifania rendo
wulan jadi perempuan jangan terlalu bodoh
2023-01-19
1
Shasha Mayka
lemah banget dah cwe nya cuma kata2nya doang bakal buktiin2 halah ujungnya2 nangis juga kesel banget dah lihat cwenya
2022-11-21
1
antha mom
lama sekali pembalasannya thor
2022-11-04
0