Jangan lupa vote dan sarannya yaa.. Karna saran dan masukkan dari kalian itu penting.. 🙂😊
Silahkan tinggalkan jejak dengan menekan tombol like dibawah agar aku lebih semangat update cerita ini..
Terimakasih sudah membaca ceritaku 🤗
dan jangan lupa beri bintang 5, 4, 3 ya 😚
Jangan lupa baca cerita aku yang lainnya. kisah nyata 🤗
Happy Reading
***
Kejadian di sekolah saat Elden ditampar Lexa
Rahang Elden mengetat.Tatapannya menajam. Menatap gadis yang baru saja menamparnya menggunakan tas ransel. Ditambah meneriakinya mesum dan lari begitu saja.
Harga dirinya sebagai laki-laki merasa diinjak-injak. "*******!" Umpatnya.
Umpatan yang keluar dari mulut Elden membuat para siswa-siswi yang mendengarnya menunduk takut dan pura-pura tidak tau. Mereka lebih memilih tidak ikut campur dan memilih untuk buru-buru beranjak dari tempatnya. Mereka tidak tahan jika berada disekeliling Elden. Aura dominant dan menyeramkan jelas terasa. Membuat mereka beegidik ngeri dan takut. Mereka jelas tau siapa Elden sebenarnya. Laki-laki dingin dengan segala rahasianya.
Rafael yang merasakan hawa tidak enak itu langusung menghampiri Elden lalu menepuk pelan pundak sahabatnya itu. "Santai bro, lo jangan emosi dulu. Dia Lexa, adek kelas famaous yang gue ceritain tadi pagi. Cantikkan?" Ujar Rafael yang masih sempat-sempatnya bertanya seperti itu. Rafael berusaha untuk mencairkan suasananya. Namun, sepertinya itu tidak berhasil.
Sedangkan Elden masih mencoba untuk menahan amarahnya yang mulai menguasainya. Baru kali ini ada yang berani menampar wajahnya dengan menggunakan tas ransel. Menampar telak wajahnya hingga meninggalkan bekas kemerah-merahan diwajahnya karena tamparan yang dilakukan oleh Lexa. Apalagi yang menamparnya adalah gadis ingusan seperti Lexa. Harga dirinya sebagai laki-laki jatuh berkali-kali lipat.
Setelah itu dengan langkah tegasnya Elden berjalan begitu saja meninggalkan Rafael yang tengah bercerita sedari tadi.
"Lah, gue ditinggalin. Untung lo sahanat tersayang gue. Tungguin gue bro." Teriak Rafael dan segera berjalan menyusul Elden yang berjalan didepannya.
***
Kini Elden telah sampai di apartement miliknya. Apartement yang di dominasi putih abu-abu itu tampak sepi dan tertata rapi. Elden mempekerjakan pembantu untuk membersihkan apartement miliknya. Karena Elden paling tidak suka dengan tempat yang berantakan apalagi kotor.
Setelah pulang sekolah Elden lebih memilih untuk langsung pulang. Tidak nongkrong terlebih dahulu bersama Rafael. Entah kenapa, Elden ingin pulang dan beristirahat terlebih dahulu di apartementnya. Hari ini terasa begitu melelahkan untuknya.
Dengan kasar Elden melamparkan tas miliknya ke sofa. Setelah itu, berjalan ke arah cermin yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Di tatapnya bayangan dirinya sendiri itu.
"Berani-raninya dia menamparku." Ujar Elden dengan menatap bayangam dirinya didepan cermin. "Tapi, itu cukup menarik." Ucapnya sambil tersenyum tipis ketika mengingat insiden tadi dikoridor sekolah.
"Cantik. Dan menarik. Senyumnya manis. Dan itu senyuman itu milikku." Elden langsung tertawa setelah mengucapkan perkataan tersebut Entah kenapa, hal itu tampak lucu sekali dimatanya.
"Lucu sekali."
Setelah itu Elden mengeluarkan ponsel miliknya dan menelfon seseorang.
"Cari informasi tentang perempuan bernama Lexa Ardola. Aku tunggu laporannya malam ini."
"Baik tuan."
"Dan awasi gadis itu. Laporkan apa yang dia lakukan. Jika dia keluar dari rumahnya segera hubungi aku"
Dan sambungan terputus. Membuat pria yang ditelfonnya tadi mengumpat beberapa kali karena tindakan Elden.
"Kau yang bermain-main dengan ku sayang. Bukan aku yang memulainya. Tapi kau yang memulainya terlebih dahulu. Kaulah yang menarikku kedalam sebuah permainan ini. Bukan aku." Ujarnya dengan dingin dan menyeringai tipis.
Hari mulai menjelang sore. Elden tengah bersantai diruang tengah sambil menonton televisi yang sedang menayangkan kedua orang tuanya yang tengah asik diwawancara.
Tiba-tiba ponselnya berdering membuat Elden langsung beralih fokus menatap ponselnya. Ternyata yang menelfonnya adalah bodyguard pribadinya.
"Bos gadis itu sedang berada di supermarket."
"Tetap awasi. Aku akan segera kesana."
"Baik bos. Lokasinya akan saya kirim."
Dan disinilah Elden sekarang. Di sebuah supermarket yang terletak tidak jauh dari apartementnya. Sungguh apa ini yang namanya sebuah takdir? Bahkan jarak antara apartement miliknya dengan Lexa tidak jauh dari tempatnya.
Elden menyeringai senang setelah mendapatkan data pribadi gadis itu. Elden merasa menang sekarang. Ya, bukankah uang adalah segalanya?
"Aku menemukanmu sayang."
Lexa terkejut bertemu dengan Elden. Dari sekian banyaknya supremarket, kenapa harus supermarket ini yang Elden datangi?
Tapi, Lexa berusaha tampak biasa saja. Dengan cepat Lexa mengambil makanan ringan yang ia inginkan.
Elden yang menangkap pergerakan Lexa yang terburu-buru hanya tersenyum miring. Dengan langkah tegasnya Elden berjalan menghampiri Lexa.
"Duh ngapain manusia es itu kesini si.." Gerutu Lexa dalam hati.
Saat Lexa akan beranjak dari tempatnya, tangannya langsung dicekal erat oleh tangan Elden. Tampak kontras dengan tangannya yang kecil, sedangkan tangan Elden terlihat besar dipergelangan tangannya.
Lexa langsung menatap sengit wajah Elden. Emosinya tiba-tiba memuncak menatap wajah dingin itu.
"Gue rasa, kita tidak memiliki masalah apapun." Kata Lexa dengan sinis.
Namun berbeda dengan Elden yang tersenyum tipis melihat respon yang diberikan Lexa. Elden semakin tertarik untuk memdapatkan Lexa.
"Lalu?" Tanya Elden dengan dingin.
Sungguh, Lexa merasa sedang di uji kesabarannya. "Lo tanya ke gue? Kenapa lo nahan tangan gue?" Tanya Lexa dengan sebal.
Namun, Elden hanya diam ditempatnya tak merespon perkataanya.
"Lepasin ngga!" Bentak Lexa. Membuat orang-orang yang berbelanja di supermarket menoleh pada dirinya.
Pembeli yang berada di supermarket mengira jika Elden dan Lexa adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar karena sesuatu hal. Jadi, mereka tidak berniat untuk ikut campur dalam urusan duo sejoli itu.
Elden menatap datar gadis didepannya yang berani membentaknya. Tidak ada yang berani membentaknya. Dan gadis ini punya nyali juga untuk membentaknya. "Jaga nada bicaramu itu." Ujar Elden dingin.
Lexa mendengus, kesal. "Kenapa gue harus menjaga bicara gue? Lo siapa? Lo bukan siapa-siapa kan? Jadi, stop atur-atur gue. Lo bukan wakil kesiswaan disekolah." Ujar Lexa yang tak habis pikir dengan sikap Elden.
"Gue tidak suka di bantah." Ujar Elden membuat Lexa langaung tertawa, tak habis pikir dengan laki-laki sarap dihadapannya. Mimpi apaaan si Lexa semalam?!
"Oh benarkah? Lalu gue peduli? Maaf, gue tidak peduli tuh." Lalu dengan kasar Lexa melepas cekalan tangan Elden.
"Tidak semua orang harus menuruti keinginan lo ataupun tunduk sama lo!" Kata Lexa lalu berjalan meninggalkan Elden.
Lagi-lagi Lexa telah berhasil memancing amarah Elden.
***
Jangan lupa follow instagram mereka ya 🤘
@eldencrishtian
@lexacrishtian
@garvincrishtian
@seancrishtian
@daracrishtian
@kenzocrishtian
@crownedeagle_03
Yang mau ngobrol dengan Visual Psycopath Vs Cewek Galak atau ingin memberi pesan/nasehat untuk Elden, Lexa, Bram dll kalian bisa follow Instagram aku ya 😊
Dan yang mau tau spoiler semua karyaku untuk next chapter bisa follow instagram aku juga 😊
instagram: @fullandari
Kalian bisa tau info tentang Update semua karyaku, bisa memberi kritik atau saran lewat DM atau QNA, bisa ngobrol bersama pemain Psycopath Vs Cewek Galak dan menambah teman disana 😊
Aku tunggu notif dari kalian ya 😊 Terimakasih teman-teman..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Siti Solikah
bagus
2022-04-12
0
Elly Handayani
"tetap seperti ini ya. jangan sampai berubah. aku sayang kamu."
meleleh aku thoorrrrr
anggap aja suami berbicara seperti itu 🤭🤭😁🤭😁
2021-08-04
0
Elly Handayani
hahahaha ngakak 😆😆🤣🤣😆🤣
bayangi kayak cerita novel
2021-08-04
0