Bab XVIII

Alya pun terdiam dan tertunduk.

"Dia juga yang berusaha melakukan pelecehan seksual kepada istriku Saras, sampai dia harus dirawat karena mengalami depresi." lanjut Indarto.

Kemudian Indarto segera masuk ke dalam mini market untuk melihat kondisi istrinya.

Sesampainya di dalam, dilihatnya istrinya dalam kondisi baik-baik saja. Sementara itu di luar, Surya tampak sangat terkejut mendengar perkataan Alya, kalau adalah ayah dari anak-anak nya. Surya pun memberanikan diri untuk memutar tubuh Alya agar berhadapan dengannya. Surya sangat kaget begitu melihat siapa wanita yang ada dihadapannya.

"Kamu Laras kan, kenapa kamu bilang saya ayah dari anak-anak kamu, dan orang tadi memanggil kamu dengan sebutan Alya, dan istrinya pernah aku lecehkan. Apa maksudnya ini Ras." kata Surya.

"Aku adalah Alya Larasati, Alya gadis yang pernah kau hamili di acara kemping sekolah 5 tahun yang lalu. Dan setelah itu kamu tidak pernah mencari aku, bahkan aku diancam oleh keluarga mu, kalau aku dan orang tuaku akan dibunuh kalau aku berusaha untuk minta pertanggungjawaban dari mu." kata Alya dengan emosi.

"Al, aku minta maaf, jujur setelah kejadian itu aku dirundung rasa bersalah bahkan sampai saat ini. Aku berusaha mencari kamu Al, karena aku sadar akan perbuatan ku padamu saat itu. Aku bahkan sampai mendatangi rumah orang tua mu, tapi sepi tidak ada siapa-siapa, kata tetanggamu Papamu sakit dan dibawa ke desanya. Aku juga mendatangi sahabat-sahabat mu tapi mereka tidak ada yang tahu kemana kamu pergi Al. Maafkan aku Al." kata Surya sambil berlutut memeluk kaki Alya.

"Sejak kejadian di gubuk itu aku baru menyadari betapa aku mencintaimu. Aku bodoh Al, aku laki-laki paling bodoh yang tidak menyadari ada wanita cantik yang baik budinya yang begitu mencintaiku tapi aku malah menyia-nyiakan bahkan aku membuatnya menderita. Maafkan aku Al." kata Surya sambil meneteskan air mata dan terus berlutut memeluk kaki Alya.

"Bangunlah, sekarang pergilah, karena kamu sudah mengetahui siapa aku, jadi mula hari ini aku resign dari tempat ku bekerja. Aku akan mengirimkan surat pengunduran diriku lewat email besok."

Lalu Alya meninggalkan Surya dengan berlinangan air mata, dan berjalan menuju anak-anak nya berada. Dalam hati Alya bertekad akan membesarkan anak-anak nya sendiri. Setelah membereskan makan siang mereka yang belum dimakan karena kejadian tadi, mereka kembali masuk mobil dan melanjutkan perjalanan. Saras yang masih shock karena kejadian tadi terus dipeluk Indarto untuk memberikan rasa aman. Sementara itu Alya berada di sisi anak-anak nya. Keduanya memeluk Bundanya sebagai ungkapan rasa sayangnya dan keprihatinan mereka kepada Bundanya. Kedua nya diam tanpa ada yang bicara satu pun.

Perjalanan terus dilanjutkan hingga akhirnya mereka tiba di desa kelahiran Papa nya Alya dan ayahnya Indarto. Mereka segera menuju tempat pemakaman umum yang ada di desa itu. Begitu mereka turun, mereka disambut oleh seorang bapak yang tak lain adalah kakak kandungnya papanya Alya dan Indarto.

"Sugeng Siang Pakde." kata Indarto sambil mencium tangan sang pakde dengan takzim.

"Sugeng Siang, pun dugi to Leh. Monggo silahkan kalau mau ke pesarean dulu, silahkan diselesaikan dulu apa yang menjadi niat kalian ke sini.

Setelah itu mampir ke rumah Pakde yo, Bude kalian sudah menyiapkan teh dan makan siangndi di rumah." kata pakde Darmo.

"Injih pakde." kata Indarto sopan.

Lalu mereka mendatangi makam kedua orang tua Alya yang memang dimakamkan bersebelahan. Alya pun segera berlari menuju nisan tempat kedua orangtuanya dibaringkan,

 Alya lalu bersimpuh di tengah-tengah kedua makam itu. Alya pun menangis sejadi-jadinya, dan memohon ampun atas semua kesalahan nya di masa lalu.

"Papa, mama, maafkan Alya, Alya salah Ma Pa sehingga membuat kalian menderita seperti ini. Karena Alya tidak bisa jaga diri sampai Alya hamil, saat itu Alya bingung, Alya takut, akhirnya Alya pergi meninggalkan kalian. Tapi kenapa justru Alya yang ditinggal selama-lamanya, padahal Alya berniat pulang dengan membawa si kembar, Pa Ma maafkan Alya."

Alya terus meraung-raung di makam kedua orang tuanya. Saras yang sudah tenang kondisinya tidak tega dengan Alya, lalu ia menghampiri Alya dan menepuk pundaknya.

"Al, sudah yuk, kasihan Papa dan Mama mu kalau kamu bersikap seperti ini, mereka jadi tidak tenang di sana. Ikhlaskan kepergian mereka Al. Kamu lihat anak-anak mu, tidakkah kamu kasihan sama mereka?" kata Saras.

Alya pun terdiam dari tangis nya, lalu Alya menatap Saras dan anak-anaknya, Alya pun memanggil Rani dan Rangga.

"Sini Nak" mereka pun menghampiri Alya lalu memeluk bunda nya sambil menangis.

"Bunda jangan nangis, kami jadi sedih Bunda.." kata mereka bersamaan.

"Bunda tidak nangis lagi kok sayang, lihat nih mata udah gak nangis lagi kan? Sini dekat Bunda. lihat ini, adalah makam Papa dan Mamanya Bunda. Mereka adalah Eyang akung Danu dan Eyang Uti Indah. Yuk kita berdoa untuk mereka."

Lalu mereka berdoa dengan khusyuk memanjatkan doa keselamatan untuk kedua orang tua Alya. Lalu Alya berdiri bersama-sama anak-anak nya.

"Al, kamu pergilah ke rumah Pakde dulu, bersihkan badan mu ganti baju mu. Aku dan Saras mau ke makam bapak dan ibu. Itu rumah di ujung jalan ini. Rumah yang pagar putih. Pak Sardi, tolong temani mereka ya. Saya mau nyekar makam orang tua saya dulu." kata Indarto kepada Alya dan Pak Sardi.

"Iya mas, maaf aku gak ikut ke tempat paklek sama bulek."

Lalu Alya bersama anak-anak nya dan pak Sardi berjalan menuju rumah Pakde Dharmo.

"Ayo dek, kita ke tempat orang tua ku."

Lalu mereka berjalan menuju tempat di mana kedua orang tua Indarto di baringkan. Setelah sampai Indarto dan Saras berjongkok di makam kedua orang tua Indarto. Lalu mereka membacakan doa alfatihah untuk keselamatan orang tua Indarto dan memohon ampun atas doa dan kesalahan mereka selama di dunia.

"Bapak Ibu, Sugeng siang, Indarto datang, kali ini Indarto datang bersama Saras istriku. Doakan kami dari atas sana ya supaya hidup rumah tangga kami sakinah mawadah warohmah dan kami segera diberi momongan."

Setelah selesai mereka pun bangkit berdiri dan segera berjalan menuju rumah Pakde Dharmo.

Di tengah perjalanan mereka dihentikan oleh Surya yang memang sejak tadi berada di situ karena sedang nyekar makam neneknya yang telah merawat Surya.

"Maaf, saya mengganggu. Sekali lagi saya minta maaf Saras dan juga suami Saras. Bisa saya bicara baik-baik dengan kalian berdua." kata Surya dengan wajah yang penuh luka akibat dipukuli Indarto.

"Apa yang mau kamu bicarakan. Waktu kami tidak lama. Karena kami harus kembali." ketus Indarto.

Surya lalu menghela nafas nya sebelum berbicara. "Sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya khususnya sama kalian berdua. Tapi saya dan keluarga saya sudah dihukum oleh Tuan Haidar dengan menarik seluruh sahamnya di perusahaan kami sehingga kami nyaris bankrut. Lalu saya diperintahkan oleh ayah saya untuk mengelola perusahan di kota C ini. Saya juga mau minta maaf yang sedalam-dalamnya atas kesalahan saya sama Alya. Saya mohon ijinkan saya untuk bertanggungjawab atas kesalahan yang saya perbuat. Saya juga berjanji akan bertanggung jawab atas Alya dan anak-anak kami. Saya tidak peduli dengan sikap orang tua saya kepada Alya. Saya akan menikahi nya dan melindungi dia dan anak-anak kami dari apapun. Saya tahu kalau anda adalah Pak Indarto guru salah di SMA dan juga merupakan kakak sepupu dari Alya. Terus terang Pak sejak kejadian 5 tahun yang lalu, saya selalu dibayang-bayangi rasa bersalah. Saya selalu berharap untuk dipertemukan dengan Alya agar saya bisa bertanggungjawab atas perbuatan saya. Sekali lagi Pak, saya mohon ijinkan saya Pak, apapun akan saya lakukan Pak, supaya saya bisa bertanggungjawab sama Alya. Saya sadar kalau saya sangat mencintainya tapi saya tidak punya keberanian untuk menyatakan nya pada Alya." kata Surya panjang lebar.

"Bukan keputusan saya, itu adalah murni keputusan Alya, karena dia yang akan menjalani nya. Saya sebagi kakak berharap kalau kamu benar-benar menyesali perbuatan mu di masa lalu. Dan jangan sampai kamu berbuat lagi karena tidak ada ampun lagi dari saya. Tanyakanlah pada Alya, kalau kamu memang serius minta lah ijin pada pakde Dharmo, karena beliau lah satu-satunya orang tua kami yang masih ada." kata Indarto sambil menghela nafas.

"Kalau sudah tidak ada lagi yang mau dibicarakan saya permisi pulang." pamit Indarto.

Sambil menggandeng tangan Saras, mereka berjalan beriringan menuju rumah Pakde Dharmo. Indarto dan Saras segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah selesai dari makam, kemudian mereka berdua bergabung bersama anggota yang lain di ruang tamu. Begitu melihat Budenya, Indarto pun segera bangkit sambil menggandeng Saras.

"Assalamualaikum Bude..." Indarto memberi salam lalu mencium tangan Bude Dharmo diikuti oleh Saras.

"Waalaikumsallam. Ooo masih ingat to sama budemu ini. Menikah kok kami tidak diberi tahu." kata bude Dharmo sambil menjewer telinga Indarto.

"Aduh ampun Bude, sakitnya gak seberapa tapi malunya itu loh, masa udah punya istri masih dijewer seperti anak kecil sih Bude." kata Indarto sambil memegangi telinganya yang dijewer bude Dharmo tadi.

Semua yang ada tertawa melihat Indarto dijewer sama Bude Dharmo, lebih-lebih si kembar, mereka tertawa kegirangan melihat om nya dijewer Eyang Uti.

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

oooh satu org Ternyata

2022-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!